14
9. Bayi enggan menyusu
Bayi enggan menyusu harus mendapat perhatian khusus, karena kadang-kadang itu merupakan gejala dari penyakit-penyakit yang membahayakan jiwa anak,
missal anak yang sakit berat, tetanus neonatorum, menginitisensepalitis, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
10. Bayi yang lahir dengan operasi seksio sesaria
Bila pada seksio digunakan anestesi umum, bayi bisa mulai disusukan setelah ibu sadar dengan bantuan tenaga perawatbidan. Efek narkose pada bayi yang
diterimanya baik melalui plasenta ataupun ASI dapat mengakibatkan bayi lemah dan malas menyusu.
B. Produksi ASI
Novak Broom,1999 dalam Ramayanti, 2004 Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormone prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
hipofise anterior yang berada didasar otak. Bila bayi menghisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan
merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan kekelenjar hipofise anterior untuk memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan
kekelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal in disebut dengan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin.
Produksi Air Susu IbuProlaktin. Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh glandula pituitari. Hormon ini memilki peranan
penting untuk memproduksi ASI, kadar hormon ini meningkat selama kehamilan
Saleha, 2009
Universitas Sumatera Utara
15
Laktasi atau menyusui sebenarnya mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI prolaktin dan pengeluaran ASI oksitosin, yang dikenal dengan refleks prolaktin
dan refleks aliran let down reflex. Dalam hal ini, pada ibu ada 2 macam refleks yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya. Refleks tersebut refleks prolaktin
dan refleks aliran Maryunani, 2012 Penjelasan tentang refleks prolaktin dan refleks aliran:
1. Refleks Prolaktin:
a. Refleks ini secara hormonal untuk memproduksi ASI.
b. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonaal
pada putting susu dan areola ibu. c.
Rangsangan ini diteruskan ke hipofise melalui nervus vagus, terus ke lobus anterior.
d. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormone prolaktin, masuk ke peredaran
darah dan sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. 2.
Penjelasa refleks aliran let down refleks a.
Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. b.
Bila bayi didekatkan Pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya ke arah payudara ibu.
c. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut: rotting refleks
refleks menoleh. d.
Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu denagn bantuan lidahnya. Let down refleks mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang
mengalami goncengan emosi, tekanan jiwa dan gangguan fikiran. e.
Gangguan terhadap let down refleks mengakibatkan ASI tidak keluar.
Universitas Sumatera Utara
16
f. Bayi tidak cukup mendapatkan ASI dan akan menangis.
g. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin
mengganggu let down refleks. h.
Dalam hal ini, pengeluaran ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Anik, 2012
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan air susu ibu: 1.
rangsangan otot-oto buah dada Rangsangan pada otot-otot buah dada diperlukan dalam usaha memperbanyak air
susu ibu agar kelenjar buah dada bekerja lebih efektif. 2.
Keteraturan anak menghisap Isapan anak akan merangsang otot polos yang terdapat dalam buah dada, untuk
berkontraksi yang kemudian merangsang susunan syaraf disekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke otak.
3. Kesehatan ibu
Kesehatan ibu memegang peranan dalam produksi air susu ibu. Hal ini dijelaskan karena pembentukan bahan-bahan yang diambilnya dari ibu.
4. Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan
mempengaruhi produksi ASI, karena pembuat kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup.
5. Ketenangan jiwa dan pikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk kalangan
Universitas Sumatera Utara
17
emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI.
Handayani, dkk, 2011 Payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran
payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran kurang ditentukan oleh bayaknya lemak pada payudara sedangkan kelenjar penghasil
ASI sama banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar Wulandari, dkk, 2011
Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI ibunya karena produksi ASI ibu tergantung pada seberapa banyak ASI
yang dihisap oleh bayinya Sulistyawati, 2009 Lawrence, 2004 dalam Purnama, 2013 Produksi ASI merujuk pada volume ASI
yang dikeluarkan oleh payudara. ASI yang telah diproduksi disimpan didalam gudang ASI. Selanjutnya ASI dikeluarkan dari payudara kemudian dialirkan ke bayi, banyaknya
ASI yang dikeluarkan oleh payudara dan diminum oleh bayi, diasumsikan sama dengan produksi ASI.
Budiarti, 2009 dalam Arini menyatakan bahwa penilaian terhadap produksi ASI dapat menggunakan beberapa kriteria sebagai acuan untuk mengetahui keluarnya
ASI dan jumlahnya mencukupi bagi bayi diantaranya adalah: a ASI yang merembas keluar melalui putting. b sebelum disusui payudara ibu terasa tegang. c jika ASI cukup
setelah menyusu maka bayi tertidur atau tenang selama 3-4 jam. d Bayi BAK minimal 6-8 kali dalam satu hari. e bayi BAB 2-5 kali sehari. f Bayi paling sedikit menyusu 8-
10 kali dalam 24 jam. g Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi
Universitas Sumatera Utara
18
menelan ASI. h Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali menyusu. i Warna urin bayi kuning jernih.
Hockenberry, 2009 dalam Purnama, 2013 menyatakan bahwa indikator lain untuk melihat bahwa produksi ASI mencukupi bagi bayi adalah karakteristik dari BAB
bayi. Pada 24 jam pertama bayi mengeluarkan BAB yang bewarna hijau pekat, kental, dan lengket, yang dinamakan dengan meconium, BAB ini berasal dari saluran
pencernaan bayi, serta cairan amnion. Matteson, 2001 dalam Purnama, 2013 menyatakan bahwa pola eliminasi bayi
tergantung intake yang bayi dapatkan bayi yang meminum ASI, umumnya pola BABnya 2-5 kali perhari, BAB yang dihasilkan adalah bewarna kuning keemasan, tidak terlalu
encer dan tidak terlalu pekat, sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula, umumnya pola BABnya hanya 1 kali sehari, BAB berwarna putih pucat.
C. Primipara