d. Hormon Antidiuretik ADH
Hormon  anti  diuretik  ADH  atau  vasopresin,  dikeluarkan  oleh hipofisis  posterior  sebagai  respon  terhadap  peningkatan  osmolitas
plasama penurunan konsentrasi air atau penurunan tekanan darah. ADH  adalah  suatu  vasokonstriktor  kuat  yang  berpotensi
meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi terhadap aliran darah Corwin, 2009.
Bagan 2.1 Sistem RAA Sherwood, 2012.
Nacl, volume CES, Tekanan Darah Arteri turun
Hati
angiotensinogen Ginjal
Angiotensi 1
Renin Paru-paru
Angiotensiconver ting  enzyme
Angiotensin II Korteks Adrenal
aldosteron
Hipotalamus
Vasopresin
Hipofisis posterior
Vasopresin dilepas ke darah
TKD Ginjal: rabsorbsi H2O
Haus
Asupan cairan Vasokontriksi
arteriol Ginjal
Reabsorbsi Na oleh TKD reabsorbsi Cl
mengikuti secara pasif Na dan Cl dihemat
Na dan Cl menahan lebih banyak H2O di CES
H2O dihemat
Bagan  2.2 Mekanisme Tekanan Darah Sherwood, 2012
Tekanan Darah
Curah Jantung Retensi Perifer
Total
Kecepatan Jantung
Isi Sekuncup Jari-Jari Arteriol
Kekentalan Darah
Aktivitas Parasimpatis
Aktifitas Simpatis Dan Epinefrin
Aliran Balik Vena
Kontrol Vasokontriktor
Ekstrinsik
Jumlah Sel Darah Merah
Vasopresin ADH Dan
Angiotensi II Aktivitas Simpatis
Dan Epinefrin
Sistem Vasopresin, Renin- Angiotensin-Aldosteron
Keseimbangan Garam dan Air
Pergeseran cairan bulkflow pasif antara kompartemen vaskular dan
cairan interstisium
Volume Darah
2.2.2 Patofisiologi Pengaruh Garam Terhadap Tekanan Darah
Tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup  dan  TPR  resistensi  perifer  total.  Peningkatan  salah  satu  dari
ketiga  variabel  yang  tidak  dikompensasi  dapat  menyebabkan  hipertensi Corwin, 2009.
Peningkatan  denyut  jantung  dapat  terjadi  akibat  rangsangan  saraf simpatis  atau  hormonal  yang  abnormal  pada  nodus  SA.  Peningkatan
volume sekuncup yang kronis dapat terjadi jika volume plasma meningkat dalam waktu lama, karena peningkatan volume plasma, yang direfleksikan
dengan  peningkatan  volume  diastolik  akhir,    sehingga  volume  sekuncup dan  tekanan  darah  meningkat.  Peningkatan  volume  diastolik  akhir
berhubungan  dengan    preload  jantung.  Peningkatan  preload  biasanya berhubungan dengan peningkatan hasil pengukuran tekanan darah sistolik.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi akibat gangguan  penangan  garam  dan  air  oleh  ginjal  atau  konsumsi  garam
berlebih corwin, 2009. Penelitian  epidemiologis,  migrasi,  dan  genetik  pada  manusia  dan
hewan,  memperlihatkan  bukti  yang  kuat  hubungan  antara  asupan  tinggi garam  dan  peningkatan  tekanan  darah  Appel,  dkk.  2001,    Roberts,
2001,  Sacks,  dkk.  2001,  Hooper,  dkk.  2002,  Molina,  dkk.  2003, Cappuccio,  dkk.  2006,  Conlin,  2007,  Erdem,  dkk.  2010,  Corwin,
2009,  He  dan  MacGregor,  2010.    Telah  terbukti  bahwa  asupan  tinggi garam  adalah  penyebab  utama  peningkatan  tekanan  darah,  dan
pengurangan asupan
garam 9-12
