Analisa Evapotranspirasi Analisa Neraca Air Daerah Irigasi Panca Arga Di Kabupaten Asahan

menghitung debit andalan kita harus mempertimbangkan air yang diperlukan dari sungai di hilir pengambilan.

2.4 Analisa Evapotranspirasi

Evapotranpirasi atau disebut penguapan adalah gabungan dari dua peristiwa yakni evaporasi dan tranpirasi yang terjadi secara bersamaan disebut juga peristiwa evapotranspirasi. Kedua proses ini sulit untuk dibedakan karena keduanya terjadi secara simultan. Faktor iklim yang sangat mempengaruhi peristiwa ini, diantaranya adalah suhu, udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, dan sinar matahari. Berikut penjelasannya: 1. Radiasi Matahari solar radiation Evapotranpirasi adalah konversi dari air menjadi uap air. Proses tersebut terjadi sepanjang siang hari dan juga sering terjadi pada malam hari. Dalam perubahan molekul air menjadi gas diperlukan energi yang dikenal dengan “latent heat of vacoration” proses ini sangat efektif terjadi dibawah penyinaran matahari langsung. Dengan adanya awan awan yang melindungi penyinaran langsung matahari ke bumi mengakibatkan radiasi matahri yang sampai kepermukaan bumi akan berkurang sehingga mengurangi masukan energi untuk proses evapotranpirasi. 2. Angin Dengan menguapnya air ke atmosfir lapisan batas antara permukaan tanah daun tanaman dan udara menjadi lembab dan harus digeser dan secara terus menerus digantikan oleh udara kering ketika proses evapotranpirasi terjadi. Pergeseran udara pada lapisan batas ini tergantung kepada angin sehingga kecepatan angin sangat penting dalam hal ini. Universitas Sumatera Utara 3. Kelembaban relatif Apabila kadar lengas udara naik, kemampuannya untuk mengabsorbsi uap air berkurang dan evaporasi menjadi lamban. Manakala stomata daun tanaman terbuka diffuse uap udara air didalam rongga sel dan tekanan uap air pada atmosfir. 4. Suhu temperature Seperti telah disebutkan di atas energi sangat diperlukan agar evapotranpirasi berjalan terus. Jika suhu udara ditanah cukup tinggi, proses evapotranpirasi berjalan lebih cepat dibandingkan dengan jika suhu udara dan tanah rendah dengan adanya energi panas yang tersedia. Kemampuan udara untuk menyerap uap air naik jika suhunya naik, maka suhu udara mempunyai efek ganda terhadap besarnya evapotranpirasi dengan mempengaruhi kemampuan udara menyerap uap air dan mempengaruhi suhu tanah yang akan mempercepat penguapan. Menentukan metode untuk menghitung kebutuhan air untuk tanaman crop water requirement mempunyai kesulitan sehubungan dengan kesulitan mendapatkan pengukuran yang akurat dilapangan. Maka ada beberapa metode yang rekomendasikan FAO dalam jurnalnya “Crop Water Requirement”, yaitu:  Metode PENMAN Penman Metode  Metode BIANEY-CRIDDLE Temperature method  Metode HAKKINK, JENSEN, dan HAISE, HARGREAVES Radiation Method  Metode EVAPORASI PAN Evaporation, Atmometers method  Metode HUMADITY Humadity Method Universitas Sumatera Utara Gabungan dari dua peristiwa yakni evaporasi dan transpirasi yang terjadi secara bersamaan disebut juga peristiwa evapotranpirasi. Kedua proses ini sulit untuk dibedakan karena keduanya terjadi secara simultan. Di dalam perhitungan dikenal ada dua istilah evapotranspirasi yaitu:  Evapotranspirasi potensial, terjadi apabila tersedia cukup air untuk memenuhi pertumbuhan optimal  Evapotranspirasi aktual, terjadi dengan kondisi pemberian air seadanya untuk memnuhi pertumbuhan. Faktor iklim yang sangat mempengaruhi peritiwa ini, diantaranya adalah suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, dan sinar matahari.

2.4.1 Perhitungan Evapotranpirasi pada Metode Penman

Metode ini pertama kali dibuat oleh H.L Penman Rothhamsted Experimnetal Station, Harpenden, England tahun 1984. Metode penman pada mulanya dikembangkan untuk menentukan besarnya evaporasi dari permukaan air terbuka E0. Dalam perkembangannya, metode tersebut digunakan untuk menentukan besarnya evapotranpirasi potensial dari suatu vegetasi dengan memanfaatkan data iklim mikro yang diperoleh dari atas vegetasi yang akan menjadi kajian. Banyak rumus tersedia untuk menghitung besarnya evapotranpirasi yang terjadi salah satunya adalah metode Penman. Soemarto, 1995 ET = C W.Rn+ 1-W ea-ed.fu ............................................................... 2.5 di mana ET = Evapotranpirasi acuan mmhari,W = Faktor Koreksi terhadap temperature, Rn = Radiasi netto mmhari, Fu = Fungsi Angin, ea – ed = Universitas Sumatera Utara Perbedaan tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap air nyata mbar, c = Faktor pergantian cuaca akibat siang dan malam.

2.4.2 Evapotranspirasi Potensial ET

Evapotranspirasi potensial dapat dihitung dengan menggunakan metode penman modifikasi sebagai berikut: Soemarto, 1995 ET = C [ W.Rn+ 1-W ea-ed.fu ] ……………………………………. 2.6 di mana ET = Evapotranpirasi acuanmmhari,W = factor koreksi terhadap temperature, Rn = Radiasi netto mmhari, Fu = Fungsi angin, ea – ed= Perbedaan tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap air nyata mbar, c = Faktor pergantian cuaca akibat siang dan malam.

2.4.3 Evapotranpirasi Aktual ET

a Evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi sesungguhnya sesuai dengan keadaan persediaan dan kelembaban tanah yang tersedia. Persamaan evapotranspirasi aktual adalah sebagai berikut: Soemarto, 1995 ET a = ET – ET m20 18 – Nr …………………………………………… 2.7 dimana, ET a = evapotranpirasi aktual mmbulan, ET = evapotranspirasi potensial mmbulan, M = luas kawasan tidak bervegetasi , Nr = jumlah hari hujanbulan Universitas Sumatera Utara

2.5 Ketersediaan Air dengan Metode Dr.F.J. Mock