Kiprah Pemuda Pancasila KIPRAH PEMUDA PANCASILA DAN MUNCULNYA PREMAN-

kita bernegosiasi dengan baik. Apabila mereka sudah kelewatan, maka kita borong semuanya”. 75 Dari tahun 1980-an sampai dengan 1990, Pemuda Pancasila menjadi gerakan pemuda yang paling menonjol yang sebagai gerakan masyarakat yang menuntut dan memberantas perjudian, prostitusi, peredaran narkoba, pemerasan, dan premanisme. Pada saat itu juga Pemuda Pancasila juga dianggap sebagai pendukung militan rezim Soeharto serta sebagai pengawal pribadi dari keluarga Soeharto beserta kroni-kroninya baik secara politik maupun bisnis. Keanggotaan Pemuda Pancasila secara nasional diperkirakan bekisar 4-10 juta anggota diakhir tahun 1990-an, Keanggotaannya yang bekisar hampir 4 dari total keseluruhan masyarakat Indonesia Serta diduduki oleh anak-anak di bawah umur 25 tahun. 76 Perubahan situasi politik pasca Orde Baru banyak terjadinya perang antar kelompok dan persaingan antar institusi dan perusahaan. Indonesia telah menjadi saksi perubahan tersebut setelah runtuhnya rezim suharto, dimana pemilihan umum yang relatif kompetitif dan juga parlemen yang lebih aktif dari sebelumnya, semua perubahan itu memberikan definisi baru dari premanisme, konsentrasi terhadap definisi premanisme tersebut pun menjadi semakin penting ketika adanya pemberontakan- pemberontakan di aceh, ambon ketapang dan timor timur. Dapat dikatakan bahwa premanisme bertransformasi ke bentuk yang lain, dan juga bentuk dari pemuda pancasila itu sendiri pun berubah, dan diperlukan tinjau ulang dan observasi atas dinamika premanisme ini. 77 75 Loren Ryter, Youth Gangs and Otherwise in Indonesia, h.5 76 Ibid, h.3 77 L orn Ryter, “Pemuda Pancasila: The Loyalist Free Man of Suharto’s Order?.” dalam Indonesia no.66, 1998, h.154 Premanisme bertransformasi menjadi suatu ranah sosial lainnya serta menimbukan konsentrasi publik baru, juga memberikan signifikansi baru atas per debatan tentang “provokator” yang sering muncul berdasarkan laporan dari tim pencari fakta pada “kerusuhan mei” yang dirilis pada November 1998. Pembahasan dan isu-isu tentang provokator pun berkembang dan berlanjut pada kerusuhan-kerusuhan dan perselisihan-perselisihan yang terjadi pada desember 1998 dan januari 1999. bermula di kerusuhan ketapang lalu berlajut kepada kerusuhan yang terjadi di Timor Leste dan juga kerusuhan di ambon. 78 Setiap elemen masyarakat dari pengamat sosial hingga polisi pun mengaku bahwa semua kerusuhan dan kericuhan yang terjadi pada saat itu adalah berkat campur tangan para preman yang tak terkendali. Kerusuhan-kerusuhan yang dipelopori oleh preman tidak menyampaikan pesan apapun, seperti “Kerusuhan Mei” yang menyampaikan pesan perlawanan atas otoritas pemerintah Suharto, tidak terdapat unsur politis di dalamnya. Kerusuhan yang dipelopori oleh para preman lebih bersifat “komunal” yaitu perang antar suku, antar agama, yang disebut sebagai konflik horizontal atau antar elemen masyarakat. 79 Pembahasan tentang provokator ini membawa Negara ini untuk keembali kepada zaman kepemimpinan suharto, dimana provokator di analogikan sebagai partai ke tiga dan dibawah naungan partai politik yang membiayai mereka untuk menciptakan perubahan situasi politik yang cepat. Dalam konteks Indonesia suharto sebagai pemimpin memiliki seorang Wiranto yang dikenal sebagai “Puppet Masters of Violence”. Tujuan menciptakan konflik horizontal ini 78 Ibid, h.154 79 Lorn Ryter, “Pemuda Pancasila: The Loyalist Free Man of Suharto’s Order?.” dalam Indonesia no.66, 1998, h.152 melainkan untuk memegang kendali kekuatan militer Dan mengengurangi ancaman kriminal agar para pemegang kekuasaan dapat leluasa untuk menjalankan korupsi dan segala bentuk eksploitasi terhadap kekuasaan yang Ia pimpin. 