Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan (Sak) Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S1

FAKULTAS EKONOMI MEDAN

S K R I P S I

PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP SESUAI DENGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK)

PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

OLEH

NAMA : MUHAMMAD REZA

NIM : 050503238

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2011


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ” Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Februari 2011

Yang membuat pernyataan,

Muhammad Reza NIM: 050503238


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”. Ucapan terima kasih tulus saya kepada kedua orang tua Ir. H. Jamal Abdul Nasser, MM, MHA dan Hj. Nana Iswari dan saudara-saudara saya, Mohamad Rizky SH, Muhammad Fikrie dan juga Annisha Suvero dan Sulaiman Family beserta keponakan saya tercinta, Kayla Adzkia dan Muhammad Shaaqil Faizaan Djunardi dan seluruh sahabat saya AKSI 2005 yang senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayangnya serta selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, kerja sama semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Zainal AT. Silangit, SE, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

5. Pimpinan dan seluruh Staff PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Februari 2011 Penulis,

Muhammad Reza NIM : 050503238


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kebijakan terhadap aktiva tetap yang diterapkan oleh PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, seperti cara perolehan aktiva tetap, pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap, penggolongan aktiva tetap, penyusutan aktiva tetap, penarikan aktiva tetap, serta penyajian aktiva tetap tersebut dalam neraca perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan.

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah menyimpulkan, menafsirkan dan mengklarifikasi data sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekuder yang didapat penulis dari hasil wawancara langsung dengan staf dan bagian sumber daya manusia (SDM) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Setelah melakukan penelitian, penulis memperoleh hasil penelitian dengan satu kesimpulan bahwa PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, telah sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan antara lain (a) cara perolehan dan penentuan harga perolehan aktiva tetap, (b) metode perhitungan, penyusutan aktiva tetap, (c). pengeluaran selama masa penggunaan aktiva tetap, (d) penarikan aktiva tetap, (e) serta penyajian aktiva tetap dalam neraca peru


(6)

ABSTRACT

This study aims to obtain a clear picture of the policy of fixed assets employed by PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, such as how the acquisition of fixed assets, expenses after the acquisition of fixed assets, classification of fixed assets, depreciation of fixed assets, withdrawal of fixed assets, as well as the presentation of the fixed assets on the balance sheet of PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan in accordance with Financial Accounting Standard.

In a study conducted, the author uses descriptive method. Descriptive method is concluded, interpret and clarify the data in accordance with the actual events. The type of data used are primary data and data obtained sekuder writer from direct interviews with staff and human resources (HR) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

After doing research, the authors obtained the results of research with a conclusion that PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, in accordance with Financial Accounting Standard on fixed assets owned by companies such as (a) how the acquisition and determination of cost of fixed assets, (b ) method of calculation of depreciation of fixed assets, (c). expenditures during the use of fixed assets, (d) withdrawal of fixed assets, (e) and the presentation of fixed assets in the financial statements.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman PERNYATAAN ... KATA PENGANTAR ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Perumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis ... 1. Definisi Aktiva Tetap ... 2. Penggolongan Aktiva Tetap ... 3. Perolehan Aktiva Tetap ... 4. Penyusutan Aktiva Tetap... 5. Pengeluaran Terhadap Aktiva Tetap... i ii iv v vi ix x xi 1 5 5 6 7 7 8 10 14 19


(8)

6. Penarikan Aktiva Tetap... . 7. Penyajian Aktiva Tetap Di Neraca Perusahaan... .. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu... C. Kerangka Konseptual... BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... B. Jenis Data Dan Sumber Data ... C.Teknik Pengumpulan Data ... D. Metode Analisis Data ... E. Jadwal Dan Lokasi Penelitian ... BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian ... 1. Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara III ... 2. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III ... 3. Jenis-Jenis Aktiva Tetap PT. Perkebunan Nusantara III ... 4. Perolehan Aktiva Tetap PT. Perkebunan Nusantara III ... 5. Penyusutan Aktiva Tetap PT. Perkebunan Nusantara III ... 6. Penyajian Aktiva Tetap Di Neraca Perusahaan ... B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 1. Aktiva Tetap ... 2. Penyusutan Aktiva Tetap ...

20 23 27 29 31 31 32 33 34 35 35 39 43 47 51 54 56 56 60


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

63 64

65 66


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3

Penyajian Aktiva Tetap di Neraca ... Laporan Laba Rugi ... Penelitian terdahulu... Jadwal Penelitian ... Daftar Nomor Rekening Aktiva Tetap ... Masa Manfaat dan Persentase Penyusutan Aktiva Tetap ... Masa Manfaat& Persentase Amortisasi Aktiva Tak berwujud ..

24 25 27 34 47 53 54


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran 1 Struktur Organisasi ... 68


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kebijakan terhadap aktiva tetap yang diterapkan oleh PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, seperti cara perolehan aktiva tetap, pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap, penggolongan aktiva tetap, penyusutan aktiva tetap, penarikan aktiva tetap, serta penyajian aktiva tetap tersebut dalam neraca perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan.

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah menyimpulkan, menafsirkan dan mengklarifikasi data sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekuder yang didapat penulis dari hasil wawancara langsung dengan staf dan bagian sumber daya manusia (SDM) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Setelah melakukan penelitian, penulis memperoleh hasil penelitian dengan satu kesimpulan bahwa PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, telah sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan antara lain (a) cara perolehan dan penentuan harga perolehan aktiva tetap, (b) metode perhitungan, penyusutan aktiva tetap, (c). pengeluaran selama masa penggunaan aktiva tetap, (d) penarikan aktiva tetap, (e) serta penyajian aktiva tetap dalam neraca peru


(14)

ABSTRACT

This study aims to obtain a clear picture of the policy of fixed assets employed by PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, such as how the acquisition of fixed assets, expenses after the acquisition of fixed assets, classification of fixed assets, depreciation of fixed assets, withdrawal of fixed assets, as well as the presentation of the fixed assets on the balance sheet of PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan in accordance with Financial Accounting Standard.

