2.2.2 Dampak Pada Kesehatan Rongga Mulut
Efek kesehatan mulut dari narkoba dapat dijelaskan dengan gambaran klinis dan proses patologis yang sering terihat pada rongga mulut. Orang dewasa dengan
penyalahgunaan narkoba lebih rentan terhadap berbagai jenis penyakit mulut termasuk penyakit periodontal dan karies gigi.
20
Terjadi peningkatan kerusakan gigi dan kelainan gusi karena pengabaian diri, merokok, kebersihan mulut yang buruk, dan gizi yang kurang sehingga frekuensi
makan dan menyikat gigi menjadi tidak teratur disamping mempunyai kebiasaan mengemil yang sangat berhubungan dengan terjadinya penyakit pada rongga mulut
dan gigi.
21
Beberapa dampak yang terjadi antara lain: A.
Xerostomia Shabu merupakan stimulan adiktif yang kuat yang dapat memberikan efek
terhadap sistem saraf pusat. Shabu merupakan amin simpatomimetik yang bekerja pada re
septor α dan β adrenergik. Stimulasi dari reseptor α pada vaskularisasi kelenjar saliva menghasilkan vasokontriksi dan menurunkan laju aliran saliva. Hiposalivasi ini
meminimalkan kemampuan normal protektif dari saliva dan meningkatkan risiko karies dan demineralisasi.
20
Xerostomia mempunyai beberapa kemungkinan penyebabnya. Obat yang paling sering berhubungan yaitu shabu, ekstasi, antipsikotik seperti phenothiazines,
penekan nafsu makan, atropin, benzodiazepin, hypnotic, opioid, dan obat terlarang lainnya.
22
Metadon juga dapat mengakibatkan xerostomia atau mulut kering.
21,23
Opioid dikenal menyebabkan hipofungsi salivasi yang mengakibatkan xerostomia. Ganja dan ekstasi 3,4 methylenedioxy – methamphetamine; MDMA juga dapat
menyebabkan mulut kering.
22,23
B. Kelainan Pengecapan
Obat dapat merusak pengecapan rasa. Obat mungkin menyebabkan hilangnya ketajaman rasa atau hypogeusia, penyimpangan rasa atau dysgeusia, serta hilangnya
sensasi rasa atau augesia walaupun ini jarang terjadi.
22
Dalam hal ini opioid
23
, shabu, dan kokain dapat menyebabkan gangguan dalam pengecapan rasa.
22
Efek dari kebiasaan cara penggunaan opioid juga diartikan secara langsung oleh reseptor pusat opioid, kebanyakan terjadi pada reseptor kappa dan mu. Beberapa
perubahan termasuk perantaraan dari peningkatan kenikmatan dan penghargaan terhadap aspek substansi manis oleh pengguna opioid dimana opioid ini lebih
menginduksi rasa manis, terlebih untuk sukrosa. Konsekuensi dari kemampuan opioid untuk langsung menginduksi secara cepat rasa manis dari karbohidrat mungkin
menjadi faktor yang berkontribusi secara signifikan.
24
C. Kelainan Mukosa
1. Ulserasi mukosa
Merokok kokain dapat menyebabkan ulserasi atau lesi eksopitik pada palatum. Lesi ini kemungkinan disebabkan oleh panas secara langsung pada mukosa karena
merokok dibandingkan efek bahan kimia lainnya. Efek oral dari penggunaan kokain berhubungan dengan jalur masuknya obat secara inhalasi nasal, merokok, dan
pengolesan langsung pada oral mukosa, terutama gingiva. Kokain mempunyai efek vasokontriksi yang dapat menyebabkan ulserasi dan atrofi dari jaringan. Itu mungkin
juga menjadi efek stimulan pada otot wajah dan pengunyahan.
25
Ulserasi oral dan infeksi sering terjadi di kalangan pengguna shabu. Ketika merokok atau dihisap, bahan kaustik yang terkandung mengenai permukaan rongga
mulut, mengiritasi, dan membakar jaringan rongga mulut. Hal ini menyebabkan terjadinya ulserasi mulut dan infeksi secara signifikan. Hal ini juga disebabkan oleh
mulut kering yang parah yang menyertai penggunaan shabu. Xerostomia disebabkan oleh vasokonstriksi dan penurunan fungsi kelenjar ludah. Lidah dan lapisan mulut
dapat menjadi kering dan kesat tanpa adanya kontak dengan air liur. Hal ini dapat
menyebabkan infeksi sekunder dan membuat kemampuan terbatas untuk berbicara dan makan.
26
2. Pigmentasi mukosa
Perubahan warna transient superfisial dorsum lidah, jaringan lunak lainnya, dan gigi mungkin terjadi dalam berbagai warna, biasanya kekuningan atau coklat,
serta mungkin disebabkan oleh beberapa kebiasaan seperti tembakau, sirih, penggunaan kokain, beberapa obat seperti iron salts, bismut, klorheksidin atau
antibiotik, terutama jika ini juga menyebabkan xerostomia agen seperti psikotropika serta heroin juga dapat menyebabkan pigmentasi pada mukosa oral.
