Negara dan Kekerasan KERANGKA TEORI
melengkapi. Karena sebenarnya tidak ada aparatus yang semata-mata bersifat represif sepenuhnya, begitu juga sebaliknya, tidak ada aparatus yang sepenuhnya
bersifat ideologis. Melalui kedua bentuk aparatus itulah negara mempertahankan dan melanggengkan kekuasaan. Dan secara lebih spesifik, dalam konteks marxis,
kedua aparatus inilah yang menjaga tetap terjaminnya produksi dan relasi-relasi produksi.
24
Tetapi, untuk membahas teori negara, kita harus mempertimbangkan bukan hanya pembedaan antara kekuasaan Negara dan aparatus Negara, namun
juga realitas lain yang meski memang berbeda dipihak yang sama dengan Aparatus Negara yang represif, namun tidak boleh dikacaukan dengannya.
Konsep itu disebut dengan aparatus ideologis Negara, apparatus ideologis negara tidak boleh dikacaukan dengan Aparatus Represif Negara. Bahwa Aparatus
negara terdiri dari pemerintahan, birokrasi, tentara, polisi, peradilan, penjara dan sebagainya. Represif disini menyatakan bahwa Aparatus Negara menjalankan
tugasnya dengan kekerasan.
25
Dalam konteks teorinya Althusser yang memperkenalkan konsep tentang Aparatus Ideologis Negara AIN. Beberapa jumlah realitas yang bisa disebut
sebagai Aparatus Ideologis Negara, institusi-institusinya: AIN keagamaan sistem Masjid, Gereja dll, AIN pendidikan sistem persekolahan negeri dan swasta yang
24
Mandan, Arif Mudatsir, Krisis Ideologi catatan tentang ideology politik kaum santri study kasus penerapan ideologi, Pustaka Indonesia Satu, 2009, h. 8
25
Althusser, Louis, Filsafat Sebagai Senjata Revolusi, Yogyakarta: Resist Book, 2007, h. 167
bermacam-macam, AIN keluarga,
26
, AIN hukum,
27
, AIN politik sistem politik, termasuk partai-partai politik yang beraneka ragam, AIN serikat buruh,, AIN
komunikasi pers, radio dan televise, dan sebagainya., AIN kebudayaan kesusastraan, seni, olahraga, dan sebagainya.
28
Tampak jelas bahwa terdapat Aparatus Represif Negara, maka di sisi lain ada pluralitas AIN. Aparatus Represif Negara sepenuhnya termasuk kedalam
wilayah publik, sedangkan Aparatus Ideologis Negara merupakan bagian wilayah privat. Tempat ibadah, partai politik, serikat buruh, keluarga, sekolah-sekolah,
Koran-koran,usaha-usaha kebudayaan, dan sebagainya bersifat privat.
29
Merupakan fakta bahwa Aparatus Represi Negara menjalankan fungsinya secara massif dan terutama dengan represi termasuk represi fisik, sementara
secara sekunder menjalankan fungsinya dengan ideology. Misalnya, tentara dan polisi menjalankan fungsinya dengan ideology baik untuk menjamin kohesi
maupun gerak reproduksi mereka sendiri. Dengan cara yang sama, namun kebalikannya bahwa AIN menjalankan fungsinya secara massif dan terutama
dengan menggunakan ideologi. Namun secara sekunder menjalankan ideologinya dengan represi, walaupun pada akhirnya represi ini dilakukan secara halus dan
diam-diam atau bahkan secara simbolis.
30
26
Keluarga tentu saja memiliki fungsi-fungsi lain selain AIN. Keluarga berfungsi juga turut terlibat dalam proses reproduksi kekuatan tenaga kerja. Dalam modal-modal produksi yang
berbeda, keluarga merupakan unit produksi atau unit konsumsi.