ghari ke
tingkat yang
direkomendasikan    5ghari  dapat  menurunkan  tekanan  darah  He  dan MacGregor, 2010. Pengaruh konsumsi  garam  terhadap kenaikan tekanan
darah  terjadi  melalui  peningkatan  volume  plasma,  curah  jantung  dan kenaikan  tekanan  darah  Soenardi  dan    Soetardjo,  2005.  Apabila  jumlah
garam  terlalu  banyak  maka  tubuh  tidak  mampu  mengeluarkan  kelebihan garam, dan menumpuk di dalam darah, sehingga terjadi peningktan retensi
penyerapan  air  yang  berdampak  pada  peningkatan  viskositas  darah Sitepoe,  2009.  Volume  cairan  tubuh  yang  meningkat  membuat  jantung
dan  pembuluh  darah  bekerja  lebih  keras  untuk  memompa  darah  dan mengalirkannya  ke  seluruh  tubuh,  tekanan  darah  pun  meningkat  dan
berakibat  pada  hipertensi    Soenardi  danSoetarjo,  2005,  Sutomo,  2009. Natrium tinggi juga dapat mngecilkan diameter pembuluh darah dan arteri
sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat Ramayulis, 2010 . Soenardi  dan  Soetarjo  2005  menyebutkan  konsumsi  garam
merupakan  hal  yang  sangat  penting  pada  patofisiologi  kenaikan  tekanan darah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan:
1. Penduduk  dengan  konsumsi  garam  antara  5-15  gram  sehari,
prevalensi hipertensi antara 5-20 persen. 2.
Pada  masyarakat  yang  konsumsi  garam  rendah,  yaitu  dibawah  3 gram sehari, maka prevalensi hipertensi kecil, demikian juga pada
masyarakat vegetarir. 3.
Program  untuk  mengontrol hipertensi,  termasuk  konsumsi  garam, ternyata  dapat  menurunkan  tekanan  darah  pada  beberapa  individu
Soenardi  danSoetarjo,  2005.  Penelitian  oleh  MacGregor,  dkk. 1998  pada  20  pasien  hipertensi,  dengan  pengurangan  asupan
garam selama 30 hari  dari 11,2 - 6,4 ghari  menjadi 2,9 ghari, menunjukkan:  Dengan  mengonsumsi    garam  11,2  ghari,  tekanan
darah  pasien  adalah  163100  mmHg,  Asupan  garam    6,4  ghari tekanan darah menjadi 15595 mmHg penurunan dari 85 mmHg,
asupan garam 2,9 ghari   tekanan darah turun lagi menjadi 14791 mmHg.  Setelah  penelitian  selesai,  intervensi  dilanjutkan  pada  19
responden,  16  responden  mendapatkan  asupan  garam  3,2  gram tanpa  obat  antihipertensi  dan  menghasilakan  tekanan  darah  rata-
rata 14287 mmHg  MacGregor, dkk. 1998. 4.
Penduduk  di  daerah  dengan  perairan  tinggi  natrium,  prevalensi hipertensi  lebih  banyak  dibandingkan  penduduk  di  daerah  yang
memiliki perairan tinggi  kalsium dan magnesium. Hasil penelitian
Sukarno, dkk., 2013
menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan tekanan  darah  normal  lebih  banyak  di
temukan  pada  orang  yang tinggal  di
dataran  tinggi
yaitu  55  orang,
dibandingkan  dengan dataran  rendah
hanya  36,25  orang,  serta l
ebih  banyak  ditemukan hipertensi  dengan  sistole  45  dan  diastole  63,75  di  dataran
rendah  yang  lebih  banyak  mengkonsumsi  garam  di  bandingkan dengan dataran tinggi masing-masing 25 dan 27,5.
