Pengaruh Good Governance Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Pada Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Metrologi Medan

(1)

PENGARUH GOOD GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS

PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) BALAI METROLOGI MEDAN

SKRIPSI O L E H

SISKA IFDAYANTI 090921022

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA – EKSTENSI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat ALLAH SWT, karna atas berkah rahmat dari-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pengaruh Good Governance Terhadap Pelayanan Publik Pada Kantor UPTD Balai Metrologi Medan”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai kekurangan, baik dari tata bahasa maupun bobot lainnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaannya, sehingga skripsi ini berguna bagi pihak yang membutuhkannya.

Pada kesempatan ini saya berterimakasih kepada berbagai pihak yang sudah turut membantu selama penulis menempuh studi dan selama penulisan skripsi ini baik dengan material dan spiritual, secara khusus saya sampaikan kepada:

1. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Husni Thamrin selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Dra Elita Dewi,MSP selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia memberikan bimbingan, arahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Kariono, yang sudah bersedia mengajarkan SPSS.

5. Bapak/Ibu Dosen pengajar di Departemen Ilmu Administrasi Negar di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

6. Staf dan Pegawai kak mega, kak dian

7. Bapak Sahat M. Siahaan, selaku pimpinan beserta staf dan pegawai kantor UPTD Balai Metrologi Medan yang sudah meluangkan waktu dan memberikan masukan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

8. Keluarga yang sangat aku sayangi teristimewa kedua orang tua bapak dan ibu yang telah memberikan kasih sayang dan pengorbanan yang tidak henti-henti. 9. Rekan-rekan mahasiswa di Departemen Ilmu Administrasi Negara ( Ekstensi)


(3)

10. Untuk rekan seperjuangan yang selalu mendukung dan memberikan motivasi skripsi ini. Rusak-rusak comunity ( bg wong, aad, fitra, siska, tyqa, brian, ando).Semoga kita semua sukses!!!

Akhir kata penulis mengharapkan agar skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin YA RABBAL ALAMIN.

Medan , Mei 2011

Penulis

SISKA IFDAYANTI 090921022


(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……….. i

DAFTAR TABEL ……….. iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Perumusan Masalah ………. 4

C. Tujuan Penelitian ………. 4

D. Manfaat Penelitian ………... 5

E. Kerangka Teori ……… 6

1. Good Governance..……….………. 6

2. Pelayanan Publik………. 14

F. Hipotesis ………. 23

G. Defenisi Konsep ………. 23

H. Defenisi Operasional ……….. 24

I. Sitematika Penulisan ……….. 27

BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ……… 28

B. Lokasi Penelitian ………. 28

C. Populasi dan Sampel ……… 28

D. Teknik Pengumpulan Data ……….. 29

E. Teknik Penentuan Skor ……… 30

F. Teknik Analisa Data ………. 32

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat UPTD Balai Metrologi Medan ……… 35


(5)

C. Tugas Pokok dan Fungsi ……….... 37

D. Struktur Organisasi ……… 42

BAB IV PENYAJIAN DATA A. Identitas Responden ………. 58

B. Distribusi Jawaban Responden Variabel X (Good Governance)……….………. 62

C. Distribusi Jawaban responden Variabel Y (Pelayanan Publik) ……… 68

BAB V ANALISA DATA A. Analisa Data…… ……… 76

1. Good Governance ……… 76

2. Pelayanan Publik ………. 77

B. Pengaruh Pelaksanaan Good Governance terhadap Kualiatas Pelayanan Publik………. 78

1. Pengujian dengan Korelasi Product Moment……… 78

2. Interpretasi Koefisien Korelasi ………. 79

3. Koefisien Determinan ……….. 80

4. Uji Signifikansi Korelasi Product Moment ……… 81

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 82

B. Saran ……… 83 DAFTAR PUSTAKA


(6)

ABSTRAK

PENGARUH GOOD GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD)

BALAI METROLOGI MEDAN

NAMA : SISKA IFDAYANTI

NIM : 090921022

FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA PEMBIMBING : Dra. Elita Dewi ,MSP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pelaksanaan good governance terhadap pelayanan publik. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Bali Metrologi Medan. Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan good governance terhadap pelayanan publik, yaitu semakin tinggi pelaksanaan good governance maka semakin berkualitas pelayanan publik di Kantor UPTD Balai Metrologi Medan.

Metode yang digunakan adalah analisa kuantitatif, dan tehnik analisanya adalah analisa koefesien korelasi product moment, koefesien determinasi, dan uji signifikan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ada pengaruh pelaksanaan good governance terhadap pelayanan publik. Nilai rxy= 0.44 nilai r ini positif dan berada pada interval 0,40-0.599 menunjukkan pelaksanaan good governance yang sudah diterapkan di Kantor UPTD Balai Metrologi Medan pengaruhnya sedang terhadap pelayanan publik.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kita menyaksikan beberapa tahun belakangan ini muncul wacana dalam ilmu administrasi Negara yaitu good governance. Konsep good governance ini munculnya karena adanya ketidakpuasan pada kinerja pemerintahan yang selama ini dipercaya sebagai penyelengggara urusan publik. Pendekatan penyelenggaraan urusan publik yang bersifat sentralis, non partisifatif serta tidak akomodatif terhadap kepentingan publik pada rezim-rezim terdahulu, harus diakui telah menumbuhkan rasa tidak percaya dan bahkan antipati pada rezim yang berkuasa. Menurut Edelman, hal seperti ini merupakan era anti birokrasi, era anti pemerintah, serta era anti institusi. Implikasi nyata dari fenomena semakin rendahnya kepercayaan publik pada pemerintah ini, berujung pada posisi administrasi publik yang sulit serta tidak menguntungkan. (Edelman dalam Wibowo 2004:5).

Good governance sudah lama menjadi mimpi bagi banyak orang di Indonesia. Kendati pemahaman mereka mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian besar dari mereka setidaknya membayangkan bahwa dengan good governance mereka akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik. Banyak diantara mereka yang membayangkan bahwa dengan memiliki praktik good governance maka kualitas pelayanan publik menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semkin rendah, dan pemerintahan semakin peduli dengan kepentingan warga

Mengingat pengembangan good governance memiliki kompleksitas yang tinggi dan kendala yang besar maka diperlukan sebuah langkah yang strategis untuk memulai praktik good governance. Agus Dwiyanto (2004:3) menyarankan praktik


(8)

governance sebaiknya dimulai dari sektor pelayanan publik. Pelayanan publik dipilih sebagai penggerak utama karna upaya mewujudkan nilai-nilai yang selama ini mencirikan praktik governance yang baik dalam pelayanan publik dapat dilakukan lebih nyata dan mudah. Nilai-nilai seperti efesiensi, partisipasi dan akuntabilitas dapat diterjemahkan secara relatif lebih mudah dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Pelayanan publik sebagai penggerak utama juga dianggap penting oleh semua aktor dari unsur good governance. Para pejabat publik, unsur-unsur dalam masyarakat sipil dan dunia usaha sama-sama memiliki kepentingan terhadap perbaikan kinerja pelayanan publik. Ada tiga alasan penting yang melatar-belakangi bahwa pembaharuan pelayanan publik dapat mendorong praktik good governance di Indonesia. Pertama, perbaikan kinerja pelayanan publik dinilai penting oleh stakeholders, yaitu pemerintah , warga, dan sektor usaha. Kedua, pelayanan publik adalah ranah dari ketiga unsur governance melakukan interaksi yang sangat intensif. Ketiga, nilai-nilai yang selama ini mencirikan praktik good governance diterjemahkan secara lebih mudah dan nyata melalui pelayanan publik.

Fenomena pelayanan publik oleh birokrasi pemerintahan sarat dengan permasalahan, misalnya prosedur pelayanan yang bertele-tele, ketidakpastian waktu dan harga yang menyebabkan pelayanan menjadi sulit dijangkau secara wajar oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan terjadi ketidakpercayaan kepada pemberi pelayanan dalam hal ini birokrasi sehingga masyarakat mencari jalan alternatif untuk mendapatkan pelayanan melalui cara tertentu yaitu dengan memberikan biaya tambahan. Dalam pemberian pelayanan publik, disamping permasalahan diatas, juga tentang cara pelayanan yang diterima oleh masyarakat yang sering melecehkan martabatnya sebagai warga Negara. Masyarakat ditempatkan sebagai klien yang membutuhkan bantuan pejabat instansi, sehingga harus tunduk pada ketentuan


(9)

birokrasi dan kemauan dari para pejabatnya. Hal ini terjadi karna budaya yang berkembang dalam birokrasi selama ini bukan budaya pelayanan, tetapi lebih mengarah kepada budaya kekuasaan.

Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik yang berkesinambungan demi mewujudkan pelayanan publik yang prima sebab pelayanan publik merupakan fungsi utama pemerintah yang wajib diberikan sebaik-baiknya oleh pejabat publik. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan melakukan penerapan prinsip-prinsip Good Governance, yang diharapkan dapat memenuhi pelayanan yang prima terhadap masyarakat. Terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas merupakan salah satu ciri Good Governance. Untuk itu, aparatur Negara diharapkan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan efesien. Diharapkan dengan penerapan Good Governance dapat mengembalikan dan membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

UPTD Balai Metrologi dibawah naungan Dinas Perindustrian Perdagangan Provinsi Sumatera Utara, memberikan pelayanan pada masyarakat pemilik/pengguna alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) dan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT),masyarakat enggan untuk melengkapi syarat-syarat administrasi yang tela ditetapkan oleh pihak UPTD Balai Metologi Medan.Hal inilah yang menyebabkan proses pelayanan publik menjadi lamban. Dilain pihak, masyarakat mengeluhkan kurangnya keramahan pegawai dalam pengurusan berbagai keperluan administrasi membuat masyarakat merasa tidak dilayani dengan baik. Kurangnya transparansi dalam hal biaya administrasi, prosedur pelayanan yang berbelit-belit, terbatasnya sarana dan prasarana sehingga tidak menjamin kepastian (hukum, waktu, dan biaya). Pejabat instansi sering kali tidak menginformasikan bentuk


(10)

pertanggung-jawaban atas kinerja mereka pada masyarakat. Sehingga masyarakat tidak mengetahui program kerja dari instansi tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat judul dalam penelitian ini yaitu : Pengaruh Good Governance Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Pada Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Metrologi Medan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh good governance terhadap pelayanan publik pada Kantor Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Balai Metrologi Medan.

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Bagaimana pengaruh good governance pada Kantor UPTD Balai Metrologi Medan.

2. Apa saja kendala good governance pada Kantor UPTD Balai Metrologi Medan.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Secara Ilmiah

Penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang penulis terima di Departemen Ilmu Administrasi Negara Ekstensi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(11)

b. Manfaat Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada UPTD Balai Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

c. Manfaat Secara Akademis

Sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi Strata-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Ekstensi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

E. Kerangka Teori 1. Good Governance

Arti good dalam istilah good governance mengandung dua pengertian: pertama,nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efesien dalam pelaksanan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, kepemerintahan yang baik berorientasi pada dua hal yaitu:

1. Orientasi ideal Negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional 2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efesien

melakukan upaya pencapaian tujuan nasional. (Suhady 2005:49).

Lembaga Administrasi Negara (2000) memberikan pengertian Good governance yaitu penyelenggaraan pemerintah negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efesien dan efektif, dengan menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat


(12)

Dari segi fungsional, aspek governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah berfungsi secara efektif dan efesien dalam upaya mencapai tujuan yang telah digariskan, atau justru sebaliknya dimana pemerintahan tidak berfungsi secara efektif dan efesien. Penekanan baru dari konsep governance adalah pemaknaannya yang tidak lagi menunjuk penggunaan kekuasan secara eksklusif pada pemerintahan, tetapi juga merujuk pada penggunaan kekuasaan pada institusi atau organisasi yang berada diluar pemerintahan. Selain itu defenisi governance juga memberikan penekanan pada fungsi yang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga aktor-aktor lain yaitu civil society, dan pasar atau sektor privat. Governance merupakan sebuah bentuk mekanisme, proses, hubungan dan jaringan institusi yang kompleks, dimana warga Negara dan kelompok-kelompok yang ada mengartikulasikan kepentingannya. Hal ini mempunyai implikasi bahwa hampir semua organisasi, asosiasi, atau lembaga dalam masyarakat mempunyai pengaruh dan juga dipengaruhi oleh fungsi-fungsi governance.

Governance menurut defenisi dari World Bank adalah “the way state power is used in managing economic and social resources for devolepment and society”. Suatu cara digunakan didalam mengatur sumber daya sosial dan ekonomi untuk pembangunan dan masyarakat". Sementara UNDP ( united nation development program) mendefenisikannya sebagai “the exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”. Latihan dari politis, ekonomi, dan otoritas administratif untuk mengatur suatu urusan bangsa pada semua tingkat". Berdasarkan defenisi terakhir, governance mempunyai tiga kaki, yaitu:


(13)

1. Economic governance (Penguasaan ekonomi) meliputi proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi terhadap equity (Kekayaan), proverty (properti), dan quality of live ( Kualitas hidup).

2. Political governance (Penguasaan politik) adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan.

3. Administrative governance (Penguasaan administrasi) adalah sistem

implementasi proses kebijakan (Sedarmayanti 2003:4-5).

Oleh karena itu, institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state (Negara atau pemerintah), private sector (Sektor swasta), dan society (Masyarakat) yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-masing. State berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif, private sector menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi, politik, termasuk mengajak kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik.

Menurut sedarmayanti (2003:5) hubungan antar sektor dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1Hubungan antar sektor

OECD (Organization for economic coorporated development) yaitu organisasi untuk kerjasama ekonomi pembangunan dan World Bank mensinonimkan good

state

private society


(14)

governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efesien, penghindaran korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frameworks (undang-undang dan kerangka politik) bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan (Sedarmayanti 2003:7).

UNDP sendiri mendefenisikan good governance sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara Negara, sektor swasta dan masyarakat (society). Berdasarkan defenisi tersebut, UNDP kemudian mengajukan karakteristik good governance yang saling memperkuat dan tidak dapat berdiri sendiri. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah partisipasi, supremasi hukum, transparansi, cepat tanggap, membangun konsensus, kesetaraan, efektif dan efesien, bertanggung jawab dan visi yang strategik (Suhady 2005:50).

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 merumuskan pengertian kepemerintahan yang baik yaitu kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efesiensi, efektifitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

Sedangkan dalam modul sosialisasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAN & BPKP, 2000) dikemukakan bahwa “ proses penyelenggaraan kekuasaan Negara alam melaksanakan penyediaan public goods and services disebut governance, sedang praktik terbaiknya disebut good governance ( kepemerintahan yang baik). Selanjutnya dikemukakan pula bahwa good governance yang efektif menuntut adanya alignment (koordinasi) yang baik dan integritas, profesionalisme, serta etos kerja dan moral yang tinggi.


(15)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik terdiri dari:

1. Profesionalitas, meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau.

2. Akuntabilitas, meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.

3. Transparansi, menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

4. Pelayanan prima, penyelenggaraan pelayanan publik yang mencakup prosedur yang baik, kejelasan tarif, kepastian waktu, kemudahan akses, kelengkapan sarana dan prasarana serta pelayanan yang ramah dan disiplin.

5. Demokrasi dan Partisipasi, mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.

6. Efisiensi dan Efektifitas, menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.

7. Supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat, mewujudkan adanya penegakkan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.


(16)

UNDP (1997) mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip-prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) meliputi:

1. Partisipasi (Participation): Setiap orang atau warga masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing 2. Akuntabilitas (Accountability): Para pengambil keputusan dalam sektor

publik, swasta dan masyarakat madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik, sebagaimana halnya kepada stakeholders. 3. Aturan hukum (Rule of law): Kerangka aturan hukum dan

perundang-undangan harus berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh, terutama aturan hukum tentang hak azasi manusia.

4. Transparansi (Transparency): Transparansi harus dibangun dalam rangka kebebasan aliran informasi. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.

5. Daya tangkap (Responsiveness): Setiap intuisi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders).

6. Berorientasi konsensus (consensus Orientation): Pemerintah yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau kesempatan yang terbaik bagi kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau kesempatan yang terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak, dan berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.


(17)

7. Berkeadilan (Equity): Pemerintah yang baik akan memberikan kesempatan yang baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

8. Efektifitas dan Efisiensi (Effectifitas and Effeciency): Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan berbagai sumber yang tersedia.

9. Visi Strategis (Strategic Vision): Para pemimpin dan masyarakat memiliki persfektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintah yang baik dan pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut.

Sedangkan dalam praktek penyelenggaran pemerintahan di Indonesia pasca gerakan reformasi nasional, prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik tercermin dalam ketetapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang memuat asas-asas umum pemerintah yang mencakup:

1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara.

2. Asas tertib penyelenggaraan negara, adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara.

3. Asas kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif.


(18)

4. Asas keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

5. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.

6. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Asas akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pelayanan publik

2.1 Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan (Sampara dalam sinambela 2006:5). Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayana sebagai hal, cara atau hasil pekerjaan melayani. Sedangkan melayani adalah menyuguhi (orang dengan makanan atau minuman; menyediakan keperluan orang; mengiyakan, menerima; menggunakan).

Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2009, Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan


(19)

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara publik.

Sementara itu istilah publik berasal dari bahasa inggris public yang berarti umum, masyarakat, negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi bahasa Indonesia baku menjadi publik yang berarti umum, orang banyak, ramai. Padanan kata yang tepat digunakan adalah praja yang sebenarnya bermakna rakyat sehingga lahir istilah pamong praja yang berarti pemerintah yang melayani kepentingan seluruh rakyat.

Oleh karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik (Inu dalam Sinambela 2006:5).

Ijan Poltak Sinambela (2006:5) mengartikan pelayanan publik sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan. Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat pada penyelenggaraan negara. Negara didirikan oleh publik atau masyarakat tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya negara dalam hal ini birokrasi haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat.