In a study conducted, the author uses descriptive method. Descriptive method is concluded, interpret and clarify the data in accordance with the actual events. The type of data used are primary data and data obtained sekuder writer from direct interviews with staff and human resources (HR) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

After doing research, the authors obtained the results of research with a conclusion that PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, in accordance with Financial Accounting Standard on fixed assets owned by companies such as (a) how the acquisition and determination of cost of fixed assets, (b ) method of calculation of depreciation of fixed assets, (c). expenditures during the use of fixed assets, (d) withdrawal of fixed assets, (e) and the presentation of fixed assets in the financial statements.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan dunia usaha banyak perusahaan yang berkembang menjadi perusahaan lebih besar, dan sebagian ada yang berhenti beroperasi karena kalah bersaing. Sehubungan dengan perkembangan perusahaan, maka kegiatan yang ada dalam perusahaan menjadi bertambah rumit, baik jenis kegiatan maupun volume kegiatan yang dilaksanakan. Jika perusahaan berkembang menjadi lebih besar atau perusahaan yang didirikan dengan skala perusahaan besar, maka perencanaan dan pengawasan kegiatan yang dilaksanakan haruslah memadai yaitu sesuai dengan besarnya perusahaan tersebut. Kegiatan – kegiatan yang ada di dalam perusahaan semacam ini akan merupakan kegiatan yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Gagalnya pelaksanaan salah satu kegiatan akan mempunyai akibat terhadap kegiatan lain di dalam suatu bagian, atau bahkan dengan bagian yang lain di dalam perusahaan. Untuk mengetahui perusahaan dapat berjalan sesuai dengan kriteria, maka dewasa ini lazim setiap perusahaan dalam kegiatan operasionalnya memerlukan berbagai faktor produksi. Faktor produksi yang dimiliki perusahaan digunakan untuk dapat menghasilkan output baik berupa barang maupun jasa. Faktor produksi ini berupa aktiva yang nilainya cukup material dalam menunjang kelancaran kegiatan perusahaan guna pencapaian tujuan. Aktiva adalah salah satu elemen


(16)

utama dari kekayaan perusahaan yang berjumlah besar dan mengalami penyusutan dalam satu periode umumnya Aktiva tetap. Penentuan besarnya jumlah biaya penyusutan aktiva tetap merupakan masalah penting didalam perusahaan, karena besar kecilnya investasi yang tertanam didalam aktiva tetap mempengaruhi efektifitas perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pada keuntungan perusahaan. Menurut Mulyadi (2002:179) Aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”.

Aktiva tetap tersebut bisa didapatkan dengan berbagai cara yakni membeli secara tunai, membeli secara kredit angsuran, pertukaran, penerbitan, dibangun sendiri dan sumbangan atau donasi. Cara perolehan aktiva tetap tersebut akan mempengaruhi pencatatan harga perolehan semua aktiva tetap yang dipergunakan dalam perusahaan baik yang masih baru maupun yang bekas pakai memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar kegunaan aktiva tetap tersebut sesuai dengan yang direncanakan perusahaan. Aktiva tetap yang dipergunakan akan mengalami kerusakan, keausan dan susut, baik karena dipakai maupun karena pengaruh lain kecuali tanah yang nilainya terbalik. Oleh karena itu maka terhadap aset tetap tersebut harus diadakan penyusutan sesuai dengan umur dan masa manfaatnya. Dalam menghadapi perkembangan yang semakin maju maka perusahaan yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan hidup dalam jangka panjang, artinya perusahaan harus mempertahankan kelangsungan hidupnya


(17)

melalui pencapaian tujuan. Jika perusahaan dikelola dengan baik, dengan harapan perusahaan berjalan sesuai dengan rencana.

Aktiva Tetap yang dipergunakan dalam kegiatan normal perusahaan adalah aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengelolaan yang efektif dan kebutuhan yang tepat dalam penggunaan, pemeliharaan maupun pencatatannya. Bersamaan dengan waktu nilai ekonomis suatu aktiva tersebut harus dapat dibebankan secara tepat, dan salah satu cara dengan menetapkan metode penyusutan. Agar diketahui apakah metode penyusutan yang diterapkan oleh perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap tersebut, maka kita lihat pernyataan penulis Warren, Reeve dan Fess (2005;395) “Penurunan harga perolehan karena menurunnya kegunaan sejalan dengan berlakunya waktu dalam penggunaan disebut penyusutan (Depreciation)”, arti kutipan diatas bahwa pengertian dari Aktiva Tetap adalah Aktiva tetap merupakan aktiva tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan. Sedangkan Aktiva Tetap dalam akuntansi adalah Aktiva berwujud yang memiliki umur lebih dari satu tahun. Jenis Aktiva tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali, kecuali sudah habis umurnya.

Disini perusahaan harus memperhatikan masalah pada biaya reparasi danpemeliharaan apakah relatif konstan sepanjang umur aktiva tetap atau


(18)

semakin meningkat. Karena itu pihak manajemen harus berhati-hati dalam menerapkan kebijaksanaan jumlah pengeluaran pendapatan sebaliknya pengeluaran untuk aktiva di atas jumlah minimal yang harus dikapitalisasi sebagai pengeluaran modal.