80 Pasca runtuhnya rezim suharto, pemuda pancasila mencoba menjadi lebih rendah hati atau “low profile”, dan menghindari segala macam bentuk dari agitasi secara terang-terangan. Namun orientasi mereka berubah menjadi berpusat kepada kegiatan politik dan kegiatan ekonomi illegal. Pemuda Pancasila memiliki peranan penting dalam menciptakan konflik horizontal di Indonesia, karena mereka dikenal sebagai loyalis soharto. Kerusuhan di Timor Leste pun disebabkan oleh campur tangan da ri para “preman” Pemuda Pancasila ini. Tidak hanya di Timor Leste, koflik horizontal yang terjadi di Ambon dan Ketapang juga disinyalir atas campur tangan dari para preman ini, demi mencapai tujuan “atasan” mereka. 81 Pada saat ini, berbicara mengenai hubungan antara politik dan kelompok yang ada di Indonesia harus jelas. Sesuatu hal yang mencolok dalam kasus di Indonesia adalah formalisasi gangster menjadi organisasi yang tengah diakui dan relatif stabil selama lebih dari seperempat abad. Di era saat ini kecenderungan adanya geng atau kelompok semacam 234 SC lebih luas dan semakin diminati. Pada tahun 1998 banyak organisasi-organisasi atau kelompok-kelompok yang 80 Ibid, h.152 81 Ibid, h.153 bermunculan. Dan ditahun yang sama pula pengaruh OKP di jalanan sedikit berkurang meski tidak sama sekali hilang. 82 Berubahnya sistem politik Indonesia menjadi multi-partai membuka peluang mereka semakin besar untuk berkecimpung dalam kegiatan politik. Dalam demokrasi parlementer banyak kesempatan yang dapat digunakan pemimpin-pemimpin kelompok yang senior dapat terlibat dalam partai politik, bahkan mungkin ribuan pemimpin OKP saat ini memegang jabatan di parlemen, baik di tingkat nasional, provinsi, dan kota di seluruh Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa pemimpin Pemuda Pancasila didistribusikan di seluruh kepartaian, misalnya Yorrys Raweyai kini memimpin sayap pemuda baru Golkar dan sedang memegang kursi di parlemen setelah sebelumnya dihapus sebagai kroni Soeharto pada tahun 1998, dan ketika itu Japto pun menjalankan partai politiknya sendiri. 83 Tidak hanya itu, banyaknya partai politik juga membuat peluang mereka untuk berkamuflase masuk membuat garda pemuda, atau sayap dari partai tersebut. Seperti contohnya PDI Perjuangan mendirikan satgas untuk mengawal Habibi. Juga PPP Partai Persatuan Pembangunan yang mendirikan Gerakan Pemuda Ka’bah GPK semua itu adalah bentukan dari preman-preman yang berkecimpung dalam dunia politik. Namun tidak banyak juga preman-preman yang tetap menjadi pemicu konflik di daerah daerah rawan seperti Maluku dan Ambon. 84 82 Loren Ryter, Youth Gangs and Otherwise in Indonesia, 2009, h.21 83 Ibid, h.21 84 Lorn Ryter, “Pemuda Pancasila: The Loyalist Free Man of Suharto’s Order?.” dalam Indonesia no.66, 1998, h.153 Pada masa kepemimpinan presiden Gus Dur, para preman-preman jebolan Pemuda Pancasila tergabung dalam Banser. Gerakan ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan Laskar Jihad, ketika cara formal sudah tidak lagi ampuh untuk menyelasaikan masalah ini. Gerakan banser ini adalah bentuk lain dari Pemuda Pancasila di masa suharto dimana gerakan ini digunakan sebagai alat untuk melindungi presiden dari ancaman kriminal yang menggangu jalannya kepemerintahannya. 85 Dimasa sekarang ini Pemuda Pancasila serius sekali ingin menghilangkan citra preman, semula Pemuda Pancasila merekrut anggotanya dari pasar-pasar, preman-preman, dan penjaga keamanan dibioskop, pasca Revormasi ini Pemuda Pancasila mulai merekrut anggotanya dari kalangan yang berpendidikan, didalam Pemuda Pancasila kini terbagi menjadi beberapa anggota yaitu, Anggota Biasa, Anggota Kader, Anggota Luar Biasa, dan Anggota Kehormatan. Semua anggota mempunyai kewajibannya masing-masing dan harus mentaati seluruh ketentuan- ketentuan serta peraturan-peraturan organisasi. 