5. Beberapa orang secara genetik sensitif terhadap konsumsi natrium.
Bagan 2.3 Pengaruh Intake Garam Berlebih Terhadap Tekanan Darah
Soenardi dan Soetarjo, 2005, Sutomo, 2009, Corwin, 2009, Ramayulis, 2010
2.1.5 Upaya Pengurangan Konsumsi Garam
Asupan  garam  yang  berlebihan  adalah  masalah  kesehatan  utama saat  ini  WHO,  2006,  yang  berdampak  pada  peningkatan  hipertensi  He
dan  MacGregor,  2009,  selain  itu,  telah  terbukti  bahwa  asupan  garam berlebih  dapat  merugikan  kondisi  kesehatan  seperti  stroke  dan    penyakit
DIET TINGGI GARAM
Peningkatan natrium Vaskular
Vikositas cairan meningkat
Cairan darah meningkat
Peningkatan volume diastolik
akhir Beban kerja Janutng
Meningkat
Peningkatan volume sekuncup
Peningkatan Tekanan Darah
Hipertensi
jantung  koroner  He  dan  MacGregor,  2009,  kanker  lambung  Tsugane, 2005,  dan    osteoporosis  Woo,  dkk.  2009.    Peningkatan  tekanan  darah
bertanggung  jawab  terhadap  sekitar  setengah  dari  global  kardiovaskular yang merupakan penyebab utama kematian saat ini Ezzati, dkk. 2002.
Badan  Kesehatan  Dunia  World  Health  Organization  WHO merekomendasikan  tingkat  maksimum  asupan  garam  per  orang    kurang
dari  5  ghari  WHO,  2006.  Namun  menurut  data  yang  tersedia menunjukkan  bahwa  sebagin  besar  populasi  di  seluruh  dunia  memiliki
asupan garam rata-rata setiap  orang lebih dari 6 ghari. Bahkan di banyak negara-negara  Eropa  dan  Asia  Timur,  mengkonsumsi  garam  lebih  tinggi
dari  12  ghari  Brown,  dkk.  2009.  Secara  khusus,  di  Negara-Negara Benua  Amerika,  juga  mengonsumsi  garam  berlebih,  yaitu  Argentina  12
ghari  Ministerio,  2008,  Brazil  11  ghari  Sarno,  dkk.  2009,  Kanada 8  g  hari  Garriguet,  2007,  Chile  9  ghari  Legetic  dan  Campbell,
2011,  dan  Amerika    Serikat  8,7  ghari  Institute  of  Medicine  USA, 2010.
Upaya untuk mengurangi diet garam  yang dianjurkaan oleh WHO harus didasarkan pada:
1 memantau  dan  mengevaluasi  berapa  banyak    garam  yang
dikonsumsi, mengidentifikasi
makanan sumber
garam, menentukan  sikap  konsumen,  pengetahuan,  dan  perilaku
terhadap diet garam sebagai risiko terhadap kesehatan. 2
mengurangi jumlah garam yang ditambahkan  dalam makanan 3
memperkenalkan  program  untuk  meningkatkan  pengetahuan konsumen dan  perilaku kesehatan untuk mengurangi konsumsi
garam  WHO  United  Kingdom  Institute  of  Medicine  USA, 2010 dan Smith, 2010.
Organisasi Kesehatan Amerika Pan American Health Organization PAHO,    pada  bulan  September  2009,  membentuk  kelompok  ahli  untuk
memeriksa    diet  garam  yang  berlebihan  sebagai  risiko  kesehatan  di Amerika,  masalah  didasarkan  pada  bukti-rekomendasi  kebijakan  untuk
pengurangan  garam  di  wilayah  tersebut,  dan  mengembangkan  alat  dan sumber  daya  untuk  membantu  daerah  untuk  mengurangi  asupan  garam
Campbell,  dkk.  2011  dan  PAHO,  2009.  Badan  ini  telah  menetapkan tujuan bagi setiap daerah, untuk  pengurangan bertahap dan berkelanjutan
asupan  garam  guna  mencapai  tingkat  rata-rata  per  orang    kurang  dari  5 ghari pada tahun 2020 Legetic dan Campbell, 2011.
Tabel. 2.3 Prorgam Dan Metode Beberapa Negara Guna Membatasi Intake Garam WHO, 2010
NO  NEGARA PROGRAM DAN METODE
1 Brazil
Sejak tahun 1990, Brazil menggunakan Survey Badget rumah tangga yang digunakan untuk membeli garam 2
Canada Multi-Stakeholder Sodium Working Group SWG membuat 33 rekomendasi untuk pengurangan konsumsi garam.