Pengeluaran untuk aktiva tetap dikelompokkan sebagai berikut : 1. Pengeluaran pada waktu perolehan, misalnya transportation in. 2. Pengeluaran setelah aktiva diperoleh yang dapat dirinci menjadi :

a. Pengeluaran pendapatan yang lazim disebut revenue expenditure b. Pengeluaran modal yang lazim disebut capital expenditure

Pengeluaran modal yaitu bila manfaat yang diperoleh lebih dari satu periode akuntansi dan pengeluaran pendapatan yaitu bila manfaat yang dioperoleh hanya dalam periode akuntansi yang bersangkutan. c. Uji coba atau biaya pengetesan

d. Dan lain-lain sampai akitva tersebut siap beroperasi

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan merupakan salah satu dari 14 (empat belas) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Perusahaan ini telah menerapkan perlakuan akuntansi aktiva tetap sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Oleh karena itu, perusahaan ini melakukan penyusutan aktiva tetap yang dipergunakan dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak untuk diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan. Dari pembahasan ini ditemukan bahwa penyusutan aktiva


(19)

tetap dan penyusutan dalam akuntansi adalah penyebaran biaya asal suatu aktiva tetap yaitu tanaman yang sudah menghasilkan, pabrik kelapa sawit, jalan jembatan. Sehubungan dengan itu penulis merasa tertarik untuk mempelajari aktiva tetap yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara III. Untuk itu penulis mencoba membahasnya dalam sebuah skripsi yang diberi judul : “Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan Pada PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian, penjelasan diatas mengenai latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut “Apakah Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap dan Metode Penyusutan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ini telah sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan ?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Perlakuan Aktiva Tetap dan Metode Penyusutan aktiva tetap pada PT. PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi penulis, perusahaan, serta pembaca.


(20)

1. Untuk penulis, memperoleh dan memberikan tambahan pengetahuan tentang penerapan metode penyusutan aktiva tetap.

2. Untuk perusahaan, sebagai bahan masukan perusahaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penerapan metode penyusutan terhadap aktiva tetap.

3. Untuk pembaca, dijadikan sebagai bahan acuan dan sumber informasi untuk penulis selanjutnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Definisi Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan sebagian dari aktiva perusahaan yang digunakan perusahaan dalam kegiatan operasionalnya sehari-hari.

Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 16-1) memberi definisi sebagai berikut “ Aset tetap adalah aset berwujud yang : (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrasi; dan (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode “.

Definisi aktiva tetap yang diberikan oleh Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess (2005 : 492) “ Aktiva tetap sebagai aktiva jangka panjang atau aktiva yang relative permanent, yang dapat disebut juga dengan aktiva berwujud (tangible assets) “. Mulyadi (2002 : 179) menyatakan “ aktiva tetap sebagai kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai masa manfaat ekonomi lebih dari satu tahun dan diperoleh perusahaan bukan untuk dijual kembali “.

Pendapat Muhammad Fakhri (2004 : 23-2) “ aktiva tetap perusahaan adalah aktiva tetap berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak “.

Dari keempat penulis diatas pendapat mengenai aktiva tetap disimpulkan bahwa aktiva tetap yang sering disebut sebagai property, plant, and equipment mempunyai wujud, dapat dinilai, dimiliki dan digunakan


(22)

perusahaan dalam kegiatan operasional normal perusahaaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali, biasanya mempunyai umur ekonomis lebih dari satu periode akuntansi, dan aktiva tetap ini merupakan kekayaan milik perusahaan dan juga merupakan objek pajak.

2. Penggolongan Aktiva Tetap

Menurut pendapat Harahap (2002 : 22) “ aktiva tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut, antara lain : (a) sudut substansi; (b) sudut penyusutan; dan (c) berdasarkan jenis “.

Untuk memahami pendapat ini penulis akan menjelaskan secara rinci yaitu:

a. Sudut substansi, aktiva tetap digolongkan menjadi dua yaitu :

1. Tangible assets atau aktiva berwujud, seperti lahan, mesin, gedung atau bangunan, dan peralatan.

2. Intangible assets atau aktiva tak berwujud, seperti HGU (Hak Guna Usaha), HGB (Hak Guna Bangunan), goodwill-patents, copyright, hak cipta, francise, trade mark dan lain-lain.

b. Dari sudut penyusutan, aktiva tetap digolongkan menjadi dua yaitu : 1. Depreciated plants assets, yaitu aktiva tetap yang disusutkan,

seperti building (bangunan), equipment (peralatan), machinery (mesin), inventaris, jalan, dan jembatan.

2.Undepreciated plants assets, yaitu aktiva tetap yang tidak disusutkan, seperti lahan untuk bangunan, bukan tanah lokasi tambang.


(23)

c. Berdasarkan jenis, aktiva tetap dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Lahan

Lahan adalah bidang tanah terhampar, baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. dalam akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan diatasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri.

Khusus untuk bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya, seperti riol, jalan, dan lain-lain maka dapat digabungkan dengan nilai lahan.

2. Mesin

Mesin termasuk peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan, seperti penggerak mesin, turbin, tangki dan lain-lain.

3. Bangunan gedung

Gedung adalah bangunan yang bediri di atas bumi ini, pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung itu, demikian juga bangunan kantor, pabrik, gudang dan lain-lain.

4. Peralatan

Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang, dan lain-lain.