86 Dikalangan kader-kader Pemuda Pancasila, kata preman itu sama sekali tidak menyakiti hati dan membuatnya tersinggung. Bahkan pada umumnya para kader Pemuda Pancasila measa bangga, karena pada era sekarang preman itu lebih dimaksudkan pada orang bebas yang mandiri, seperti yang diungkapkan Jusuf Kalla, beliau mengatakan secara lugas baha di negeri ini masih sangat dibutuhkan 85 Ibid, h.154 86 Wawancara pribadi dengan Ketua Bidang Organisasi dan Kepemudaan Pemuda Pancasila Gunung R Hutapea. sosok preman, tentusaja bukan dalam arti untuk melakukan kejahatan korupsi, tetapi lebih pada sosok orang bebas yang penuh kemandirian. 87 Ada istilah yang diucapkan Ketua Umum Pemuda Pancasila Yapto yaitu: ”Kami tidak akan berkecil hati dengan sebutan itu. Lebih baik dikatakan organisasi dengan kader-kader haram jadah yang menuju sajadah, daripada kader sajadah yang menjurus ke prilaku haram jadah”. Kebanggaan disebut preman itu yang justru memunculkan semangat kader-kader Pemuda Pancasila bersatu untuk mandiri. Mereka kuat dalam aksi sosial, tolong menolong sesama anggota dan kompak dalam kesenangan maupun kesulitan”. 88 Maka didalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, demi merubah citra negatif, hasil-hasil keputusan Musyawarah Besar ke VIII Pemuda Pancasila, mendirikan Lembaga, Badan, Yayasan dan Koperasi. Lembaga- Lembaga Pemuda Pancasila terdiri dari Lembaga Komando Inti KOTI Mahatidana, Lembaga Satuan Pelajar dan Mahasiswaa SAPMA, Lembaga Srikandi, Lembaga Penyuluhan dan Pembelaan Hukum LPPH, Lembaga Pengusaha, Lembaga Buruh dan Pekerja, Lembaga Tani, Nelayan, dan Lembaga Politik.

B. Konfigurasi Premanisme Baru Agamis dan Etnik

Kegiatan-kegiatan positif Pemuda Pancasila mulai tercemar karena adanya konflik-konflik yang didasari provokasi-provokasi antar ormas lain, seperti Forum Betawi Rempug FBR, dan Forum Pembela Islam FPI yang mempunyai 87 http:patriot-indonesia.blogspot.com200903ketika-preman-bermusyawarah.html situs ini diakses pada 11 Januari 2013 88 Ibid, kemiripan dan perekrutan anggotanya namun dengan mengatas namakan ideologi yang berbeda. FBR yang mengatasnamakan Etnik Betawi bisa dibiang lebih mengena dalam melakukan rekrutmen anggota, karena lebih terfokus ke daerah miskin atu pengangguran. 89 Anggota FBR sendiri mengakui bahwa sebelum bergabung dengan Forum Betawi Rempug banyak orang yang berfikir bahwa mereka adalah pembuat onar sehingga tidak ada yang bersedia memberi pekerjaan. Akan tetapi setelah bergabung dengan FBR, justru yang terjadi adalah sebaliknya, di mana setiap anggota dihormati, bahkan tidak jarang yang meminta bantuan mengenai sengketa atau sekedar untuk belajar mengenai kebudayaan Betawi. Mereka mengakui bahwa apa yang mereka lakukan sejak berakhirnya rezim Orde Baru merupakan cara untuk mengangkat kepala, yang artinya tidak membiarkan diri menjadi alat politis kaum elit. Melalui FBR orang-orang Betawi khususnya para anggota memiliki kebanggaan terlahir menjadi orang Betawi, yang kemudian akan memperbaiki kondisi dengan langkah-langkah yang nyata. FBR sendiri termotivasi untuk menegakkan teguh keadilan, sehingga mereka sangat menyangkal apabila mereka dianggap sebagai “geng preman”. 90 Namun jika dilihat dari peristiwa-peristiwa yang terjadi belakangan ini, FBR terlibat konflik dengan Ikatan Keluarga Betawi IKB di Kebayoran Lama yang tidak lain untuk memperebutkan lahan parkir serta kutipan-kutipan pedagang 89 David Brown and Ian Wilson, Ethnicized Violence in Indonesia: The Betawi Brotherhood Forum in Jakarta. Western Australia: Murdoch University, 2007., h.16 90 Ibid, h.17 didaerah sekitar. 