2.2 Kualitas Pelayanan Publik

Tujuan pelayanan publik adalah memuaskan dan bisa sesuai dengan keinginan masyarakat atau pelayanan pada umumnya. Untuk mencapai hal ini diperlukan


(20)

kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 62 tahun 2003 tentang penyelenggaraan pelayanan publik setidaknya mengandung sendi-sendi :

1. Kesederhanaan, dalam arti prosedur atau tata cara pelayanan diselenggarakan secara cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan yang mencakup :

- Rincian biaya atau tarif pelayanan publik.

- Prosedur/tata cara umum, baik teknis maupun administratif.

3. Kepastian waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan publik harus dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Kemudahan akses, yaitu bahwa tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

5. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, yakni memberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

6. Kelengkapan sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika.

Kualitas pelayanan berhasil dibangun apabila yang diberikan kepada masyarakat atau pelanggan mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak yang dilayani. Pengakuan ini bukan dari aparatur tetapi dari masyarakat/pelanggan. Dengan adanya tata cara pelayanan yang jelas dan terbuka, maka masyarakat dalam pengurusan


(21)

kepentingan dapat dengan mudah mengetahui prosedur ataupun tata cara pelayanan yang harus dilalui. Sehingga pelayanan itu sendiri akan dapat memuaskan masyarakat.

Pelayanan yang dapat memberikan kepuasan pada para pelanggan sekurang-kurangnya mengandung tiga unsur pokok yaitu :

1. Terdapatnya pelayanan yang merata dan sama

Yaitu dalam pelaksanaannya tidak ada diskriminasi yang diberikan oleh aparat pemerintah terhadap masyarakat. Pelayanan tidak menganaktirikan dan menganakemaskan keluarga, pangkat, suku, agama dan tanpa memandang status ekonomi. Hal ini membutuhkan kejujuran dan tenggang rasa para pemberi pelayanan tersebut.

2. Pelayanan yang diberikan harus tepat pada waktunya

Pelayanan oleh aparat pemerintah dengan mengulur waktu dengan berbagai alasan merupakan tindakan yang dapat mengecewakan masyarakat. Mereka yang membutuhkan secepat mungkin diselesaikan akan mengeluh kalau tidak segera dilayani. Lagipula jika mereka mengulur waktu tentunya merupakan beban untuk tahap selanjutnya karena berbarengan dengan semakin banyaknya tugas yang harus diselesaikan.

3. Pelayanan harus merupakan pelayanan yang berkesinambungan

Dalam hal ini aparat pemerintah harus selalu siap untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan pelayanan.

Meminjam model dari Valerie A. Zeithaml dkk (2000:45) maka ada beberapa dimensi yang sangat penting diperhatikan dalam mengukur pelayanan yang bekualitas yaitu:


(22)

1. Tangibility

Dapat berupa tampilan fisik, peralatan, dan penggunaan alat Bantu yang dimiliki pemberi pelayanan. Hal ini sangat penting sekali mengingat masyarakat akan merasalebih nyaman berada dalam sarana fisik yang bersih, rapi dan nyaman serta mudah dalam mengidentifikasikan antara pembeli pelayanan dengan orang lain.

2. Reability

Kesesuaian antara kenyataan layanan yang diberikan dengan pelayanan yang dijanjikan. Hal ini penting karena akan mempengaruhi perencanaan usaha dan kepastian dari masyarakat dalam mendapatkan pelayanan.

3. Responsiveness

Kemampuan dalam pemberian pelayanan secara tepat dan cepat. Pemberi pelayanan harus bertanggung jawab dalam memberikan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi masyarakat atau pelanggan.

4. Assurance

Keahlian yang diperlukan dalam memberikan pelayanan sehingga pelanggan atau masyarakat merasa terbebas dari resiko atau kerugian karena gagalnya pelayanan.

5. Empathy

Adanya kedekatan dan pemahaman baik antara pemberi pelayanan dengan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan memuat akses komunikasi yang dapat memudahkan komunikasi antara pemberi pelayanan dapat mengenal masyarakat/pelanggannya dengan baik dan keinginan masyarakat dalam proses pelayanan dapat dimengerti.


(23)

3. Bentuk-Bentuk Pelayanan

Pemerintah melalui lembaga dan segenap aparaturnya bertugas menyelenggarakan dan menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh aparat pemerintah terdiri dari berbagai macam bentuk.

Menurut Moenir (2002:160-166) bentuk pelayanan ada tiga macam yaitu : 1. Pelayanan dengan lisan

Pelayanan dengan lisan ini dilakukan oleh petugas-petugas bidang hubungan masyarakat (humas), bidang layanan informasi dan bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada masyarakat mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia.

Agar pelayanan lisan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu :

- Memahami benar masalah-masalah yang termasuk kedalam bidang tugasnya.

- Mampu memberikan penjelasan apa-apa saja yang perlu dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

- Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

- Harus dalam keadaan sepi, tidak berbincang dan berbicara dengan sesama pegawai, karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas. 2. Pelayanan dengan tulisan

Dalam bentuk tulisan, pelayanan yang diberikan dapat berupa pemberian penjelasan kepada masyarakat dengan penerangannya berupa tulisan suatu informasi mengenai hal atau masalah yang sedang terjadi.


(24)

- Layanan yang berupa petunjuk, informasi yang sejenis yang ditujukan kepada orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga.

- Pelayanan yang berupa reaksi tertulis atau permohonan, laporan, keluhan, pemberitahuan dan sebagainya.

3. Pelayanan bentuk perbuatan

Layanan dalam betuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar kesanggupan atau penjelasan secara lisan. Dalam keputuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 63 Tahun 2003, pelayanan publik dibagi atas tiga kelompok yaitu :

a. Kelompok pelayanan administratif, yaitu bentuk pelayanan menghasilkan berbagai macam dokumen resmi yang diperlukan oleh masyarakat atau publik.

Misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan lain-lain. Dokumen ini antara lain KTP, akte kelahiran, buku pemilik kendaraan bermotor, surat tanda nomor kendaraan.

b. Kelompok layanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis barang yang digunakan publik. Misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih dan lain-lain.

c. Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik. Misalnya pendidikan, pelayanan kesehatan, penyelenggaraan transportasi.


(25)

5. Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus mempunyai standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima layanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dilakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 tentang pedoman umim penyelenggaraan pelayanan publik, standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi :

a. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang diberlakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

b. Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyesuaian pelayanan termasuk pengaduan.

c. Biaya Pelayanan

Biaya atau tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

d. Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

e. Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggaraan pelayanan publik.


(26)

Kompetensi petugas pemberi layanan harus ditetapkan dengan tepat sesuai berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan melalui penelitian. Dalam hal ini penulis mengetengahkan suatu hipotesis didalam skripsi ini yaitu :

1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pelaksanaan good governance terhadap pelayanan publik.

2. Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pelaksanaan good governance terhadap pelayanan publik.

G. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan :

1. Good governance yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan dari prinsip-prinsip good governance dalam pemberian pelayanan publik pada masyarakat pada Kantor UPTD Balai Metrologi Medan.

2. Pelayanan Publik

Pelayanan publik dalam penelitian ini adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh kantor Uptd Balai Metrologi Medan.

H. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur variabel melalui indikator-indikatornya.


(27)

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah good governance dengan indikatornya sebagai berikut:

- Partisipasi, setiap orang atau setiap warga masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing. - Aturan hukum (rule of law), kerangka aturan hukum dan

perundang-undangan haruslah berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh terutama aturan hukum tentang hak asasi manusia

- Transparansi, transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi

- Berorientasi konsensus (consensus orientation), pemerintah yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai consensus atau kesepakatan yang terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak, dan jika dimungkinkan juga dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.

- Berkeadilan (equity), pemerintahan yang baik akan memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki dan perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya. - Efektifitas dan efisiensi (effectiveness and efficiency), setiap proses

kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan sesuai kebutuhan melalui pemanfatan yang sebaik-baiknya dari berbagai sumber yang tersedia.


(28)

- Akuntabilitas (accountability), para pengambil keputusan (decision makers) dalam organisasi sector publik, swasta dan masyarakat madani memiliki penanggung jawaban kepada publik sebagaimana halnya kepada para pemilik.

- Bervisi strategis (strategic vision), para pimpinan dan masyarakat memiliki presfektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik ( good governance) dan pembangunan manusia (human development), bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk membangun masyarakat tersebut.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pelayanan publik dengan indikatornya sebagai berikut:

- Kesederhanaan, dalam arti prosedur atau tata cara pelayanan diselenggarakan secara tepat, tidak berbelit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

- Kejelasan yang mencakup biaya dan prosedur atau tata cara umum baik teknis ataupun administratif.

- Kepastian waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan publik harus dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

- Kemudahan akses, yaitu bahwa tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi informasi.

- Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan yakni memberi pelayanan harus bersikap disiplin dan sopan santun serta memberi pelayanan dengan ikhlas.


(29)

I. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian. Manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumetasi yang akan dianalisis

BAB V ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.