(24)

5. Kendaraan

Semua kendaraan alat pengangkut seperti : truk, grader, traktor, forklit, buldoser, mobil, sepeda motor, bus karyawan dan lain-lain.

6. Perabot

Jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan, lemari, kursi, meja, filing cabinet, dan lain-lain.

7. Sarana dan Prasarana

Adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, parit beton dan lain-lain.

3. Perolehan Aktiva Tetap

Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 16-4) menyatakan “ suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan “. Dengan kata lain biaya perolehan aktiva tetap adalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada saat terjadinya.

Biaya perolehan aktiva tetap tersebut yaitu :

a. Harga perolehannya, seperti bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi potongan pembelian dan potongan-potongan lainnya pada saat barang tersebut diperoleh perusahaan.

b. Biaya yang dapat dibagi secara langsung untuk membawa aktiva ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aktiva siap digunakan sesuai dengan keinginan dan tujuan manajemen.


(25)

c. Biaya pembongkaran, pemindahan pemasangan aktiva tetap dan restorasi aktiva tetap tersebut.

Untuk mendapatkan aktiva tetap perusahaan dapat melakukan dengan beberapa cara. Menurut penulis Gunadi (2005 : 48) adalah sebagai berikut: Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, seperti melalui pembelian (tunai, kredit atau angsuran), capital lease, pertukaran (sekuritas atau aktiva yang lain), sebagai penyertaan modal, pembangunan sendiri, hibah atau pemberian, dan penyerahan karena selesainya masa kontrak-bangun-serah (built-operate and transfer) Untuk lebih jelasnya peulis akan mengartikan secara rinci dari kutipan diatas:

a. Pembelian

Dalam Standar Akuntansi Keuangan dinyatakan bahwa “ aktiva tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat dengan harga beli ditambah dengan biaya yang terjadi untuk menempatkan aktiva itu pada kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan “.

Namun tidak demikian dengan ketentuan pajak, perolehan aktiva tetap diakui tergantung dari status hubungan antara pembeli dan penjual sebagaimana dinyatakan Gunadi (2005 : 49) “ dalam ketentuan perpajakan, tergantung dari status hubungan antara penjual dan pembeli, sehubungan dengan pihak yang terlibat dalam transaksi pembelian aktiva dipisahkan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan yang tidak “.

Selanjutnya dijelaskan “harga beli aktiva antarpihak yang mempunyai hubungan istimewa (misalnya penjual memiliki paling sedikit 25% saham badan pembeli) dapat dihitung kembali sesuai dengan nilai pasar (wajar)”.


(26)

Maksud dari kutipan diatas adalah hubungan pembeli dan penjual dikaitkan adanya hubungan istimewa dan ini ada terkait kepemilikan saham pada perusahaan yang bersangkutan.

b. Capital Lease

Sewa guna usaha modal, atau sering disebut dengan lease modal (capital lease) merupakan perjanjian dengan pemberian hak kepada lease untuk menggunakan aktiva yang dimiliki lessor (penyewa) untuk jangka waktu tertentu dengan membayar sejumlah uang. Akuntansi komersial menyatakan pendapat bahwa pada hakikatnya lease modal merupakan pembelian aktiva.

Penulis Gunadi (2005 : 50) memberi pendapat sebagai berikut :

Sesuai dengan ketentuan perpajakan jumlah yang dibayar pada saat pengambilalihan aktiva dari lessor merupakan nilai kapitalisasi aktiva dimaksud, sedangkan pengeluaran lease sebelum itu diperlakukan sebagai pengeluaran sewa seperti yang berlaku dalam operating lease c. Pertukaran

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara pertukaran dengan aktiva non moneter (baik sejenis atau bukan) atau sekuritas (obligasi atau saham sendiri). Dalam hal perolehan aktiva dengan cara pertukaran, akuntansi pajak tidak mengatur secara rinci apakah pertukaran dengan aktiva atau dengan sekuritas bukan terbitan perusahaan sendiri. Pasal 10 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan menyatakan “ baik harta yang dilepas maupun diterima dihitung berdasarkan jumlah yang seharusnya diterima atau dikeluarkan berdasarkan harga pasar “.


(27)

Praktek akuntansi komersial menyatakan aktiva yang diperoleh dengan cara membangun sendiri akan dicatat sebesar harga perolehaanya, meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membangun aktiva tersebut hingga siap dipergunakan.

e. Hibah atau pemberian

Akuntansi komersial menghitung harga pasar aktiva yang diperoleh dari hibah, bantuan, atau pembelian sebagai harga perolehan. Menurut akuntansi pajak yaitu melalui Undang-undang PPh pasal 10 ayat (4) menyatakan:

(a) harta yang diperoleh karena hibah, bantuan, atau pemberian yang diterima oleh badan keagamaan, sosial, pendidikan dan pengusaha kecil yang memenuhi persyaratan tertentu (tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pemberi dan penerima) harus dinilai sejumlah nilai buku dari pemberi; dan (b) harta juga dinilai menurut harga pasar.

Ketentuan diatas mengharuskan penerima harta mencatat perkiraan modal hibah dikredit sebesar nilai buku aktiva, sedangkan untuk pemberian yang tidak memenuhi kualifikasi akan dinilai menurut harga pasar yang berlaku.

4. Penyusutan Aktiva Tetap

a. Definisi Penyusutan

Menurut buku Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 16-2) bahwa "penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya”.