Tujuan  SWG  adalah  pengurangan  konsumsi  garam  dari  3400  mghari  menjadi  2300  mghari.  Metode  yang digunakan untuk mengkaji intake garam adalah 24 jam dietary recall.
3 Ghana
Ghana merupakan negara terbesar ke-dua pengekspor garam ke Afrika. Garam digunkan sebagai bahan pengawet makanan,  garam  dan  ikan  salad  merupakan  makanan  favorit.  Perilaku  menambahkan  garam  dalam  masakan
menajadi masalah utama. Ghana menerapkan “program Kumasi” sebagai upaya preventif terhadap hipertensi dan
konsumsi garam, dan pencegahan faktor-faktor risiko hipertensi lain. 4
Singapura Nasional Nutrisi Singapura menerapakan monitoring intake garam setiap 6 tahun. Metode yang digunakan adalah
singgle day 24-hour recoll sodium intake tahun 1998, dan two-day 24-hour recall pada tahun 2010. 5
Thailand Tahun  2005-2007,  stroke  menjadi  masalah  kesehatan  paling  banyak  di  derita  oleh  penduduk  Thailand.  Badan
kesehatan  pemerintah,  NGOs  dan  perwakilan  asosiasi  rumah  makan  dan  restoran  berkerja  sama  dalam  upaya pengurangan  konsumsi  garam.  Menghasilan  :  membentuk  Badan  Nasional  Nutrisi  guna  promosi,  mengkaji  dan
mensurvey  diat  garam.  Tahun  2007  Depertemen  Kesehatan  bekerja  sama  dengan  Mahidol  University  dan UNICEF, mengkaji intake garam rumah tangga dan mengkaji konsumsi garam selama 7 hari.
6 USA
Konsum garam di USA terbanyak dari makanan kemasan dan restoran. Tahun 2009, New York City Departement of  Helath  and  Mental  Hygiene  DOHMH  mendukung  National  Salt  Reduction  Initiative  NSRI  dalam  upaya
pengurangan  konsumsi  garam.  NSRI  menerapkan  Universal  Product  Codes  UPC  sebagai  link  melihat  level nutrisi pada lebih dari 7500 paket makanan, dan  target pada tahun 2014 membatasi jumlah garam di restoran dari
maksimal 1500 mg menjadi 1200 mg.
2.3 Penelitian Terkait
1. Penelitian oleh MacGregor, dkk. 1998 Dalam Paul Elliott and Ian Brown
2007  pada  20  pasien  hipertensi,  dengan  pengurangan  asupan    garam selama 30 hari  dari 11,2 - 6,4 ghari  menjadi 2,9 ghari, menunjukkan:
Dengan  mengonsumsi    garam  11,2  ghari,  tekanan  darah  pasien  adalah 163100 mmHg, Asupan garam  6,4 ghari tekanan darah menjadi 15595
mmHg  penurunan  dari  85  mmHg  ,  asupan  garam  2,9  ghari    tekanan darah  turun  lagi  menjadi  14791  mmHg.  Setelah  penelitian  selesai,
intervensi  dilanjutkan  pada  19  responden,  16  responden  mendapatkan asupan  garam  3,2  gram  tanpa  obat  antihipertensi  dan  menghasilakan
tekanan darah rata-rata 14287 mmHg  MacGregor dkk. 1998.
2. Penelitian  Oleh  Feng  J.  He,  Norm  R.  C.  Campbell,  and  Graham  A.
MacGregor  dengan  Judul “Reducing  salt  intake  to  prevent  ypertension
and  cardiovascular  disease”  Ada  bukti  kuat  bahwa  konsumsi  garam berlebih  adalah  penyebab  utama  naiknya  tekanan  darah  dan  pengurangan
asupan  garam  dari  9-12  ghari  di  sebagian  besar  negara  ke  tingkat  yang direkomendasikan  kurang  dari  5  ghari  menurunkan  tekanan  darah.