BAB VI PENUTUP


(30)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan maksud untuk mencari pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Dengan metode ini diharapkan dapat menjelaskan fenomena yang ada berdasarkan data dan informasi yang diperoleh. B. LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Kantor UPTD Balai Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Utara di Jl. Persatuan No. 3 STM Kampung Baru Medan Sumatera Utara.

C. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi

Menurut Sugiono (2005 : 90) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Dari pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Negeri Sipil Kantor UPTD Balai Metrologi Medan yaitu sebanyak 43 orang.

2.Sampel

Yang dimaksudkan dengan sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya. Dengan kata lain, sampel merupakan bagian dari populasi. Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai representasi dari seluruh populasi sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan populasi.


(31)

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti menentukan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling penelitian. Yaitu penentuan sampel yang tidak didasarkan atas strata atau pedoman, tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan.

Menurut Arikunto (2006), sampel ialah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila jumlah populasi kurang dari 100 maka diambil dari seluruhnya untuk dijadikan sampel. Sedangkan jika populasi diatas 100, maka diambil diantara 10% - 15% atau 20% - 25% dari populasi. Maka sampel dalam penelitian ini adalah 43 orang yang terdiri dari 13 orang pegawai dan 30 orang masyarakat.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh data/keterangan/informasi yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu pengumpulan data yang digunakan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan instrument sebagai berikut :

a. Metode Angket (kuisoner), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebarkan sejumlah daftar pertanyaan kepada pihak terkait. b. Metode Wawancara (interview), yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan tanya-jawab secara langsung kepada pihak-pihak terkait.

a. Metode Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian dilokasi penelitian.


(32)

1. Teknik pengumpulan data sekunder yaitu :

a. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

b. Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, dan laporan penelitian serta yang lainnya.

E. TEKNIK PENENTUAN SKOR

Melalui penyebaran angket berisikan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada responden, maka ditentukan skor pada setiap pertanyaan. Penentuan ini dihitung berdasarkan alternative jawaban a,b,c,d, dan e akan diberikan skor sebagai berikut :

- Alternatif jawaban a, diberi skor 5

- Alternatif jawaban b, diberi skor 4

- Alternatif jawaban c, diberi skor 3

- Alternatif jawaban d, diberi skor 2

- Alternatif jawaban e, diberi skor 1

Untuk menentukan kategori jawaban apakah tergolong tinggi, sedang, rendah, terlebih dahulu ditentukan kelas intervalnya. Berdasarkan alternatif jawaban responden, maka dapat ditentukan interval kelas sebagai berikut :

Skor Tertinggi – Skor Terendah Banyaknya bilangan


(33)

Maka diperoleh :

Sehingga dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden masing-masing variabel yaitu :

- Skor untuk kategori sangat tinggi = 4,21 – 5,00

- Skor untuk kategori tinggi = 3,41 – 4,20

- Skor untuk kategori sedang = 2,61 – 3,40

- Skor untuk kategori rendah = 1,81 – 2,60

- Skor untuk kategori sangat rendah = 1,00 – 1,80

Untuk menentukan jawaban responden tersebut tergolong tinggi, sedang, rendah maka dari jumlah skor dari variabel akan ditentukan rata-ratanya dengan membagi jumlah pertanyaannya. Dari hasil pembagian tersebut, maka akan dapat diketahui jawaban responden termasuk kedalam kategori yang sama.

F. TEKNIK ANALISA DATA

Teknik analisa dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Adapun metode statistik yang digunakan adalah.

1. Koefien Korelasi Product Moment

Cara ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan besar kecilnya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Sugiono,2005). Cara perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut :


(34)

Keterangan :

r

xy = angka indeks korelatif“r” product moment

N = Populasi

∑ xy = Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y ∑ x = Jumlah seluruh skor X

∑ y = Jumlah seluruh skor Y

Untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Nilai

r

xy yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh variabel yang lain.

b. Nilai rxy yang negatif menunjukkan variabel negatif, artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain.

c. Nilai rxy yang sama dengan nol (0) menunjukkan kedua variabel tidak mempunyai hubungan artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran atau interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiono (2005 : 149) yaitu :


(35)

Tabel 2.1 : interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment Interval Korelasi Tingkat hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0.20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,000 Sangat tinggi

Dari nilai rxy yang diperoleh, dapat dilihat secara langsung melalui tabel korelasi untuk menguji apakah nilai r yang diperoleh tersebut berarti atau tidak. Tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan tertentu, dalam hal ini signifikan 5%. Bila nilai r tersebut signifikan, berarti hipotesis dapat diterima.

2. Koefisien Determinant

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi product moment (rxy)) dan dikalikan dengan 100%.

KP = (rxy)2 x 100% Keterangan :

KP = Koefisien Determinant


(36)

BAB III

DEKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Metrologi

Metrologi berasal dari bahasa Yunani, yakni Metre yang artinya Ukuran dan Logos yang artinya Ilmu Pengetahuan. Jadi, Metrologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang ukuran dan kantor Metrologi adalah kantor yang melakukan Pengujian, Peneraan dan Penyuluhan terhadap alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) serta melakukan Pengujian terhadap Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT).

Secara garis besar Metrologi terbagi atas 3 (tiga) bagian yaitu :

1. Metrologi Legal, adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metode-metode pengukuran dan alat-alat ukur, menyangkut persyaratan teknik dan peraturan berdasarkan Undang-undang bertujuan melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran.

2. Metrologi Teknik, adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metode-metode pengukuran dan alat ukur, menyangkut persyaratan teknik dan pengembangan metode pengukuran, perawatan dan pengembangan standar nasional untuk satuan ukuran dan alat ukur sesuai dengan perkembangan teknologi untuk memberikan kepastian dan kebenaran pengukuran.

3. Metrologi Radiasi Nuklir, adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, alat-alat ukur dan metode-metode pengukuran, menyangkut persyaratan teknik dalam pemakaian zat radioaktif dan atau sumber-sumber lainnya, diatur berdasarkan Undang-undang / Peraturan Pemerintah / Keputusan Direktur Jendral Badan Tenaga Atom Nasional, bertujuan


(37)

menjamin kesehatan dan keselamatan dan memberikan ketelitian dan keadaan yang dapat dipertanggung jawabkan.

B. Visi dan Misi UPTD Balai Metrologi Medan

- Visi : Menjamin tertib ukur disegala bidang guna melindungi kepentingan umum (konsumen dan produsen) yang pada gilirannya akan memperkuat daya saing produk Indonesia dipasar global.

- Misi : Melakukan pembangunan dan pengembangan sistem Metrologi Legal melalui penggunaan dan pengelolaan standar ukuran, metoda pengukuran maupun ketentuan UTTP yang mengacu kepada ketentuan internasional sehingga memiliki hasil pengukuran di seluruh Indonesia dapat terjamin.

UPTD Balai Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Utara mempunyai peranan dalam Pengelolaan Laboratorium Kemetrologian, disamping itu memberikan Perlindungan terhadap Konsumen dan Produsen UTTP dan BDKT, dengan Visi “ Menjamin terwujudnya kondisi “ tertib ukur ” , “ tertib niaga “ serta “ tertib usaha ”, diwilayah kerja UPTD Balai Metrologi Medan, serta dilingkungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Utara dengan misi utama dalam rangka usaha melaksanakan:

• Pengelolaan Standard dan Laboratorium

• Pelayanan Tera/Tera Ulang alat UTTP

• Pengawasan alat UTTP dan BDKT

• Penyuluhan Kemetrologian

Dengan perkataan lain misi kemetrologian secara umum dapat di sebut sebagai penjamin tingkat kebenaran ukuran, baik di pihak konsumen maupun produsen alat


(38)

UTTP dan BDKT sesuai dengan Standard Operasional Prosedur yang mampu telusur baik ke tingkat Nasional maupun Internasional.

Disamping itu arah kebijakan dari UPTD Balai Metrologi adalah meliputi pelaksanaan :

• Perawatan, Pengelolaan , pengendalian Standar dan Laboratorium

• Kegiatan Pengawasan dan Penyuluhan kepada Konsumen dan produsen UTTP dan BDKT

• Koordinasi dengan instansi terkait

• Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM/Kuantitas/Kualitas)

• Melengkapi Sarana/Prasarana UTTP dan BDKT

• Menyusun konsep kebijaksanaan dan sasaran. C. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Metrologi Medan

Kegiatan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) unit kerja UPTD Balai Metrologi Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Utara, tertuang dalam Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Dinas-Dinas Daerah Propinsi Sumatera Utara, serta Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 060.256.K Tahun 2002 Tentang Tugas, Fungsi dan Tatakerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Utara, dan sejalan dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 731/MPP/Kep/10/2002 Tentang Pengelolaan Kemetrologian dan Pengelolaan Laboratorium Kemetrologian, serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonom. Kewenangan Pemerintah Pusat dalam penyelenggaraan Kemetrologian adalah sebagai Pengelolaan Kemetrologian dan kewenangan Pemerintah Propinsi adalah sebagai Pengelolaan Laboratorium Kemetrologian. Dalam


(39)

rangka Mendayagunakan Potensi yang ada pada UPTD Balai Metrologi Medan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Utara, baik ditingkat kualitas maupun kuantitas alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) dan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) serta Kompetensi Sumber Daya Manusia Kemetrologian, diharapkan terciptanya iklim usaha yang kondusif melalui kegiatan operasional, pembinaan dan pengawasan kegiatan Kemetrologian di Propinsi Sumatera Utara secara efektif dan effisien, hal ini dapat meningkatkan produktivitas kerja, guna terciptanya kondisi Tertib Ukur, Tertib Usaha dan Niaga pada Masyarakat Pemilik/Pengguna alat (UTTP) dan (BDKT), dalam rangka menggali Sumber Daya serta dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Propinsi Sumatera Utara, untuk mendukung pembangunan di sektor Industri dan Perdagangan.