Seuai dengan kutipan diatas bahwa angka penyusutan suatu aktiva sesuai umur aktiva tersebut. Perusahaan menghitung jumlah penuyusutan dari aktiva yang dimiliknya agar tercapainya prinsip pengaitan (matching


(28)

principle), yaitu mengaitkan pendapatan pada satu periode akuntansi dengan biaya dari barang-barang dan jasa yang dikonsumsi guna menghasilkan pendapatan serta memperhitungkan penurunan kegiatan aktiva tetap kerena pemakaian sesuai dengan umur yang ditetapkan sesuai standar akuntansi keuangan.

Jenis aktiva yang dapat disusutkan adalah :

1) Aktiva tersebut digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi 2) Mempunyai masa manfaat yang terbatas bukan selamanya

3) Digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.

Ketentuan perpajakan mengatur masalah penyusutan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang menyatakan bahwa:

Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, dan Hak Pakai yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, managih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut

Menurut penulis yang bernama Waluyo (2006 : 122) menyebutkan bahwa : Persyaratan aktiva tetap yang dapat disusutkan menurut ketentuan perpajakan meliputi :

1) Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud;


(29)

3) Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

Sedangkan penulis lain yaitu : Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess (2005 : 497) “ tiga faktor harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode, yaitu (a) biaya awal aktiva tetap, (b) umur manfaat yang diperkirakan, dan (c) estimasi nilai pada akhir umur manfaat “.

Sedangkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menghitung besarnya penyusutan suatu aktiva adalah :

1) Aktiva yang disusutkan adalah yang berwujud.

2) Biaya awal aktiva tetap, sering disebut dengan biaya perolehan, adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan.

3) Umur manfaat, atau umur aktiva, yaitu umur aktiva dalam usaha.

4) Estimasi nilai pada akhir umur manfaat, sering disebut dengan nilai sisa atau nilai residu setelah aktiva full depreciated.

b. Metode Penyusutan

Metode penyusutan aktiva tetap dapat diterapkan dengan berbagai metode, baik menurut akuntansi komersial maupun ketentuan perpajakan. Metode-metode tersebut harus digunakan secara sistematis dan diterapkan secara konsisten untuk memperoleh jumlah yang dapat disusutkan dan dialokasikan ke periode akuntansi selama masa manfaat aktiva tersebut.


(30)

Buku Standar Akuntansi Keuangan (2004:17.3), metode alokasi biaya penyusutan dikelompokkan menurut kriteria adalah sebagai berikut :

Beberapa metode penyusutan dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Berdasarkan waktu

a. Metode garis lurus (straight-line-depreciation)

b. Metode pembebanan menurun (decreasingt-charge-depreciation): i. Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method) ii. Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda

(declining/double declining-balance-method)

• Berdasarkan penggunaan :

a. Metode-jam-jasa (service-hour-method)

b. Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method)

• Berdasarkan kriteria lainnya :

a. Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-and-composite-method)

b. Metode-anuitas (annuity-method) c. Sistem-persediaan (inventory-system)

Masa manfaat menurut PSAK No.17 (2007 : 17.2) adalah :

• “Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan; atau

• Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”.

Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dari aktiva terbagi tiga istilah yang dikenal untuk jenis aktiva yang berbeda yaitu :

1. Penyusutan

Istilah penyusutan digunakan terhadap aktiva tetap yang dibuat manusia yang dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi, contohnya gedung, pabrik, dan lain-lain.


(31)

Istilah amortisasi digunakan terhadap aktiva tidak berwujud, misalnya paten, goodwill dan biaya yang ditangguhkan.

3. Deplesi

Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber-sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai berulang-ulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual dan tidak dapat diperbaiki lagi, contoh tambang batu bara, tambang, galian batu dan lain-lain.

Ketiga istilah diatas tidak bisa dipindahkan antara satu dengan yang lain, karena sedang menjadi ketentuan bahwa istilah amortisasi hanya untuk aktiva tak berwujud semikian seterusnya.

Untuk melihat semua keterangan diatas dapat diakui ada 3 faktor yang diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan setiap periode akuntansi, yaitu :

1) Harga perolehan aktiva

Harga perolehan aktiva meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan agar dapat dipakai atau dikenal dengan istilah sejarah nilai belinya.

2) Nilai residual atau nilai sisa suatu aktiva

Nilai sisa adalah nilai yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi atau full depreciated.


(32)

3) Masa manfaat aktiva

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 17.2) dalam PSAK No.17 “masa manfaat adalah:

a. Periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”.

b. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”.

Dalam prakteknya, tiga istilah yang berbeda telah dipakai secara luas untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva. Ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Alokasi biaya aktiva berwujud disebut dengan sitilah depreciation 2. Untuk bahan mineral dan sumber daya alam dikenal dengan

depletion

3. Untuk aktiva tidak berwujud disebut amortization istilahnya depreciation, diterjemahkan dengan depresiasi atau penyusutan, depletion diterjemahkan dengan deplesi sedangkan amortization diterjemahkan dengan amortisasi.

5. Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap

Selama penggunaan aktiva tetap berbagai biaya yang harus dikeluarkan agar dapat berjalan dengan harapan. Biaya tersebut adalah biaya perbaikan, biaya pemeliharaan, biaya reperasi, biaya penambahan,


(33)

biaya penggantian. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan oleh perusahaan agar aktiva tetap yang digunakan dalam operasi perusahaan tetap dapat berfungsi dan berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan perusahaan tersebut.

Kesalahan dalam pengelompokan biaya bisa mempengaruhi rencana perusahaan dalam mencapai tujuan. Pengelompokan pengeluaran perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengklasifikasian biaya. Untuk itu perlu pengetahuan tentang taksiran umur ekonomis aktiva tetap, memilih penyusutan yang tepat dan batasan tentang pengeluaran pemeliharaan dan perbaikan.

