dan makanan tambahan yang tidak adekuat juga menjadi penyebabkan terjadinya masalah KEP Kleigmen et al, 2007.
Parameter keparahan dan klasifikasi KEP dapat diukur dengan menggunakan indikator antropometri. Indikator berat badan terhadap tinggi badan
BBTB dapat digunakan sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang dan tinggi badan terhadap usia TBU digunakan sebagai petunjuk tentang
keadaan gizi masa lampau. Departemen Kesehatan RI 2000 merekomendasikan baku WHO-NCHS untuk digunakan sebagai baku antropometri di Indonesia.
Anak dikatakan menderita KEP apabila berada di bawah -2 Z-score dari setiap indikator Arisman, 2010.
Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga tipe yaitu, kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-kwashiorkor. Marasmus terjadi karena pengambilan
energi yang tidak cukup sementara kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup. Sementara tipe marasmik kwashiorkor
yaitu gabungan diantara gejala marasmus dan kwashiorkor Kleigmen et al, 2007.
Tabel 2.1 Kebutuhan energi harian
Umur Energi Kkal
0-6 bulan 550
7-12 bulan 650
1-3 tahun 1000
4-6 tahun 1550
7-9 tahun 1800
Sumber:
http:www.gizi.net
2.2.1 Marasmus
Marasmus terjadi karena pengambilan energi yang tidak cukup. Pada penderita yang menderita marasmus, pertumbuhannya akan berkurang atau
terhenti, sering berjaga pada waktu malam, mengalami konstipasi atau diare. Diare pada penderita marasmus akan terlihat berupa bercak hijau tua yang terdiri
dari sedikit lendir dan sedikit tinja.
Universitas Sumatera Utara
Gangguan pada kulit adalah tugor kulit akan menghilang dan penderita terlihat keriput. Apabila gejala bertambah berat lemak pada bagian pipi akan
menghilang dan penderita terlihat seperti wajah seorang tua. Vena superfisialis akan terlihat jelas, ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol dan
mata tampak besar dan dalam. Perut tampak membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas dan tampak atropi Hassan et al, 2005.
Gambar 2.1 Marasmus
Dikutip dari: http:www.childclinic.net
2.2.2 Kwashiorkor
Kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup. Pada penderita yang menderita kwashiorkor, anak akan mengalami
gangguan pertumbuhan, perubahan mental yaitu pada biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis dan sebagian besar penderita ditemukan
edema. Selain itu, pederita akan mengalami gejala gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas dan usus.
Rambut kepala penderita kwashiorkor senang dicabut tanpa rasa sakit Hassan et al, 2005.
Pada penderita stadium lanjut, rambut akan terlihat kusam, kering, halus, jarang dan berwarna putih. Kulit menjadi kering dengan menunjukkan garis-garis
yang lebih mendalam dan lebar. terjadi perubahan kulit yang khas yaitu crazy
Universitas Sumatera Utara
pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat
tekanan dan disertai kelembapan. Pada perabaan hati ditemukan hati membesar, kenyal, permukaan licin, dan pinggiran tajam. Anemia ringan juga ditemukan dan
terjadinya kelainan kimia yaitu kadar albumin serum yang rendah dan kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi Hassan et al, 2005.
Gambar 2.2 Kwashiorkor
Dikutip dari: http:adam.about.com
2.3 Makronutrien 2.3.1 Protein