Tugas pelaksanaan operasional, pembinaan dan pengawasan kegiatan kemetrologian berdasarkan Undang-undang Metrologi Legal No. 2 tahun 1981 dan peraturan perundang-undangan lainnya, yang pelaksanaannya di jabarkan ke dalam Tupoksi UPTD Balai Metrologi Medan sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan R.I. Nomor 731/MPP/Kep/10/2002 Tentang Pengelolaan Kemetrologian dan Pengelolaan Laboratorium Kemetrologian, sebagai bahan evaluasi dari pelaksanaan Tupoksi selama T.A 2008, pada UPTD Balai Metrologi sebagai unit kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Utara, yang mencakup kegiatan operasional teknis berpedoman kepada peraturan perundang-undnagan yang berlaku dibidang Metrologi Legal, berkaitan dengan:

1. Verifikasi standard untuk satuan ukuran 2. Pengadaan sarana dan prasarana Laboartorium

3. Pemeliharaan peralatan standar untuk satuan ukuran, ruang Laboratorium beserta instalasi uji


(40)

4. Pembinaan sumber daya manusia Metrologi 5. Pemeliharaan dan penggunaan Cap Tanda Tera 6. Menera dan Menera Ulang alat UTTP

7. Pengelolaan Biaya Tera

8. Pengawasan UTTP dan BDKT 9. Penyuluhan Kemetrologian

10. Pembinaan Terhadap Reparatir UTTP dan Pengusaha UTTP dan, 11. Penelitian UTTP untuk proses izin tanda Pabrik dan Izin Tipe

Maksud dan tujuan penyusunan Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi ini adalah sebagai berikut :

1. Merupakan Tupoksi secara periodik yang merangkum laporan pelaksanaan operasional, pembinaan dan pengawasan kegiatan kemetrologian dari 6 (enam) Kabupaten / Kota Propinsi Sumatera Utara, meliputi wilayah kerja (Kota Medan, Binjai dan Tebing-Tinggi, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai dan Kabupaten Langkat).

2. Merupakan bahan/data informasi dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan Industri dan Perdagangan khususnya di UPTD Balai Metrologi Medan .

3. Memberikan fenomena (gambaran) pelaksanaan kegiatan dan perkembangan ke metrologian yang telah dicapai selama kurun waktu TA 2008, berikut permasalahan yang dihadapi serta upaya dan program mengatasinya.

4. Sebagai bahan perbandingan dengan gerak langkah pembangunan yang Sinkron bagi kabupaten/Kota pada propinsi lainnya, khususnya sesama UPTD Balai Metrologi di Propinsi Sumatera Utara.


(41)

5. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan untuk menyusun program yang akan datang.

Perangkat UPTD Balai Metrologi tersebut sesuai dengan Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor: 060.256.K Tahun 2002 Tentang Tugas, Fungsi dan Tatakerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Organisasi dan Tatakerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Utara, yang tersusun dalam Struktur Organisasi sebagai berikut :

1. Kepala UPTD Balai Metrologi 2. Kepala Subbag Tata Usaha

3. Kepala Seksi Massa dan Timbangan

4. Kepala Seksi Ukuran, Arus, Panjang dan Volume 5. Kepala Seksi Pengawasan dan Penyuluhan.

D. Struktur Organisasi

Susunan Struktur dan nama Personil Organisasi UPTD Balai Metrologi Medan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut


(42)

Kasi Massa dan Timbangan Kasi Ukuran Arus Panjang Kasi Pengawasan dan Penyuluhan Kepala Subbag Tata Usaha T. Syarifuddin,SE Pelaksana :

1. Setiani R.W 2. Rasilah

3. T.A. Evelin Purba 4. Rudi Syafrial 5. R. Panggabean 6. Bertha Silaen 7. Martauli Siringoringo 8. Jannus Simanjuntak 9. Parsono

10. Iwa Kesuma 11. Sahrianto 12. Eriyadi 13. Mariadi 14. Eriyanto Pelaksana :

1. Manius T, ST 2. Hamdani Lubis 3. Hansen L. Tobing,BBA 4. T.H. Tampubolon 5. Joni Akbar 6. Syaiful 7. Maimun Efendy 8. Jannes Hutagaol

Pelaksana :

1. Sorimuda Nst 2. Saut Parulian 3. Yunarto 4. Bungsu Siregar 5. Rizki Vidholisa Nst 6. Syamsunar 7. Selfeber Tambunan

Pelaksana :

1. Seth Ginting 2. Rifa’i. Y 3. Setia Tambunan 4. Mhd. Syukur Pane 5. Sahat Sidebang 6. Rahmat 7. Sahrun Sinurat 8. Syahrul Habib 9. M.Adham Nst,ST 10. Banier Oloan S,ST,MM

Gambar 1

Struktur Organisasi UPTD Balai Metrologi Medan

Sumber : Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 060.256.K. Tahun 2002 Susunan Organisasi UPTD Balai Metrologi yang telah operasional sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Dinas-Dinas Daerah Propinsi Sumatera Utara, serta Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 060.256.K Tahun 2002 Tentang Tugas, Fungsi dan Tatakerja Dinas Perindag serta Organisasi dan Tatakerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Utara sebagai berikut :

Ka.UPTD Balai Metrologi Medan Ir. Sahat M .Siahaan


(43)

Pada tahun 2008, 2 (tiga) orang pegawai UPTD Balai Metrologi Medan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Povinsi Sumatera Utara yaitu Ir. Liberty Sinulingga, Kepala Seksi Pengawasan dan Penyuluhan, telah memasuki masa pensiun pada tahun 2008 dan Darsan Tanjung, SH dari Seksi UAPV, telah meninggal dunia. Sementara 3 (tiga) orang pegawai masuk di UPTD Balai Metrologi Medan, yaitu Mariadi, Eriady, dan Eriyanto. Dengan demikian maka jumlah Pegawai UPTD Balai Metrologi Medan pada saat ini ( tahun 2009 ) adalah 43 orang.

I. KEPALA UPTD BALAI METROLOGI

Sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara nomor 060.256.K Tahun 2002 Tentang Tugas, Fungsi dan tatakerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Organisasi dan Tatakerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Utara; Tugas Kepala Balai Metrologi adalah sebagai berikut:

TUGAS :

Membantu Kepala Dinas dalam Pengujian, Peneraan, Kalibrasi, Verifikasi serta Pengawasan dan Penyuluhan Kemetrologian.

URAIAN TUGAS :

1. Memahami peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas.

2. Merencanakan kegiatan UPT Metrologi sebagai acuan pelaksanaan tugas. 3. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Memberi petunjuk kepada bawahan agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik. 5. Mengkoordinasikan bawahan dilingkungan UPT Metrologi agar serasi dan saling


(44)

6. Menyelia pelaksanaan tugas dilingkungan UPT Metrologi agar sesuai dengan rencana.

7. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dilingkungan UPT Metrologi guna pemecahan masalah dan tindak lanjut.

8. Menyusun rencana dan usulan program pembinaan di UPT Metrologi, yang antara lain meliputi pengawasan dan penyuluhan, pemeriksaan dan pengujian standar tingkat tiga untuk UTTP serta kebutuhan sarana kemetrologian.

9. Mengkoordinasikan pelaksanaan, pengelolaan dan pengendalian standar ukuran, cap tanda tera, peneraan dan penera ulangan UTTP serta sarana kemetrologian lainnya.

10. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian standar tingkat 3 (tiga) untuk UTTP.

11. Mengkoordinasikan, penyusunan bahan mengenai pelaksanaan pengawasan terhadap penggunaan UTTP serta BDKT.

12. Mengkoordinasikan penyuluhan dibidang kemetrologian kepada Masyarakat. 13. Mengkoordinasikan, penyusunan bahan guna pelaksanaan pembinaan kepada

pengusaha dan reparatir UTTP.

14. Mengkoordinasikan pengumpulan bahan penyusunan rencana dan program kegiatan kemetrologian serta menganalisa, mengevaluasi data UTTP maupun data lainnya yang berkaitan dengan kemetrologian.

15. Mengendalikan pemberian perizinan di Bidang Kemetrologian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

16. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana UUML (Undang-Undang Metrologi Legal).


(45)

17. Memberikan masukan/saran kepada pemerintah Daerah dalam sektor kegiatan ekonomi masyarakat dibidang kemetrologian dan melaksanakan hubungan kerja sama dengan instansi pemerintah, Instansi vertikal maupun instansi lainnya didaerah.

