32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Determinasi
Dari hasil determinasi yang diperoleh, tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Angiopteris angustifolia C. Presl dengan
famili Marattiaceae. Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 1. 4.1.2 Hasil Ekstraksi
Tabel 1. Hasil Ekstraksi
Karakter Serbuk
Angiopteris angustifolia C. Presl
Ekstrak Etanol Angiopteris angustifolia
C. Presl
Bobot 40,3 gram
3,8 gram Warna
Hijau Tua Hijau Tua
Rendemen -
9,5
4.1.3 Hasil Penapisan Fitokimia
Tabel 2. Hasil Penapisan Fitokimia
Golongan Senyawa Ekstrak Etanol
Terpenoid +
Triterpenoid +
Saponin +
Alkaloid +
Tannin +
Flavonoid +
Glikosida jantung -
Fenol +
Protein +
Keterangan : + mengandung senyawa yang diuji
- tidak mengandung senyawa yang diuji
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Proses penapisan fitokimia dapat dilihat pada lampiran 4.
4.1.4 Jumlah Kerapatan Sel
Jumlah kepadatan sel dihitung pada saat sel MCF-7 telah mecapai kepadatan 80 menutupi permukaan culture flask. Yaitu setelah sel
diinkubasi dalam inkubator CO
2
5 dengan suhu 37
o
C selama 48 jam. Perhitungan dilakukan dengan memipet 10 µL suspensi sel dan ditambah 10
µL trypan blue lalu diteteskan pada Haemocytometer faktor pengenceran 2 kali. Jumlah kepadatan yang diperoleh adalah 1,97 x 10
6
selmL. Sedangkan syarat jumlah sel tiap sumuran adalah 5x10
3
selmL, sehingga jumlah sel yang harus dipipetkan tiap sumuran adalah 2,54 µL selsumuran. Namun, dalam
penelitian ini sel tidak dipipet satu per satu artinya sel tidak dimasukkan 2,54 µL selsumuran, tetapi sebanyak 254 µL sel 2,54 µL x 100 sumuran
dilarutkan dalam medium RPMI 1640 berserum ad 10 mL. Lalu dipipet sebanyak 100 µL suspensi sel ke dalam setiap sumuran. Perhitungan
kepadatan sel dapat dilihat pada lampiran 12.
4.1.5 Hasil Pengujian Sitotoksik Ekstrak Etanol Angiopteris
angustifolia terhadap Sel MCF-7
Tabel 3. Hasil Pengujian Antiproliferatif Angiopteris angustifolia terhadap Sel
MCF-7
Perhitungan analisa probit dan grafik uji antiproliferatif Angiopteris angustifolia dapat dilihat pada lampiran 14.
Konsentrasi µgmL
Log Konsentrasi x
Inhibisi Probit
y IC
50
200 2,301
57,54 5,1801
91,52 µgmL
100 2
53,22 5,0803
50 1,699
33,33 4,5684
25 1,398
27,64 4,4052
12,5 1,097
23,89 4,2872
6,25 0,796
14,32 3,9331
3,125 0,495
9,13 3,6654
1,5625 0,194
0,44 2,3478
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2 Pembahasan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antiproliferatif ekstrak etanol tumbuhan paku, yakni Angiopteris
angustifolia C. Presl terhadap sel MCF-7. Uji sitotoksik adalah uji toksisitas secara in vitro menggunakan kultur sel yang digunakan dalam
evaluasi keamanan obat, kosmetik, zat tambahan makanan, pestisida dan digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas antineoplastik dari suatu
senyawa Freshney, 1992. Metode uji sitotoksik yang dipilih adalah metode MTT. Alasan penggunaan MTT adalah metode ini cepat, sensitif
serta paling umum digunakan dalam pengujian secara in vitro Freshney, 1992.
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah bagian daun tua dan daun muda secara
keseluruhan. Penyiapan
simplisia dengan
cara membersihkan seluruh bagian tanaman dari kotoran-kotoran seperti tanah
menggunakan tissue. Pada saat membersihkan dilakukan dengan hati-hati agar spora yang terdapat pada permukaan daun tidak terlepas. Proses
pengeringan dilakukan dengan cara dikering anginkan pada suhu kamar selama seminggu, proses pengeringan terhindar dari sinar matahari agar
senyawa-senyawa yang terkandung didalamnya tidak terurai, terutama senyawa-senyawa yang sensitif terhadap pemanasan tinggi Harborne, J.B,
1987. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
etanol 70. Alkohol dipilih karena merupakan pelarut serba guna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan Harborne, J.B, 1987. Teknik
maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dengan pelarut, penggantian pelarut dilakukan 3 hari sekali sampai cairan pelarut
tidak berwarna atau bening, dimana setiap hari labu maserasi digoyang- goyangkan agar semua serbuk dapat menyentuh pelarut dengan sempurna.
Setelah semua filtrat terkumpul dilakukan pemekatan dengan evaporator pada suhu 50-60
o
C sampai pelarut tidak lagi menetes. Akan tetapi setelah dipekatkan ekstrak tersebut masih mengandung air, kemudian dilakukan