Penulis Zaki Baridwan (2004 : 272) mengklasifikasikan pengertian pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan adalah :

a. Pengeluaran Modal (capital expenditure)

Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi).

b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure)

Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengeluaran ini dicatat dalam rekening biaya.

6. Penarikan Aktiva Tetap

Aktiva tetap perusahaan dapat dihentikan operasinya baik secara normal maupun secara terpaksa. Aktiva tetap yang dihentikan penggunaanya dapat disebabkan aktiva tetap sudah berakhir masa umurnya, aktiva tetap rusak dan tidak dapt dipergunakan lagi oleh perusahaan.


(34)

Akibat yang timbul dari penghentian aktiva tetap beroperasi ini adalah timbulnya kerugian atapun keuntungan. Menurut PSAK no. 16 (2007 : 16.2) : “Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi”.

Penghentian aktiva tetap dapat berpengaruh langsung terhadap proses produksi, untuk penggantian aktiva dengan yang baru tersebut. Proses produksi dapat terganggu apabila ternyata aktiva tetap merupakan sarana yang vital bagi perusahaan. Pencatatan yang harus dilakukan bila terjadi penghentian aktiva tetap adalah :

a. Meng-up date kan buku perusahaan

Total jumlah biaya penyusutan dari awal tahun buku berjalan sampai pada tanggal terjadinya transaksi penarikan itu harus tercatat.

b. Eliminasi

Dalam mencatat transaksi ini maka harus dihapuskan semua perkiraan yang berhubungan dengan aktiva yang ditarik.

Beberapa hal yang penting dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan penghetian aktiva tetap adalah :

a. Aktiva tetap dibuang saja

Dalam hal ini perkiraan aktiva tetap dan akumulasi penyusutan harus dihapuskan dengan mengkreditkan perkiraan aktiva tetap yang bersangkutan sebesar harga perolehannya dan mendebet total


(35)

penyusutan sampai saat penyingkirannya. Apabila ada nilai sisanya, maka dicatat sebagai kerugian atas pelepasan aktiva tersebut.

b. Aktiva tetap dapat dijual

Penyusutan yang terjadi selama periode antara tanggal ayat jurnal penyusutan terakhir dibuat dengan tanggal penjualan, nilai sisa aktiva tersebut jika selisih dengan harga jual dapat dihitung laba atau rugi.

c. Aktiva tetap dapat ditukar

Prosedur penukaran aktiva tetap sama dengan prosedur perolehannya yang dilakukan melalui pertukaran.

d. Dipakai di luar operasi normal perusahaan

Aktiva tetap tersebut dicatat atau digolongkan sebagai investasi. Contoh : Tanah yang dibeli yang tidak diperuntukkan untuk bangungan di atasnya.

e. Aktiva tetap di non-aktifkab atau parkir

Aktiva yang tidak dipakai lagi dalam operasi perusahaan dicatat atau digolongkan sebagai aktiva lain-laima dengan, di neraca perusahaan dengan nilai nol yaitu harga dengan penyusutan atau dibulatkan Rp1. 7. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca Perusahaan


(36)

Menurut Buku Standar Akuntasi Keuangan (2007 : 1.3) laporan keuangan tersebut yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini :

a. Neraca;

b. Laporan laba rugi;

c. Laporan perubahan ekuitas; d. Laporan arus kas;

e. Catatan atas laporan keuangan.

Secara umum Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan yaitu pada komponen neraca dan berada pada sisi aktiva sedangkan. Menurut Harahap (2002 : 123), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunkanan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

1. “ Di neraca yang hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi Penyusutan secara global:

2. Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuagan. Di sini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan Akumulasi Penyusutan masing-masing;

3. Informasi yang lebih lanjut lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap.”

Tabel 2.1

Penyajian Aktiva Tetap di Neraca PT ABC

Neraca Per 31 Desember 20xy (Rp)

Aktiva

Aktiva Lancar Kewajiban

Passiva


(37)

Persediaan Rp. xxx Jangka Panjang Rp. xxx

Piutang Usaha Rp. xxx

Asuransi dibayar di Muka Rp. xxx

Sewa dibayar di Muka Rp. xxx

Total Aktiva Lancar Rp. xxx Commond Stock Rp. xxx Ekuitas

Investasi Rp. xxx Agio Commond Stock Rp. xxx

Tanah Rp. xxx Preferen Stock Rp. xxx

Aktiva Tetap

Gedung Rp. xxx Agio Preferen Stock Rp. xxx

A/p gedung Rp. xxx Laba ditahan Rp. xxx

Peralatan Rp. xxx

A/p peralatan Rp. xxx

Mesin Rp. xxx

Total Aktiva Tetap Rp. xxx Total Passiva Rp. xxx

Aktiva tak berwujud Rp. xxx

Aktiva lain-lain Rp. xxx

Total aktiva Rp. xxx Jumlah Kewajiban, Ekuitas

dan Laba ditahan Rp. xxx

Tabel 2.2 Laporan Laba Rugi

PT ABC Laporan laba rugi

01 Januari s/d 31 Desember 20XX

Penjualan Rp XXX

Penjualan return (Rp XXX )

Penjualan Discount ( Rp XXX)

Penjualan bersih Rp XXX

Raw material 01 Januari Rp XXX

Harga pokok penjualan

Pembelian raw material Rp XXX

Pembelian return (Rp XXX)

Pembelian discount (Rp XXX) +/-

Fright in Rp XXX

Pembelian NET Rp XXX +/+


(38)

