Belanja Daerah sebesar 71,16 dan sisanya 28,84 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut.
Tabel 4.5. Hasil Estimasi Fixed Effect Model FEM
LBD= -16.77797 + 0.72390 DAU + 0.053141 PAD – 0.04664 PE + 3.615106 JP + e
15.36187 3.839990 -1663160 4.052300 R
2
= 0.993754 LDSBD= -23.55873 + 0.23026 DAU - 0.05053 PAD + 0.08409 PE – 4.378019 JP + e
5.251677 -2.201449 1.178317 -4.467359 R
2
= 0.711653
Sumber : Data diolah Lampiran 1 dan 2
Cat : Angka dalam kurung adalah nilai t-Statistik
4.2.2 Interpretasi Model
Dilihat dari hasil regres tersebut maka interpretasinya adalah : a.
Belanja Daerah 1.
Dana Alokasi Umum kabupatenkota Sumatera Utara mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah dan koefisiennya sebesar
0.72390 artinya apabila jumlah Dana Alokasi Umum naik sebesar 1 ,
dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus, maka akan meningkatkan Belanja Daerah KabupatenKota di Sumatera Utara sebesar
0,729 . Hasil tersebut sesuai dengan studi yang dilakukan Prakosa 2004 bahwa Dana Alokasi Umum memiliki hubungan positif dan signifikan,
dimana peningkatan terhadap Dana Alokasi Umum sebagai dana
perimbangan akan meningkatkan belanja daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Dan jika dilihat dari Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 maka
dapat diketahui bahwa ada kecendrungan peningkatan realisasi DAU di Sumatera Utara. Hal tersebut terjadi karena rendahnya porsi penerimaan
PAD dalam menutupi anggaran Belanja Daerah. Walaupun setiap tahunnya PAD mengalami pertumbuhan namun belum bisa menutupi kekurangan
belanja daerah akibat sampai dengan saat ini DAU digunakan sebagai pendanaan utama dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
2. Pendapatan Asli Daerah KabupatenKota Sumatera Utara mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah dan koefisiennya
sebesar 0.053141 artinya apabila jumlah Dana Alokasi Umum naik sebesar 1
, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus, maka akan meningkatkan Belanja Daerah KabupatenKota di Sumatera Utara
sebesar 0.053 . Dalam hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Mardiasmo 2004 yang menyatakan dengan PAD yang tinggi maka belanja
daerah akan semakin besar salah satunya dengan meningkatkan subsidi pemerintah daerah kepada masyarakat lapisan bawah. Dan Hasil penelitian
ini sejalan dengan pendapat Aziz et al 2004 dalam Ferdinan 2013 yang menyatakan bahwa pendapatan asli daerah akan mempengaruhi anggaran
belanja pemerintah daerah atau perubahan pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran.
3. Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Sumatera Utara memiliki pengaruh
negatif dan signifikan terhadap Belanja Daerah dan koefisiennya sebesar -
0.04664 artinya apabila terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1
dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus, maka Belanja Daerah kabupatenkota Sumatera Utara mengalami penurunan
sebesar 0.0466 . Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadi Sasana 2011 yang menyatakan peningkatan
pertumbuhan ekonomi PDRB rill akan meningkatkan Belanja Daerah pada kabupatenkota di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini tidak sesuai dengan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh hadi Sasana 2011 dikarenakan Variabel pertumbuhan ekonomi yang digunakan yaitu nilai PDRB ril di
Provinsi Jawa Barat yang setiap tahunnya tercatat mengalami peningkatan. Sementara dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu laju
pertumbuhan ekonomi pada kabupatenkota Sumatera Utara yang tercatat mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Sehingga variabel pertumbuhan
ekonomi dalam penelitian ini memiliki pengaruh negatif terhadap Belanja Daerah kabupatenkota Sumatera Utara.
4. Jumlah Penduduk KabupatenKota Sumatera Utara mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah dan koefisiennya sebesar 3.615106 artinya apabila jumlah penduduk kabupatenkota di Sumatera
Utara naik sebesar 1 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus maka belanja daerah kabupatenkota Sumatera Utara naik
sebesar 3.615 . Artinya, jumlah penduduk memiliki pengaruh yang besar terhadap belanja daerah kabupatenkota Sumatera Utara. Semakin banyak
jumlah penduduk maka pengeluaran pemerintah daerah akan semakin
meningkat. Hasil penelitian pada variabel Jumlah Penduduk sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi Sasana 2011 yang menyatakan
meningkatnya jumlah penduduk yang semakin besar akan memerlukan anggaran yang semakin besar. Selain itu, Jumlah Penduduk juga memiliki
pengaruh positif terhadap Belanja Daerah juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mhd.Ali Akbar 2011 Peningkatan jumlah penduduk
menyebakan peningkatan terhadap pengeluaran pemerintah daerah karena adanya peningkatan jumlah penduduk menyebabkan adanya peningkatan
terhadap sarana dan prasarana umum, serta pengalokasian belanja yang memberikan dampak langsung terhadap kesejahteraan penduduk meningkat.