91 Dilihat dari kejadian ini bahwa, FBR mengenyampingkan ideology etnik betawinya guna memperoleh keuntungan sepihak, dapat terlihat jelas bahwa disadari atau tidak, dan secara langsung atau tidak FBR telah melakukan ancaman pemerasan terhadap pengusaha serta Ormas lain yang ada di Jakarta meski dengan dalih untuk kepentingan masyarakat Betawi. Akan tetapi memang pada kenyataannya banyak pula masyarakat yang meminta bantuan kepada FBR mengenai sengketa tanah dan lain-lain. 92 Konflik Pemuda Pancasila juga terjadi di wilayah Ciputat Timur, Pemuda Pancasila sebenarnya tidak ada musuh Menurut Ketua Bidang Organisasi dan Kepemudaan Gunung R Hutapea, mereka itu dimanfaatkan oknum-oknum. Bahwa ada kepentingan-kepentingan lain untuk meningkatkan eksistensinya, karena salah satu organisasi yang mempunyai nama dan kekuatan yang real hanya Pemuda Pancasila. Akhirnya terdapat beberapa pendapat pasca konflik itu, ada yang bilang bahwa Pemuda Pancasila itu melemah, tapi ada jga yang mengaakan bahwa Pemuda Pancasila lebih dewasa daam menyikapi permasalahan. Penyelesaian permasalahan konflik antar Pemuda Pancasila dengan Forum Betawi Rempug FBR dengan cara mediasi, kedua pimpinan organisasi tersebut melakukan pertemuan dan melakukan komunikasi. 93 Ada pula Front Pembela Islam atau yang dikenal dengan singkatan FPI merupakan kelompok organisasi massa Islam yang bergaris keras. Organisasi FPI 91 http:news.detik.comread2007052214190378343610fbr-vs-ikb-negosiasi-pasca- bentrok-dipimpin-kapolres 92 David Brown and Ian Wilson, Ethnicized Violence in Indonesia: The Betawi Brotherhood Forum in Jakarta. Western Australia: Murdoch University, 2007, h.28 93 Wawancara pribadi dengan Ketua Bidang Organisasi dan Kepemudaan Pemuda Pancasila Gunung R Hutapea pada tanggal 05 Desember 2012. juga terlihat sebagai organisasi yang seolah memberikan kesempatan untuk mengekspresikan kebencian yang dirasakan kaum marginal akibat benturan ekonomi dan sosial, meskipun pada kepemimpinannya FPI tidak tertarik untuk menampilkan diri pada masyarakat yang secara luas. FPI sendiri dianggap sebagai organisasi yang sangat membenci dan menentang segala macam bentuk yang melanggar ajaran agama Islam. Hal tersebut dapat terlihat ketika banyak kegiatan- kegiatan atau razia-razia yang dilakukan oleh FPI terhadap club-club, atau tempat- tempat yang dilarang tersebut. Akan tetapi secara faktual banyak pula orang yang menggunakan kekuatan-kekuatan atau mengatasnamakan FPI dalam melakukan sesuatu. 94 Dari faktor-faktor yang ada dalam kasus kekerasan yang terjadi dewasa ini, merupakan salah satu dari sekian banyak masalah yang harusnya dapat ditangani oleh negara, dan perlu diketahui bahwa kekerasan yang diakomodir dari kelompok-kelompok tertentu merupakan kebingungan mereka akan moral yang kognitif dan secara langsung mereka alami. Seperti yang dikemukakan oleh Hobbesian mengenai model negara, yakni salah satu negara yang kuat adalah negara yang dapat memberikan kerangka kerja politik yang stabil, sehingga dapat menghapus ketidakamanan fisik dan materi yang menimbulkan kekerasan. 95 Kekarasan merupakan gambaran yang muncul akibat dari pragmatis atau kepentingan pribadi yang dirasakan oleh individu atau masyarakat yang terpinggirkan. Alasan utama adanya kekerasan oleh sekelompok masyarakat ini 94 Khoo Boo Teik, Vedi Hadiz and Yoshihiro Nakanishi eds, Islam dan Political Dissent Studies and Comparisons from Asia and the Middle East. Interim Report. IDE-JETRO : Murdoch University, 2012, h.8 95 David Brown and Ian Wilson, Ethnicized Violence in Indonesia: The Betawi Brotherhood Forum in Jakarta. Western Australia: Murdoch University, 2007, h.28