Penurunan  lebih  lanjut  untuk  3-4  ghari  memiliki  efek  yang  lebih  besar. Penelitian  kohort  dan  uji  coba  hasil  telah  menunjukkan  bahwa  asupan
garam  yang  lebih  rendah  berkaitan  dengan  penurunan  risiko  penyakit kardiovaskular.  Pengurangan  garam  adalah  salah  satu  yang  paling  murah
costeffective  untuk    meningkatkan  kesehatan  masyarakat  di  seluruh dunia. Sumber garam dalam diet sangat bervariasi antara negara maju dan
berkembang.  Di  negara  maju,  75    garam  berasal  dari  makanan  olahan,
sedangkan di  negara-negara berkembang seperti  bagian dari  Brazil, 70 berasal  dari  garam  masakan  atau  garam  meja.  Untuk  mengurangi  asupan
garam  pada  populasi  negara  berkembang,  industri  makanan  seharusnya mengurangi  pengguanaan  garam  secara  bertahap  dan  berkelanjutan.  Di
negara  berkembang,  Promosi  kesehatan  masyarakat  memainkan  peran yang  lebih  penting  dalam  mendorong  konsumen  untuk  mengurangi
konsumsi  garam.  Banyak  negara  di  Amerika  telah  memulai  program pengurangan  garam.  Tantangan  sekarang  adalah  upaya    melibatkan
negara-negara  lain  guna  menerapakan  program  pengurangan  asupan garam. Penurunan asupan garam populasi akan menghasilkan peningkatan
kesehatan  masyarakat  bersama  dengan  penghematan  biaya  utama  yang berhubungan dengan kesehatan.
3. Penelitian  oleh  Sukarno,  Inka  A.  T.,    Sylvia  Marunduh  J.  J.  V
Rampengan., 2013 dengan judul “Perbandingan Tekanan Darah Antara
Penduduk  Yang  Tinggal  Di  Dataran  Tinggi  Dan  Dataran  Rendah ” Pada
160  Responden menunjukkan  bahwa  jumlah  penduduk  dengan  tekanan
darah normal lebih banyak di temukan pada orang yang tinggal di dataran tinggi  yaitu  55  orang,  dibandingkan  dengan  dataran  rendah  hanya
36,25  orang,  serta  lebih  banyak  ditemukan  hipertensi  dengan  sistole 45 dan diastole 63,75 di dataran rendah di bandingkan dengan dataran
tinggi masing-masing 25 dan 27,5. 4.
Penelitian  Oleh  Rafael  Moreira  Claro,  Hubert  Linders,  Camila  Zancheta Ricardo,  Branka  Legetic,  dan  Norm  R.  C.  Campbell  dengan  Judul
“Consumer  attitudes,  knowledge,  and  behavior  related  to  salt consumption
in sentinel
countries of
the Americas
”  Untuk
menggambarkan sikap individu, pengetahuan, dan perilaku tentang asupan garam,  sumber  makanan,  serta  label  makanan  yang  berkaitan  dengan
garam  di  lima  Centinel  negara-negara  Amerika.  Sampel  dalam  penelitian ini  berjumlah  1992  orang  berusia  ≥  18  tahun  dari  Argentina,  Kanada,
Chili,  Kosta  Rika,  dan  Ekuador  sekitar  400  dari  masing-masing  negara. Penelitian  dilakukan  pada  bulan  September  2010  sampai  Februari  2011.
Pengumpulan  data  menggunakan  kuesioner  yang  berisi  33  pertanyaan. Hasil : Hampir 90 dari peserta mengonsumsi garam  berlebih, lebih dari
60  mengindikasikan  bahwa  mereka  berusaha  untuk  mengurangi  asupan garam. Hanya 26 peserta mengaku mengetahui batasan nilai maksimum
yang disarankan untuk konsumsi garam atau asupan natrium dan 47 dari mereka menyatakan mereka mengetahui isi garam dalam makanan. Lebih
dari  80  dari  peserta  mengatakan  bahwa  mereka  ingin  label  makanan menunjukkan  tinggi,  sedang,  dan  rendah  garam  atau  sodium,  dan  ingin
melihat  label  peringatan  yang  jelas  pada  paket  makanan  tinggi  garam. Dalam  penelitian  ini  Menyimpulkan  bahwa  Upaya  tambahan  diperlukan
dalam upaya meningkatkan pengetahuan konsumen tentang  adanya batas maksimum  konsumsi  garam  dan  meningkatkan  kapasitas  mereka  untuk
secara akurat memonitor dan mengurangi konsumsi garam pribadi mereka. 5.