Raw material 31 Desember Rp XXX -/-

Raw material use Rp XXX

Direct labour Rp XXX

Over head total Rp XXX +/+

Total biaya publikasi Rp XXX

Work in proses 01 Januari Rp XXX +

Rp XXX

Work in proses 31 Desember Rp XXX -

Harga pokok produksi Rp XXX

Finish good 01 Januari Rp XXX +

Rp XXX

Finish good 31 Desember Rp XXX -

Harga pokok penjualan Rp XXX -/-

Gross profit Rp XXX

Total biaya operasi Rp XXX -/-

Laba operasi Rp XXX

Pendapatan lain-lain Rp XXX

Biaya lain-lain (Rp XXX) +/-

Laba sebelum pajak Rp XXX

Pajak Rp XXX

Laba setelah pajak Rp XXX

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3

Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Judul Penelitian Perumusan

Masalah Hasil Penelitian Ernie M. Tampubolon Tahun Penelitian: (2005) Analisa Pengunaan, Penghentian Aktiva Tetap Dan Penyajiannya Dalam Laporan Keuangan Pada Apakah penggunaan, penghentian aktiva tetap dan penyajiannya dalam laporan keuangan telah sesuai dengan PSAK No.16

Kebijakan perusahaan dalam menentukan capital

expenditure atau renenue

expenditure dalam hal biaya pemeliharaan dan perawatan,

yaitu dengan mengelompokkan dan


(39)

Ginting Tahun Penelitian : (2006) Ramot Nurlela Tahun Penelitian: (2004) Yulinda Tarigan Tahun Penelitian: (2010)

PT. Musim Mas Medan

Perlakuan

Akuntansi Aktiva Tetap Pada PT.Perkebunan NusantaraIII (persero)Medan Pengakuan Dan Pengukuran Aktiva Tetap Pada Perusahaan Jasa Angkutan Darat Antar Kota Antar Propinsi Di Lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara Perlakuan

Akuntansi aktiva tetapsesuai dengan Standar

Akuntansi

Bagaimana

perlakuan Akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran aktiva tetap pada perusahaan jasa angkutan darat Antar Kota Antar Propinsi di lingkungan Dinas Perhubungan

Medan-Sumatera Utara dan apakah perlakuan.

Menjelaskan

mengenai latar belakang masalah

pemeliharaan aktiva perusahaan dalam 4 bagian.

Dalam menghitung penyusutan perusahaan menggunakan metode Garis Lurus.

Perlakuan akuntansi aktiva etap sesuai dengan standar Standar akuntansi keuangan dan

cara menciptakan perusahaan dalam memakai dan memperoleh nilai aktiva di suatu perusahaan.

Pada dasarnya, proses pengakuan awal yang dilakukan oleh perusahaan terhadap bus-busnya sudah memadai, namun proses pencatatan dan perlakuan akuntansi selama penggunaan aktiva tetap yang belum sempurna menimbulkan kesulitan.

Aktiva Tetap yang diterapkan pada PT. Coca Cola Bottling


(40)

Akuntansi Aktiva Teap dan Metode Penyusutan yang Sesuai dengan Standar

Akuntansi

Keuangan Pada PT. Coca Cola Bottling

Company

Indonesia Medan.

apakah perlakuan akuntansi aktiva tetap dan metode penyusutan pada PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia Medan telah sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan.

Company Indonesia Medan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang mengidentifikasi sebagai aktiva tetap tidak berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai perusahaan, untuk tidak dijual dengan masa manfaat lebih dari 1 tahun.

B. Kerangka Konseptual

Untuk menyelesaikan permasalahan yang tertuang di dalam skripsi ini, penulis akan menguraikan alur berfikir dalam permasalahan sebagai


(41)

berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Penulis 2011

Kebijakan akuntansi aktiva tetap merupakan kebijakan dalam pemilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang diterapkan perusahaan untuk menentukan :

a. Cara mendapatkan aktiva tetap b. Kebijakan pengeluaran aktiva tetap

c. Metode penyusutan aktiva tetap yang diterapkan Perolehan

Aktiva Tetap Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap

Penyusutan Aktiva Tetap

Penyajian Aktiva Tetap di dalam Laporan Keuangan

sesuai SAK

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

Kebijakan Akuntansi


(42)

d. Penarikan aktiva tetap

e. Berbagai pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap f. Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan

Sehingga kebijakan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu PSAK No.16 dan PSAK No.17.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif, disebut juga penelitian penjelajahan dan merupakan penelitian ilmiah yang tujuannya untuk memahami karakteristik fenomena atau masalah yang akan diteliti. Penelitian ini merupakan penelitian yang digunakan untuk memperjelas permasalahan yang akan dipecahkan oleh penulis.

B. Jenis Data dan Sumber Data

Di dalam penelitian ini, jenis data yang dipergunakan adalah :

1. Data Kualitatif merupakan serangkaian informasi yang berasal dari hasil penelitian masih berupa fakta-fakta verbal dari keterangan. Seperti sejarah PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) , struktur organisasi dan lain lain.

2. Data Kuantitatif merupakan data berbentuk angka-angka baik secara langsung dari hasil penelitian maupun hasil pengolahan data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan menggunakan skala interval. Seperti laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), metode penyusutan dan lian-lain.


(44)

a. Data Primer, adalah data yang diperoleh penulis melalui hasil wawancara dengan staf dan karyawan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) di kantor Direksi Medan.

b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang berupa artikel, buku-buku dan dokumen yang berhubungan dengan judul skripsi penulis.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

Penulis menggunakan beberapa cara untuk mengumpulan data, yaitu: 1. Teknik Observasi, yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung

terhadap kegiatan suatu subjek atau sifatnya tanpa berupaya mendapatkan tanggapan dari siapapun yang berhubungan dengan aktiva tetap sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

2. Teknik Wawancara, yaitu dengan melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), tentang penyusutan aktiva tetap dan lain-lain.