22
3. Kanker rongga mulut
Ganja dapat berhubungan dengan terjadinya kanker rongga mulut dimana biasanya terjadi pada bagian depan dasar mulut dan lidah. Mekanisme yang terjadi
pada penggunaan ganja dengan cara merokok bekerja seperti zat karsinogen yang berhubungan dengan hadirnya aromatik hidrokarbon, benzopyrene, dan nitrosamine
dalam jumlah 50 lebih besar dibandingkan jumlah yang terkandung dalam rokok tembakau.
27
4. Kandidiasis oral
Pada pengguna ganja dengan cara merokok terjadi peningkatan insiden kandidiasis rongga mulut yang disebabkan adanya hidrokarbon yang terkandung,
dimana ini sebagai sumber energi bagi candida. Faktor lain yang dapat mempengaruhi seperti respon imun yang turun disebabkan oleh penggunaan secara
kronis, kebersihan gigi tiruan yang jelek, dan faktor nutrisi juga turut berpengaruh.
27,28
D. Kelainan Gigi
1. Karies
Akibat mulut kering yang disebabkan oleh metadon dapat menyebabkan peningkatan risiko karies gigi atau berpotensi terkena infeksi candida. Tingginya
kandungan gula atau asam dalam metadon dapat berkontribusi terhadap kerusakan atau erosi langsung dari enamel, baik yang mengandung gula ataupun bebas gula
dapat menghambat sekresi saliva yang merupakan salah satu pertahanan alami tubuh terhadap plak.
21
Berkontak lama dengan metadon yang mengandung gula berhubungan dengan kerusakan gigi dan karies gigi. Bukan hanya metadon yang menyebabkan karies yang
parah tetapi buruknya kebersihan rongga mulut dikalangan pecandu opioid dan pengguna metadon dapat memperburuk masalah yang sudah ada daripada memicu
masalah baru.
21
Pengguna heroin menunjukkan kesehatan mulut yang buruk dalam hal karies dan penyakit periodontal. Sebuah studi pada heroin injektor melaporkan bahwa
terlepas dari kebersihan mulut mereka, pasien-pasien ini menderita progresif karies gigi.
Daerah ini meliputi area yang lebih luas daripada tipe lesi servikal, karies pada pasien ini lebih gelap dan biasanya terbatas pada permukaan bukal dan labial. Pola ini
mungkin menjadi patognomonik untuk penyalahgunaan heroin.
23
Pada penggunaan ganja, gaya hidup yang dikombinasikan dengan penurunan jumlah saliva membuat sangat rentan terjadi karies halus pada permukaan gigi. Pada
pengguna shabu menghadapi peningkatan risiko karies yang lebih dikenal sebagai meth-mouth, terkait dengan kurangnya kebersihan mulut, tinggi asupan gula, dan
penurunan sekresi saliva.
23
Perasaan sindrom mulut kering dapat menyebabkan pengguna shabu untuk mengonsumsi minuman bersoda yang akan membuat suasana rongga mulut menjadi
asam. Xerostomia dan peningkatan suasana asam dari minuman bersoda akan menciptakan lingkungan yang sempurna untuk meningkatkan terjadinya karies pada
pengguna shabu, terutama mereka yang mengabaikan kebersihan mulut.
29
Pada penggunaan ekstasi berhubungan dengan konsumsi minuman bersoda yang berlebihan. Gula pada minuman mengandung asam yang dapat meningkatkan
terjadinya karies dan gigi lebih berpotensi menjadi erosi. Risiko erosi enamel meningkat dengan berkurangnya sekresi saliva dan kapasitas buffer saliva. Mual dan
muntah akibat efek ekstasi juga dapat meningkatkan erosi enamel pada gigi.
30
Pada opioid, ketidakpedulian terhadap kebersihan rongga mulutnya mengakibatkan status oral higiene yang jelek dan perubahan rasa yang lebih
menyukai makanan manis berpengaruh pada perkembangan lesi karies dan juga disebabkan oleh xerostomia akibat efek opioid dan obat lainnya.
24
2. Bruxism
Mengasah atau mengertakkan gigi dapat terjadi akibat penggunaan ekstasi, shabu, dan kokain. Pada pengguna shabu mengasah atau mengertakkan gigi terjadi
karena peningkatan aktivitas motorik. Beberapa pengguna shabu yang menderita bruxism terjadi keretakan pada setengah gigi, terutama pada gigi seri atas lateral, gigi
taring, dan premolar pertama.
29
Penggunaan shabu dapat menyebabkan pengguna merasa cemas dan gugup, sehingga menyebabkan mengertakkan dan mengasah gigi. Tanda-tanda bruxism,
termasuk fraktur gigi dan erosi yang parah sering terjadi. Vasokonstriksi juga dapat mempengaruhi vitalitas gigi yang dapat meningkatkan kemungkinan fraktur enamel.
26
Mengasah gigi dikenal sebagai bruxism dan dapat menjadi ekstrim, terutama bila dikombinasikan dengan mulut kering. Hal ini dapat menyebabkan gigi retak dan
patah serta mengakibatkan kerusakan saraf.
31
2.3 Kerangka Teori