Penelitian oleh M. E. Corne´ lio, M.-C. B. J. Gallani, G. Godin, R. C. M. Rodrigues,  W.  Nadruz  Jr,  dan  R.  D.  R.  Mendez  tahun  2012.  Tentang
“Behavioural  Determinants  Of  Salt  Consumption  Among  Hypertensive Individuals”.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  faktor  perilaku
yang mempengaruhi konsumsi garam pasien hipertensi dengan mengkaji 3 perilaku,  yaitu  Perilaku  1-  menggunakan    4  g  garam  per  hari  selama
memasak, Perilaku 2- menghindari menambahkan garam ke makanan siap saji, dan Perilaku 3-  menghindari konsumsi makanan dengan kadar garam
yang tinggi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 108 orang dengan usia  18  tahun  ke  atas  yang  diagnosis  hipertensi  selama  minimal  6  bulan.
pengumpulan  data  dilakukan  dengan  menggunakan  kuesioner.  Hasil: Perilaku  1  dipengaruhi  oleh  niatkeinginanmotivasi  [odds  ratio  OR  =
6,23, 95 confidence interval CI = 1,81-21,52], begitujua efektivitas diri dan  kebiasaan  dipengaruhi  oleh  niatkeinginanmotivasi.  Perilaku  2
menunjukkan rata-rata skor tinggi, diperkirakan dipengaruhi oleh persepsi diri  terhadap  kualitas  diet  OR  =  2,56,  95  CI  =  1,03-6,36.  Perilaku  3
dipengaruhi  oleh  penentu  hedonis  OR  =  1,42,  95  CI  =  1,01-1,98. Kesimpulan:  penelitian  menunjukkan  bahwa  perilaku  tentang  konsumsi
garam  dipengaruhi  oleh  berbagai  faktor  penentu,  diantara  faktor-faktor penentu  tersebut,  pertimbangan  khusus  harus  diberikan  kepada  aspek
motivasi dan hedonis pengalaman. 6.
Penelitian  Oleh  Donna  G  Rhodes,  Théophile  Murayi,  John  C  Clemens, David  J  Baer,  Rhonda  S  Sebastian,  dan  Alanna  J  Moshfegh.  2013.
Tentang  “The  USDA  Automated  Multiple-Pass  Method  acourately assesses  population  sodium  intake”  untuk  mengetahui  cara  mengkaji
intake natrium. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung Intake natrium  dalam  24  jam,  dan  Ekskresi  natrium  urin  24  jam  pada  465
sampel  usia  30-69  tahun.  Hasil:  rata-rata    95  CI  melaporkan  akurasi adalah  0,93  0.89,  0.97    untuk  laki-laki  n  =  232  dan  0,90  0,87,  0,94
untuk perempuan n= 233.
7. Penelitian oleh Hyun Ju Kim MSc, Hee Young Paik ScD, Sim Yeol Lee
PhD,  Jae  Eun  Shim  PhD  and  Young  Sik  Kim  MD,  PhD  tahun  2007 tentang
“Salt usage behaviors are related to urinary sodium excretion in ormotensive Korean adults” pada 189 responden dengan usia 18 tahun ke
atas.  Pengumpulan  data  dilakukan  dengan  menggunakan  kuesioner  15 item  pertanyaan  dan  kadar  natrium  dalam  urin  24  jam.  Penelitian  ini
bertujun  untuk  mengetahui  hubungan  perilaku  konsumsi  garam  dengan ekresi  natrium  urin.  Hasil:  Konsumsi  natrium  orang  Korea  tinggi,  Di
antara  pertanyaan  lima  belas,  skor  tiga  pertanyaan  pada  perilaku penggunaan  garam  secara  signifikan  berkorelasi  dengan  ekskresi  natrium
urin  r  =  0.17  ~  0.19,  p  0,05  dan  jumlah  skor  dari  tiga  pertanyaan menunjukkan  nilai  koefisien  korelasi  yang  lebih  tinggi  r  =  0,26,  p
0,001. 8.