27
Hukum bisa termasuk dalam Aparatus Represif Negara maupun system AIN
28
Althusser, Louis. Filsafat Sebagai Senjata Revolusi, Yogyakarta: Resist Book, 2007, h. 168
29
ibid, h.168
30
Ibid, h. 170
Pernyataan-pernyataan diatas harus diperhatikan dan disusun dalam bentuk fitur-fitur sebagai berikut:
1. Semua Aparatus Negara menjalankan fungsinya baik dengan represif
maupun dengan ideologi, dengan perbedaan bahwa Aparatus Represif Negara menjalankan fungsinya secara massif dan terutama dengan
represi, sedangkan Aparatus Ideologi Negara menjalankannya dengan ideologi.
2. Sementara Aparatus Represif Negara membentuk sebuah totalitas
terorganisir dimana bagian-bagian yang berbeda tersentralisir dibawah satu kesatuan tugas, yaitu politik perjuangan yang diterapkan oleh
para wakil politik yang berkuasa yang memegang kekuasaan Negara, sedangkan AIN bersifat beragam, berbeda-beda yang relative otonom
dan bisa menjadi sebuah medan objektif bagi pertentangan- pertentangan yang mengekspresikan dalam bentuk yang terbatas
maupun ekstrem dari perbenturan antara perjuangan kelas kapitalis dengan perjuangan kelas ploretarian.
3. Sementara kesatuan Aparatus Represif Negara dilanggengkan oleh
organisasi yang satu dan tersentralisir dibawah kepimpinan para penguasa, kesatuan dari AIN yang berbeda-bedadialnggengkan dalam
bentuk yang berbeda pula antara satu dengan yang lain oleh ideologi berkuasa.
31
31
Althusser, Louis, Filsafat Sebagai Senjata Revolus,. Yogyakarta: Resist Book, 2007, h. 175
Peran Aparatus Represif Negara, sepanjang dia menjalankan perannya sebagai aparatus yang represif, pada esensinya terdiri dari pelanggengan secara
paksa baik bersifat fisik maupun tidak, kondisi-kondisi politik yang diperlukan bagi reproduksi relasi-relasi produksi, yang pada intinya merupakan relasi-relasi
eksploitasi. Bukan hanya aparatu Negara itu terlibat dengan senang hati dalam reproduksinya, karena terdiri atas dinasti-dinasti politik, militer dan sebagainya,
namun juga apparatus Negara yang melanggengkan dengan represif mulai dari kekuatan fisik sampai yang paling brutal sekalipun, via sekedar komando dan
larangan administratif, baik terbuka maupun diam-diam, kondisi-kondisi politik bagi pelaksanaan aksi Aparatus Ideologis Negara.
32
Didalam ini, saya menggambarkan bahwa teori aparatus negara represif di zaman orde baru bahwa, Pemuda Pancasila menjadi alat kekuatan rezim orde baru
untuk menghalangi serta melawan semua organisasi ataupun individu yang menentang rezim Orde Baru, baik secara kekerasan fisik maupun nonvisik, guna
berjalannya rezim tersebut. Bukan hanya itu saja, Pemuda Pancasila juga menjadi salah satu basis massa pendukung Partai politik yang berkuasa pada masa Orde
Baru yaitu Golongan Karya Golkar. Pemuda Pancasila bisa disebut sebagai alat penghancur musuh-musuh
politik rezim tersebut, maka pada masa Orde Baru banyak sekali terbentuk ormas- ormas pendukung yang bersifat premanisme politik guna mengamankan partai
ataupun organisasi melakukan kegiatan politik baik didalam maupun diluar ruangan. Makanya terdapat milisi-milisi semacam inteligen swasta yang berfungsi
32
Althusser, Louis, Filsafat Sebagai Senjata Revolus,. Yogyakarta: Resist Book, 2007, h.176
memata-matai rakyat sipil dan lain sebagainya, yang kemudian dilaporkan kepihak berwenang jika ditemukan sesuatu aktivitas yang mencurigakan.
33