18. Menyiapkan bahan koordinasi dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi jabatan Fungsional Penera berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

19. Melakukan pemantauan, pengelolaan dan pengendalian tugas dibidang metrologi.

20. Membuat laporan pelaksanaan tugas UPT Metrologi sebagai pertangung jawaban pelaksanaan tugas.

21. Melakukan tugas lain sesuai dengan petunjuk atasan FUNGSI:

- Penyusunan dan penyempurnaan konsep - konsep standard pengujian, peneraan, kalibrasi, verifikasi, sertifikasi, serta pengawasan penyuluhan kemetrologian.

- Pelaksanaan rencana jangka menengah dan tahunan di bidang pengujian, penempatan dan sertipikasi dan pengawasan kemetrologian , sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya.

- Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya.

- Pelaporan dan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas dan funngsinya kepada Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas, sesuai standar yang ditetapkan.


(46)

a. Subbag Tata Usaha Tugas :

- Menyelengarakan urusan Tata Usaha, Keuangan, Administrasi Kepegawaian, Administrasi Perlengkapan dan Rumah Tangga Balai, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

- Menghimpun bahan / data dari seksi lainnya, untuk penyusunan program dan laporan pengujian dan sertifikasi Pengujian UTTP, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai sesuai bidang tugasnya.

- Memberikan masukan yang perlu kepada kepala Balai, sesuai bidang tugasnya.

- Melaporkan dan mempertanggung-jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Balai, sesuai standar yang ditetapkan.

Uraian Tugas:

1. Memahami peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya yang dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan tugas.

2. Menyusun rencana kegiatan Tata Usaha Kemetrologian sebagai acuan pelaksanaan tugas.

3. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Memberi petunjuk kepada bawahan agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik.

5. Memeriksa hasil kerja bawahan agar sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku.


(47)

6. Melaksanakan pengelolaan dan pengendalian Standar Ukuran dan Cap Tanda Tera.

7. Melaksanakan pengelolaan dan pengendalian sarana kemetrologian lainnya meliputi piranti lunak, piranti keras dan kerja sama kemetrologian.

8. Memberikan bimbingan dan petunjuk teknis yang termasuk dalam

pelaksanaan pengelolaan dan pengendalian sarana kemetrologian meliputi : - Penyebarluasan peraturan perundang-undangan dan ketentuan

pelaksanaannya kepada masyarakat pada umumnya, serta pengusaha dan konsumen pada khususnya.

- Pemberian keterangan atau penjelasan mengenai hal-hal yang perlu diketahui dan diharuskan/dipatuhi oleh masyarakat, pengusaha dan konsumen baik secara langsung maupun media cetak, elektronika dan media komunikasi lainnya.

9. Pemberian penjelasan mengenai tata cara pelaksanaan identifikasi tanda tera 10. Pemberian penjelasan mengenai tata cara pengelolaan peralatan teknis dan

instrumen kemetrologian.

11. Memberikan bimbingan dan petunjuk teknis dalam rangka pembinaan kerjasama kemetrologian dengan organisasi / badan / lembaga / laboratorium, yang meliputi kerja sama dalam pengadaan peralatan teknis dan instrumen kemetrologian.

12. Menyiapkan bahan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam sektor kegiatan ekonomi masyarakat di bidang sarana kemetrologian serta menyiapkan hubungan kerja sama dengan instansi pemerintah daerah, instansi vertikal maupun instansi lainnya.


(48)

13. Membuat laporan pelaksanaan tugas Tata Usaha Kemetrologian sebagai pertanggung jawaban.

Melaksanakan tugas lain sesuai dengan perintah atasan. b. Seksi Massa Dan Timbangan

Tugas :

- Menyelenggarakan pengujian, peneraan, kalibrasi, verifikasi, sertifikasi di bidang massa dan timbangan, sesuai ketentuan dan standar nasional dan Internasional.

- Mempersiapkan bahan-bahan perizinan yang berkaitan dengan massa dan timbangan, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai, sesuai bidang tugasnya.

- Memberikan masukanyang perlu Kepada Kepala Balai, sesuai bidang tugasnya.

- Melaporkan dan mempertanggung – jawabkan pelaksanaan tugasnyakepada Kepala Balai, sesuai standar yang ditentukan.

Uraian Tugas:

1. Memahami peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya yang dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan tugas.

2. Menyusun rencana kegiatan seksi Massa dan Timbangan sebagai acuan pelaksanaan tugas.

3. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Memberi petunjuk kepada bawahan agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik.


(49)

5. Memeriksa hasil kerja bawahan agar sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku.

6. Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan program pengelolaan, pengendalian, pemeriksaan dan pengujian standar tingkat 3 (tiga), standar lainnya serta usulan program pembinaan dan bimbingan kepada pengusaha dan reparatir ukuran massa dan timbangan.

7. Melakukan pemeriksaan dan pengujian standar tingkat 3 (tiga) untuk ukuran massa dan timbangan.

8. Mengolah bahan pembinaan serta penyiapan pelaksanaan pemberian bimbingan, pengarahan maupun petunjuk teknis dalam rangka pembinaan terhadap pengusaha dan reparatir ukuran massa dan timbangan.

9. Mengolah data hasil pelaksanaan rencana dan program maupun data ukuran massa dan timbangan meliputi faktor-faktor pendukung dan hambatan serta saran pemecahan masalah.

10. Menyiapkan pelaksanaan pemberian perizinan kemetrologian dibidang massa dan timbangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 11. Melaksanakan pengelolaan, perawatan serta pengendalian ukuran massa dan

timbangan

12. Menyiapkan bahan koordinasi dalam sektor ekonomi masyarakat dibidang ukuran massa dan timbangan serta menyiapkan hubungan kerja sama dengan instansi pemerintah daerah, instansi vertikal maupun instansi lainnya didaerah.

13. Membuat laporan pelaksanaan tugas seksi massa dan timbangan sebagai pertanggung jawaban.


(50)

c. Seksi Ukuran Arus,Panjang dan Volume (UAPV). Tugas :

- Menyelengarakan pengujian, peneraan, kalibrasi, verikasi, sertifikasi alat ukur arus, panjang dan volume, sesuai ketentuan dan standar nasional dan Internasional, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

- Mempersiapkan bahan-bahan perizinan yang berkaitan dengan alat ukur arus, panjang dan volume, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan. - Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Balai, sesuai bidang

tugasnya.

- Memberikan masukan yang perlu kepada Kepala Balai, sesuai bidang tugasnya.

- Melaporkan dan mempertanggung-jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Balai, sesuai satandar yang ditetapkan.

Uraian Tugas:

1. Memahami peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya yang dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan tugas.

2. Menyusun rencana kegiatan pada seksi ukuran Arus, Panjang dan Volume sebagai acuan pelaksanaan tugas.

3. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Memberi petunjuk kepada bawahan agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik.

5. Memeriksa hasil kerja bawahan agar sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku.

6. Menyiapkan penyusunan rencana dan program pemeriksaan dan pengujian standar tingkat 3 (tiga), untuk ukuran arus , panjang dan volume .


(51)

7. Melakukan pemeriksaan dan pengujian standar tingkat 3 (tiga) untuk ukuran arus, panjang dan volume.

8. Mengolah bahan pembinaan serta mempersiapkan pelaksanaan bimbingan pengarahan maupun petunjuk teknis dalam rangka pembinaan terhadap pengusaha dan reparatir UAPV.

9. Mengolah hasil pelaksanaan rencana dan program maupun data UAPV yang antara lain meliputi faktor-faktor pendukung serta saran pemecahannya.

10. Menyiapkan pelaksanaan pemberian izin kemetrologian di bidang UAPV sesuai dengan peraturan perundang -undangan yang berlaku.

11. Melaksanakan pengelolaan serta pengendalian UAPV.

12. Menyiapkan bahan koordinasi dengan Pemerintah Daerah dalam kegiatan sektor ekonomi masyarakat dibidang UAPV serta menyiapkan hubungan kerjasama dengan instansi lainnya didaerah.

13. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan seksi UAPV sebagai pertanggung jawaban.

14. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan petunjuk atasan. d. Seksi Pengawasan dan Penyuluhan

Tugas :

- Menyelenggarakan pengawasan dan penyuluhan kelayakan pemakaian alat ukur, takar, timbangan,dan perlengkapannya (UTTP) barang dalam keadaan terbungkus (BDKT) dibidang kemetrologian, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai sesuai bidang tugasnya.


(52)

- Memberikan masukan yang perlu kepada kepala Balai, sesuai bidang tugasnya.

- Melaporkan dan mempertanggung-jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Balai, sesuai standar yang ditetapkan.

Uraian Tugas:

1. Memahami peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya yang dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan tugas.

2. Menyusun rencana kegiatan pada seksi Pengawasan dan Penyuluhan sebagai acuan pelaksanaan tugas.

3. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Memberi petunjuk kepada bawahan agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik.