Sehingga Jumlah penduduk memiliki pengaruh positif terhadap Belanja Daerah kabupatenkota Sumatera Utara.
b. Daya Serap Belanja Daerah
1. Dana Alokasi Umum pada kabupatenkota Sumatera Utara mempunyai
pengaruh Positif dan signifikan terhadap Daya Serap Belanja Daerah dengan koefisiennya sebesar 0.23026. Artinya apabila jumlah Dana Alokasi Umum
naik sebesar 1 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus, maka akan meningkatkan daya serap belanja daerah sebesar
0.230. Terjadinya kecendrungan peningkatan penerimaan dana alokasi umum untuk menutupi kekurangan pendanaan Belanja Daerah pada
kabupatenkota Sumatera Utara telah menyebabkan anggaran belanja daerah yang dapat terealisasi dialokasikan menjadi meningkat. Hubungan positif
tersebut menunjukkan Belanja Daerah yang dialokasikan pemerintah daerah
kabupatenkota sangat tergantung pada besar kecilnya alokasi dana perimbangan oleh pemerintah pusat terutama DAU. Ini berarti kemandirian
pemerintah daerah dalam membiayai seluruh pengeluaran pemerintah daerah masih sangat tergantung pada transfer pemerintah pusat.
2. Pendapatan Asli Daerah pada kabupatenkota Sumatera Utara memiliki
pengaruh negatif dan signifikan dengan koefisiennya sebesar -0.05053. Artinya apabila jumlah pendapatan asli daerah PAD naik sebesar 1
dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus, maka tingkat daya serap belanja daerah kabupatenkota Sumatera Utara
mengalami penurunan sebesar 0.050 . Pada kabupatenkota Sumatera Utara PAD cenderung mengalami pertumbuhan, dan dengan meningkatnya
PAD yang digunakan dalam mendanai belanja daerah maka anggaran belanja daerah yang dapat direalisasikan dialokasikan menjadi menurun.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mardiasmo 2004 yang menyatakan PAD berpengaruh positif terhadap
Belanja Daerah, yang berarti seharusnya terjadinya peningkatan PAD maka Anggaran Belanja Daerah yang dapat direalisasikan meningkat. Tetapi pada
hasil penelitian ini peningkatan terhadap PAD telah menyebabkan Anggaran Belanja Daerah yang dapat direalisasikan dialokasikan menurun. Menurut
Priyo 2009 jika terdapat hubungan negatif antara variabel pendapatan dengan variabel belanja maka terdapat ilusi fiskal, dimana terdapat
kecenderungan pemerintah daerah tidak berupaya mengoptimalkan PAD dalam meningkatkan realisasi Belanja Daerah, karena hal tersebut sebagai
salah satu cara untuk mendapatkan DAU dalam jumlah tetap bahkan dapat meningkat jumlahnya.
3. Pertumbuhan ekonomi pada kabupatenkota Sumatera Utara memiliki
pengaruh positif tidak signifikan terhadap daya serap belanja daerah dan koefisiennya sebesar 0.08409. Artinya apabila pertumbuhan ekonomi naik
sebesar 1 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus, maka tingkat daya serap belanja daerah kabupatenkota Sumatera Utara
mengalami peningkatan sebesar 0.085 . Peningkatan laju pertumbuhan Ekonomi pada kabupatenkota Sumatera Utara menyebabkan Anggaran
Belanja Daerah yang dapat direalisasikan dialokasikan meningkat tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata.
4. Jumlah penduduk kabupatenkota Sumatera Utara memiliki pengaruh negatif
dan signifikan terhadap daya serap belanja daerah dengan koefisiennya
sebesar -4.378019 Artinya apabila jumlah penduduk kabupatenkota
Sumatera Utara meningkat 1 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan cateris paribus, maka tingkat daya serap belanja daerah
kabupatenkota Sumatera utara akan mengalami penurunan sebesar 4,378 . Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Devita dkk 2014 yang
menyatakan bertambahnya jumlah penduduk memiliki hubungan negatif terhadap Belanja Langsung pada kabupatenkota di Provinsi Jambi hal
tersebut dikarenakan proporsi DAU lebih cenderung digunakan untuk membiayai belanja tidak langsung khususnya belanja pegawai. Dan pada
kabupatenkota Sumatera Utara Anggaran Belanja Daerah lebih dominan
dialokasikan kepada Belanja Operasi daripada Belanja Modal. Sehingga Peningkatan jumlah penduduk pada kabupaten kota Sumatera Utara pada
periode 2010-2013 menyebabkan anggaran belanja daerah yang dapat direalisasikan dialokasikan menjadi menurun.
4.2.3 Uji Kesesuaian Test of Goodness of Fit 4.2.3.1 Koefisien Determinasi R-Square