Review  artikel  oleh  Beverley  Bostock-Cox,  tahun  2013  tentang  “Nurse Prescribing For The Management Of Hypertension” Artikel ini berfokus
pada  pentingnya  membuat  diagnosis  yang  benar  dari    hipertensi  sejalan dengan  Institut  Nasional  untuk  Kesehatan  dan  Perawatan    Bimbingan
Excellence.  Pendekatan  berbasis  bukti  evidance  base  untuk  mengelola hipertensi  dibahas  dengan  mengacu  pada  pengobatan  farmakologis  dan
intervensi gaya hidup. Penting bagi perawat untuk mengetahui bagaimana mengukur  tekanan  darah  dengan  benar,  terutama  karena  pemantauan
tekanan  darah  rawat  jalan  dan  di  rumah  harus  memberikan  dasar  untuk diagnosis  dan  keputusan  yang  berkaitan  dengan    manajemen  pasien
hipertensi. Berbagai jenis hipertensi tahap 1, tahap 2, dan hipertensi yang
parah dijelaskan. Pendekatan evidance base untuk me-manage hipertensi dibahas dengan mengacu pada pengobatan farmakologis dan gaya hidup.
2.3 Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi antara teori faktor-faktor  yang  mempengaruhi  nafsu  makan  Guyton  dan  Hall,    2007,
faktor-faktor  yang mempengaruhi tekanan darah Sherwood, 2012, faktor- faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah oleh Soenardi dan Soetarjo,
2005,  Grey,    dkk.  2005,  Baradero,  dkk.  2008,  dan  fisiologi  peningkatan
tekanan darah Corwin,  2009, Sherwood, 2012. Menurut Guyton  dan Hall 2007,  faktor  yang  dapat  mempengaruhi  Nafsu  makan  seseorang  dapat
dipengaruhi  oleh  gangguan  proses  makan  dan  pengaruh  psikologis.  Grey, dkk.  2005  menjelaskan  faktor-faktor  yang  dapat  meningkatkan  tekanan
darah  adalah  keturunan,  usia,  jenis  kelamin,  obesitas,  stres,  diet  konsumsi garam  berlebih,  diet  konsumsi  kolestrol,  kurang  olahraga,  merokok,
konsumsi  alkohol.    Baradero,  dkk.  2008  menambahkan  faktor  sekunder yang  meliputi  penyakit  ginjal,  masalah  kelenjar  adrenal,  kehamilan,  dan
trauma  kepala.  Dalam  penelitian  ini,  peneliti  ingin  mengetahui  gambaran kadar garam dalam masakan dan tekanan darah.
Penelitian  epidemiologis,  migrasi,  dan  genetik  pada  manusia  dan hewan,  memperlihatkan  bukti  yang  kuat  hubungan  antara  asupan  tinggi
garam dan peningkatan tekanan darah Appel dkk. 2001,  Roberts, 2001, Sacks  dkk.  2001,  Hooper  dkk.  2002,  Molina  dkk.  2003,  Cappuccio
dkk.  2006,  Conlin,  2007,  Corwin,  2009,  Erdem  dkk.  2010,  He  dan MacGregor, 2010.
Bagan 2. 4 Kerangka Teori
Soenardi dan Soetarjo, 2005, Grey, dkk. 2005, Guyton dan Hall, 2007. Baradero, dkk. 2008, Corwin, 2009, Sherwood, 2012, Appel dkk. 2001,  Roberts, 2001, Sacks dkk. 2001, Hooper dkk. 2002, Molina dkk. 2003, Cappuccio dkk. 2006,
Conlin, 2007, Corwin, 2009, Erdem dkk. 2010, He dan MacGregor, 2010.