5. Memeriksa hasil kerja bawahan agar sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku.

6. Menyiapkan bahan-bahan penyusunan rencana dan program Pengawasan dan penyuluhan penggunaan UTTP dan BDKT.

7. Mengolah bahan mengenai pelaksanaan pengawasan penggunaan UTTP serta BDKT.

8. Mengolah bahan mengenai pelaksanaan penyuluhan penggunaaan UTTP serta BDKT.

9. Mempersiapkan bahan untuk koordinasi dan jadwal penyidikan serta melaksanakan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana UUML.

10. Mengolah hasil pelaksanaan rencana dan program maupun data pengawasan, penyuluhan dan pembebasan tera ulang UTTP yang meliputi faktor-faktor pendukung dan hambatan serta saran pemecahan masalah.


(53)

11. Menyiapkan bahan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam sektor kegiatan ekonomi masyarakat dibidang pengawasan dan penyuluhan serta menyiapkan hubungan kerja sama dengan instansi lainnya di daerah. 12. Membuat Laporan pelaksanaan tugas seksi Pengawasan dan Penyuluhan

sebagai pertanggung jawaban.

13. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan perintah atasan

Kondisi Pegawai UPTD Balai Metrologi pada TA. 2008 berjumlah 43 orang terdiri dari :

A. Pejabat Struktural :

• Kepala UPTD Balai Metrologi = 1 orang

• Kasubbag Tata Usaha = 1 orang

• Kasi Massa dan Timbangan = 1 orang

• Kasi Ukuran Arus, Panjang dan Volume = 1 orang

• Kasi Pengawasan dan Penyuluhan = - orang

• Jumlah Pejabat Fungsional aktif = 17 orang

• Jumlah Pelaksana = 22 orang

• Jumlah Total = 43 orang B. Kondisi Kepangkatan :

• Pangkat IV/a = 2 orang

• Pangkat III/d = 2 orang

• Pangkat III/c = 5 orang

• Pangkat III/b = 13 orang

• Pangkat III/a = 12 orang

• Pangkat II/d = 2 orang


(54)

• Pangkat II/b = 1 orang

• Pangkat II/a = 1 orang

• Pangkat I/c = 1 orang

C. Pendidikan Kemetrologian :

• AKMET = - orang

• AHMET = 17 orang

• Pengulang Tera = 3 orang

• Pengamat Tera = - orang

• Up- Grading Tenaga Berhak = 2 orang D. Pendidikan Umum:

• Sarjana (S-1) = 7 orang

• Sarjana (S-2) = 3 orang

• SLTA = 32 orang

• SMP = 1 orang

• SD = - orang E. Pelatihan Jabatan :

• SPAMA = 2 orang

• ADUM = 2 orang

F. Pendidikan dan Latihan Luar Negeri (Jerman) = - orang

G. Pendidikan dan Pelatihan yang diikuti :


(55)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep good governance yang muncul karena adanya ketidak puasan pada kinerja pemerintahan dalam pelayanan publik serta pengaruh good governance terhadap pelayanan publik pada Kantor Unit pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Metrologi Medan.

Pada bab ini dipaparkan hasil-hasil penelitian berupa data primer yang telah diperoleh peneliti dilapangan. Data primer ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner penelitian kepada 13 orang pegawai kantor UPTD Balai Metrologi, serta dari mayarakat sebanyak 30 orang

A. Identitas Respoden

Adapun penyajian data berisikan data identitas responden beserta data variabel penelitian. Penyajian data mengenai identitas responden adalah untuk mengetahui spesifikasi (ciri-ciri khusus) yang dimiliki oleh responden, seperti jenis kelamin, usia/umur, pangkat/golongan, pendidikan, masa kerja. Sedangkan penyajian data tentang variabel penelitian adalah untuk menjawab permasalahan penelitian.

Data responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini 1. Identitas responden dari pegawai kantor UPTD Balai Metrologi

Medan.


(56)

Tabel 4.1 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi %

1 2 Laki-laki Perempuan 37 6 86,05 13,95

Jumlah 43 100

Sumber : Kuesioner, 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat keseluruhan responden yang berjumlah 43 orang, bahwa mayoritas dari pada pegawai di Balai Metrologi Medan yaitu sebanyak 37 orang (86,05%) berjenis kelamin laki-laki dan pegawai perempuan sebanyak 6 orang (13,95%). Dengan data diatas dapat kita ketahui bahwa pegawai yang ada pada instansi terkait didominasi oleh pegawai laki-laki.

Tabel 4.2 : Distribusi Reponden Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok umur Frekuensi %

1 2 3 4 5

24 – 30 31 – 36 37 – 43 44 – 50 51 tahun keatas

4 4 6 21 8 9,30 9,30 13,95 48,84 18,61

Jumlah 43 100

Sumber : Kuesioner, 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase terbesar berdasarkan kelompok umur berada pada responden yang memiliki umur antara 44 – 50 tahun yaitu sebanyak 21 orang (48,84%), kemudian diikuti dengan kelompok umur 51 tahun keatas sebanyak 8 orang (18,61%). Persentase selanjutnya diikuti dengan mereka yang berusia 37 – 43 tahun yaitu sebanyak 6 orang (13,95%), usia 31 – 36 tahun sebanyak 4 orang (9,30%) dan usia 24 – 30 tahun sebanyak 4 orang (9,30%).


(57)

Tabel 4.3 : Distribusi Responden Berdasarkan Pangkat / Golongan

No. Pangkat / Golongan Frekuensi %

1. 2. 3. 4. I II III IV 1 8 32 2 2,33 18,61 74,41 4,65

Jumlah 43 100

Sumber : Kuesioner, 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa persentase terbesar berada pada responden yang mempunyai golongan III yakni sebanyak 32 orang (74,41%). Kemudian pada pegawai dengan golongan II sebanyak 8 orang (18,61%), dan pegawai dengan golongan IV sebanyak 2 orang (4,65%) serta golongan I sebanyak 1 orang (2,33%).

Tabel 4.4 : Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Frekuensi %

1 2 3 4 5 SLTP SLTA DIPLOMA SARJANA (S1) MAGISTER (S2) 1 32 - 7 3 2,33 74,41 - 16,28 6,98

Jumlah 43 100

Sumber : Kuesioner, 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa persentase terbesar berada pada tingkat pendidikan SLTA sebanyak 32 orang (74,41%), sedangkan tingkat pendidikan S1 sebanyak 7 orang (16,28%), pada tingkat pendidikan S2 sebanyak 3 orang (6,98%). Dan responden yang memiliki tingkat pendidikan terendah adalah SLTP yaitu sebanyak 1 orang (2,33%). Sedangkan yang memiliki pendidikan terakhir Diploma tidak ada.


(58)

Tabel 4.5 : Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

No. Masa Kerja Frekuensi %

1 2 3 4 5

0 – 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 15 tahun 16 – 20 tahun 21 tahun keatas

2 4 4 15 18 4,65 9,30 9,30 34,88 41,87

Jumlah 43 100

Sumber : Kuesioner, 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa persentase terbesar berada pada responden yang memiliki masa kerja 21 tahun keatas yakni sebanyak 18 orang (41,87%), kemudian mereka yang memiliki masa kerja selama 16 – 20 tahun sebanyak 15 orang (34,88%). Mereka yang memiliki masa kerja selama 11 – 15 tahun sebanyak 4 orang (9,30%) dan masa kerja 6 – 10 tahun sebanyak 4 orang (9,30%), sedangkan masa kerja 0 – 5 tahun sebanyak 2 orang (4,65%).

B. Distribusi Jawaban Responden Variabel X (Good Governance)

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada 43 orang pegawai UPTD Balai Metrologi maka diperoleh jawaban responden untuk variable X sebagai berikut: Tabel 4.6 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Hasil Pelayanan Yang Sudah

Memuaskan

No. Kategori Frekuensi %

1 2 3 4 5 Sangat memuaskan Cukup memuaskan memuaskan kurang memuaskan Tidak memuaskan 19 19 3 2 - 44,19 44,19 6,97 4,65 -

Jumlah 43 100


(59)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase jawaban terbanyak berada pada jawaban sangat memuaskan dan cukup memuaskan yaitu sebanyak 19 (44,19%), kemudian pada jawaban cukup memuaskan yaitu sebanyak 3 (6,97%). Sedangkan yang menjawab kurang memuaskan 2 orang (4,65%) serta yang tidak memuaskan sama sekali tidak ada.

Tabel 4.7 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian Kemampuan Pegawai Dalam Melakukan Tugas

No. Kategori Frekuensi %

1 2 3 4 5 Sangat sesuai Cukup sesuai Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai 30 13 - - - 69,77 30,23 - - -

Jumlah 43 100

Sumber : Kuesioner, 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase jawaban terbesar berada pada kategori jawaban program sangat sesuai yaitu sebanyak 30 orang (69,77%) dan yang menyatakan kemampuan pegawai cukup sesuai dengan tuga yang dilakukan yaitu sebanyak 13 orang (30,23%), kemudian pada jawaban sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai tidak ada.

Tabel 4.8 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Tarif Retribusi Yang Dipungut Sudah Sesuai Dengan Tarif Yang Telah Ditetapkan

No. Kategori frekuensi %

1 2 3 4 5 Sangat sesuai Cukup sesuai Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai 9 15 19 - - 20,93 34,88 44,19 - -


(60)

Sumber : Kuesioner, 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa persentase jawaban terbanyak berada pada jawaban sesuai yaitu sebanyak 19 orang (44,19%), kemudian yang menjawab cukup sesuai sebanyak 15 orang (34,88%). Sebanyak 9 orang (20,93%) yang mengatakan bahwa tarif retribusi yang dipungut dari masyarakat sangat sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan pemerintah.

Tabel 4.9 : Distribusi jawaban responden tentang sarana dan prasarana yang tersedia telah sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksanaan tugas

No. Kategori Frekuensi %

1 2 3 4 5

Sangat sesuai Cukup sesuai

Sesuai Kurang sesuai

Tidak sesuai

13 20 10 - -

30,23 46,51 23,26

- -

Jumlah 43 100

Sumber : Kuesioner, 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jawaban persentase terbesar ada pada jawaban cukup sesuai yakni sebanyak 20 orang (46,51%). Sebanyak 13 orang (30,23%) menyatakan sangat sesuai. Responden yang menyatakan sesuai sebanyak 10 orang (23,26%), dan persentase jawaban mereka yang kurang dan tidak sesuai tidak ada.


(1)

1. Pengaruh Good Governance terhadap Kualitas Pelayanan Publik pada Kantor UPTD Balai Metrologi Medan

Untuk melihat apakah ada pengaruh antara Good governance (X) terhadap Pelayanan publik (Y), maka dapat dilihat dengan menggunakan rumus korelasi product moment, untuk melihat seberapa besar pengaruh yang diberikan antara Good governance (X) terhadap Pelayanan Publik (Y), maka digunakan rumus koefisien determinan.

1. Untuk mengetahui adakah hubungan antara variabel X dan Y digunakan rumus Koefisien Korelasi Product Moment (Sugiono, 2005:212)

r

xy

=

= 0,440

Dengan demikian diperoleh rxy = 0,44 sebagaimana telah dijelaskan diatas

bahwa jika koefisien korelasi bernilai positif, hal ini berarti antara kedua variabel yang diuji terdapat hubungan yang searah, artinya naiknya salah satu variabel diikuti dengan naiknya variabel yang lain. Dengan demikian penelitian yang dilakukan penulis tidak bertentangan dengan hipotesis yang dirumuskan semula yakni : terdapat pengaruh positif antara good governance terhadap kualitas pelayanan publik pada Kantor UPTD Balai Metrologi Medan.


(2)

Dan jika dibandingkan dengan nilai kritik dari r product moment dimana untuk

n = 43 maka r = 0,301 dimana α = 5% yang berarti tingkat kesalahan maksimal 5% atau tingkat kebenaran minimal 95% maka akan diperoleh 0,44 > 0,301 yaitu rxy > r.

Hal itu berarti bahwa antara variabel X (good governance) dan variabel Y (pelayanan publik) terdapat korelasi yang meyakinkan.

2. Interpretasi Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui kategori besar kecilnya hubungan diantara variabel yang ada, maka penulis ,menggunakan standar penafsiran menurut Sugiono

(1994:149) yakni sebagai berikut :

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0.60 – 0,799 0,80 – 1,00

Sangat Rendah Rendah

Sedang

Tinggi Sangat Tinggi

Dengan demikian dapat dilihat bahwa rxy

= 0,44 berada pada nilai penafsiran

0,00 – 0,199. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara variabel X dan variabel Y dikategorikan “hubungan sedang”.

1. Koefisien Determinant

Koefisien determinant digunakan untuk mengetahui sekaligus membuktikan hipotesis, yaitu mengetahui seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). rumus yang digunakan untuk menentukan koefisien determinan tersebut adalah sebagai berikut :


(3)

KD = (rxy)2 x 100% Maka diperoleh :

KD = (rxy)2 x 100% = (0,44)2 x 100% = 0,1936 x 100% = 19,36%

Dengan demikian pengaruh yang ditimbulkan oleh pelayanan publik terhadap produktivitas kerja adalah sebesar 19,36%. Hal ini juga berarti bahwa selebihnya 80,64% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar cakupan penelitian ini seperti kepemimpinan, motivasi, insentif dan lain-lain.

Berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut, membuktikan bahwa good governance Balai Metrologi Medan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan publik. Oleh karena itu baik instansi maupun pegawai harus saling bekerja sama dalam meningkatkan sumber daya manusia yang dimiliki oleh pegawai Balai Metrologi Medan.

2. Uji signifikansi korelasi product moment

t =

= 3,137

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga t hitung adalah 3,137. Dan jika dilihat pada tabel t (lihat lampiran) untuk kesalahan 5% dan N = 43, maka didapat tabel yaitu 2,021, berarti t hitung < t tabel yaitu 3,137 > 2,021. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan antara good governace terhadap kualitas pelayanan publik di Kantor UPTD Balai Metrologi Medan.


(4)

BAB VI PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelaksanaan good governance terhadap pelayanan publik. Hal ini berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima.

2. Selain itu dapat disimpulkan pula bahwa pelaksanaan good governance serta pelaksanaan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pada Kantor UPTD Balai Metrologi sudah berjalan sangat baik, hal ini didukung oleh jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden.

3. Namun demikian pelaksanaan good governance pada Kantor UPTD Balai Metrologi Medan masih memiliki kekurangan. Diantaranya kurangnya peran pihak swasta didalam proses pelaksanaan good governance pada Kator UPTD Balai Metrogi Medan. Hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi dan kerjasama dengan pihak swasta, sehingga pihak swasta kurang terlibat dalam pelaksanaan good governance di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.


(5)

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. UPTD Balai Metrologi Medan perlu memberikan sosialisasi yang lebih baik lagi kepada masyarakat dan swasta untuk lebih berperan aktif dalam pelaksanaan proses good governance.

2. UPTD Balai Metrologi Medan hendaknya lebih memberikan pelayanan

yang lebih baik lagi kepada masyarakat dengan tujuan agar good governance dapat terwujud.

3.. Meningkatkan tanggung jawab pegawai dengan cara meningkatkan pengawasan atas kinerja pegawai.

4. Meningkatkan koordinasi antara pegawai agar tercipta suasan kerja yang baik sehingga melaksanakan tugas dalam melayani masyarakat dapat berjalan dengan baik.

5. UPTD Balai Metrologi Medan sebaiknya tidak hanya memberikan penyuluhan pada masyarakat, namun juga mencoba untuk mengetahui apa yang menjadi harapan masyarakat, sehingga pelayanan yang diberikan benar-benar sesuai dengan keingina masyarakat.

6. Meningkatkan kesadaran pegawai akan kewajibannya sebagai pelayanan masyarakat, sehingga pegawai melaksanakan tuganya dengan sepenuh hati dan tidak asal-asalan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto, Agus, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Gajah Mada University press, Yogyakarta 2004.

Edelman,dalam Wibowo, Memahami Good Government dan Good Corporate, YPAPI, Yogyakarta 2004.

Ibrahim Amin, Pokok-Pokok Analisis Kebijakan Publik, Edisi 2004.

Nugroho, D. Riant. 2004, Kebijakan Publik, Formulasi Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: Gramedia.

Santosa Pandji, Teori dan Aplikasi Good Governance, Administrasi Publik, Edisi Juli 2008.

Sedarmayanti,DR,Good Governance Dalam Rangka Otonomi Daerah, CV.Mandar Maju, Bandung 2003.

Sinambela, L.P.Teori,Kebijakan dan Implementasi,Reformasi Pelayanan Publik, Edisi Mei 2006.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES. Suhady,Idup,dkk,Dasar-dasar Good Governance, LAN, Jakarta 2005. Sugiono. 2005. Metode Penelitian Administrasi Negara, Bandung. Alfabet.

Suprijadi, Anwar. 2004. Kebijakan Peningkatan Kompetensi Aparatur Dalam Pelayanan Publik. Makalah Disajikan Pada Peserta Diklat PIM Tingkat II Angkatan XIII Kls.A dan B, Tanggal 19 Juli 2004. di Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Bidan terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil pada Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas di Kabupaten Aceh Barat

3 52 193

Pengaruh Motivasi Kinerja dan Kemampuan Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Medan Selatan

1 36 109

Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Pelayanan Publik (Studi Pada Unit Pelaksana Teknis Dinas-Pelatihan Pendidikan Teknik Dinas Pendidikan Sumatera Utara)

6 90 91

Pengaruh Pengembangan Sumber Daya Manusia terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Metrologi Medan

9 96 97

Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Pelayanan Publik (Studi Pada Kantor Samsat Medan Selatan)

46 186 127

Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Pelayanan Publik (Studi Pada Kantor Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo)

81 268 85

Pengaruh Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur)

5 104 160

PENGARUH DISIPLIN KERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PASAR BAYONGBONG KABUPATEN GARUT

0 0 8

Pengaruh Motivasi Kinerja dan Kemampuan Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Medan Selatan

0 1 18

Pengaruh Motivasi Kinerja dan Kemampuan Pegawai Terhadap Kualitas Pelayanan Publik pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Medan Selatan

0 0 12