Faktor Keturunan
Kurang Olahraga
Obesitas
Kadar Garam Masakan
Rumah
Konsumsi Garam
berlebih Jenis
Kelamin Usia
Merokok
Konsumsi Alkohol
Konsumsi Kolestrol
berlebih
Penyakit Ginjal Aktifitas Simpatis
Meningkat RAA meningkat
ADH meningkat
Volume Cairan Meningkat
Retensi Perifer Total Meningkat
Curah Jantung Meningkat
Tekanan Darah Meningkat
Faktor Skunder Faktor Primer
Masalah kelenjar Adrenal
Trauma Kepala Hamil
Gangguan Proses
Makan Pengaruh
Psikologis Sosial, Mental,
Kelezatan Makanan, Pola
makan, Rasa Lapar.
Ganggauan anatomi,
Fisiologi
43
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka  konsep  merupakan  model  konseptual  yang  berkaitan  dengan bagaimana  seorang  peneliti  menyusun  teori  atau  menghubungkan  secara  logis
bebrapa  faktor  yang  dianggap  penting  untuk  masalah  Hidayat,  2008. Pengembangan kerangka konsep dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu dengan
melihat hubungan variabel dependent-independent dan melalui pendekatan input- output Wasis, 2006.
Kerangka konsep dalam penelitian ini diambil dari modifikasi antara teori faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan Guyton dan Hall,  2007, faktor-
faktor  yang  mempengaruhi  tekanan  darah  Sherwood,  2012,  faktor-faktor  yang
dapat meningkatkan tekanan darah oleh Soenardi dan Soetarjo, 2005, Grey,  dkk.
2005,  Baradero,  dkk.  2008,  dan  fisiologi  peningkatan  tekanan  darah  Corwin, 2009, Sherwood, 2012.
Guyton  dan  Hall  2007,  faktor  yang  dapat  mempengaruhi
nafsu  makan seseorang  dapat  dipengaruhi  oleh  gangguan  proses  makan  dan  pengaruh  psikologis.
Grey,  dkk.  2005
menjelaskan
faktor-faktor  yang  dapat  meningkatkan  tekanan darah adalah keturunan, usia, jenis kelamin,  obesitas, stres, diet konsumsi garam
berlebih,  diet  konsumsi  kolestrol,  kurang  olahraga,  merokok,  konsumsi  alkohol. Baradero,  dkk.  2008  menambahkan  faktor  sekunder    yang  meliputi  penyakit
ginjal, masalah kelenjar adrenal, kehamilan, dan trauma kepala. Dalam penelitian ini,  peneliti  ingin  mengetahui  hubungan  kadar  garam  dalam  masakan  dengan
profil tekanan darah. Penelitian epidemiologis, migrasi, dan genetik pada manusia dan hewan, memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi garam
dan  peningkatan  tekanan  darah  Appel  dkk.  2001,  Roberts  2001,  Sacks  dkk. 2001, Hooper dkk. 2002, Molina dkk. 2003, Cappuccio dkk. 2006, Conlin,
2007, Corwin, 2009, Erdem dkk. 2010, He dan MacGregor, 2010.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep: Konsumsi Garam dan Tekanan Darah
Appel dkk. 2001, Roberts, 2001 Sacks dkk. 2001, Hooper dkk. 2002, Molina dkk. 2003, Cappuccio dkk. 2006, Conlin, 2007, Erdem dkk. 2010,
He dan MacGregor, 2010 Variabel Independent
Variabel Dependent
Kadar  garam masakan Profile Tekanan Darah
Faktor Primer yang dapat meningkatkan tekanan darah
Keturunan Kurang Olahraga
Obesitas Jenis kelamin
Usia Merokok
Konsumsi Alkohol Konsumsi Kolestrol berlebih
Stress Psikosiosial
Faktor Sekunder:
Penyakit ginjal Masalah kelenjar adrenal
Kehamilan Trauma kepala
Keterangan :
Variabel diteliti
Variabel tidak diteliti
3.2 Definisi Operasional
Definisi  operasional  adalah  mendefinisikan  varibel  secara  operasional berdasarkan  karakteristik  yang  diamati,  sehingga  memungkinkan  peneliti  untuk
melakukan  observasi  atau  pengukuran  secar  cermat  terhadap  suatu  objek  atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter  yang dijadikan
ukuran penelitian. Sedangkan  cara pengukuran merupakan  cara di  mana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya Hidayat, 2008.