(45)

D. Metode Analisis Data

Metode analisis yang dipergunakan dalam menganalisis masalah yaitu sebagai berikut :

1. Metode Deskripsi

Yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menginterprestasikan serta menganalisanya sehinga diperoleh gambaran masalah yang diteliti secara jelas.

2. Metode Deduktif

Yaitu suatu metode yang mengadakan pemikiran logika dan diterima secara umum dalam rangka pengambilan keputusan dari fakta yang sedang diamati, kemudian memberikan kesimpulan serta saran-saran yang bermanfaat untuk PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan lain-lain.


(46)

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian untuk penulisan skripsi ini berlangsung dari bulan Desember 2010 sampai dengan selesai, dilakukan penulis di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, Jln. Se Batang Hari Medan.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Sumber : Penulis, 2011 Tahapan Penelitian Sept 2010 Okto 2010 Nov 2010 Des 2010 Jan 2011 Feb 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan Proposal Skripsi Bimbingan Proposal Seminar Proposal Skripsi Pengumpula n dan Pengolahan Data Bimbingan Skripsi Penyelesaian Laporan Penelitian Ujian Skripsi


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara III

PT. Perkebunan Nusantara III (persero) Medan adalah satu dari 14 badan usaha milik Negara yang bergerak dalam usaha perkebunan dan pengolahan maupun pemasaran hasil perkebunan. Pembentukan perusahaan ini mempunyai lintasan sejarah yang panjang dengan pengambilalihan perkebunan Belanda pada tahun 1958 oleh pemerintah RI yang dikenal sebagai proses “NASIONALISASI” perkebunan asing menjadi perseroan perkebunan Negara (PPN). Embrio yang turut membentuk perusahaan berasal dari NV Rubber Cultuur Maatchappij Amsterdam (RCMA) dan NV Cultuur Kij’de Oeskut (CMO) yang merupakan perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia sejak masa pemerintahan Hindia Belanda sebelum merdeka.

Awal Perusahaan dimulai tahun 1958 dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara Baru Cabang Sumatera Utara (PPN Baru). Setelah mengalami perubahan status badan hukum sejalan dengan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang ada, pada tahun 1968 PPN tersebut direorganisasikan menjadi kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PPN) yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk hukumnya dialihkan menjadi PT. Perkebunan (Persero) milik negara.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas terhadap kegiatan usaha BUMN, Pemerintah mencanangkan program restrukrisasi BUMN sub sektor


(48)

perkebunan melalui penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. PT. Perkebunan Nusantara III merupakan hasil peleburan PT. Perkebunan III, IV dan V sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996. Peleburan dilakukan dalam rangka restrukturisasi Badan Usaha Milik Negara dalam usaha perkebunan.

Perusahaan dilebur walaupun substansinya masih meneruskan usaha sebelumnya, dengan perubahan dalam struktur ekuitas dan penambahan serta pengurangan beberapa asset dan kewajiban. Perusahaan didirikan berdasarkan akta No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dari Harun Kamil, SH., notaris di Jakarta dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-8331 HT.01.01.Th. 96 tanggal 8 Agustus 1996 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 8 Oktober 1996, Tambahan No. 8674. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 8 tanggal 24 September 2009 dari Syafnil Gani, SH, M.Hum., notaris di Kotamadya Medan, mengenai perubahan tugas dan wewenang direksi. Akta perubahan ini telah diterima dan dicatat di dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Republik Indonesia No. AHU-0073195. AH.01.09. Tahun 2009 tanggal 5 November 2009.

Sebagai BUMN, pengurusan dan pengendalian Perusahaan mengacu kepada Peraturan Pemerintahan yang berlaku. Dasar pengangkatan dan pemberhentian manajemen Perseroan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor :


(49)

KEP-183/MBU/2008 tanggal 24 September 2008, susunan anggota Komisaris Perseroan adalah :

Komisaris Utama : Achmad Mangga Barani,

Komisaris : Heri Sebayang,

Komisaris : Deddy Suardy,

Komisaris : Sardan Marbun,

Komisaris : S. Herry Sucipto,

Komisaris : Herman Hidayat.

Keanggotaan Direksi, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Nomor : KEP-132/MBU/2006 tanggal 27 Desember 2006 tentang Pembentukan dan Pengangkutan anggota-anggota Direksi Perusahaan PT.Perkebunan Nusantara III dengan susunan adalah :

Direktur Utama : Ir. H. Amri Siregar,

Direktur Produksi : Ir. H. Amal Bakti Pulungan, MM, Direktur Keuangan : Drs. Johannes Sitepu, Ak,

Direktur Perencanaan & Pengembangan : DR. Ir. H. Chairul Muluk,

Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum : H. M. Rchmat Prawirakusumah, SE, MM.

Anggaran Dasar Perusahaan adalah melakukan usaha dibidang agro bisnis dan agro industri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat. Mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perusahaan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:


(50)

a. Budidaya tanaman meliputi pembukuan dan pengelolaan lahan, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan dan pemungutan hasil tanaman serta melakukan kegiatan kegiatan lain yang berhubungan dengan budidaya tanaman PT. Perkebunan Nusantara III.

b. Pengolahaan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang jadi serta produk turunannya PT. Perkebunan Nusantara III.

c. Perdagangan, penyelenggaran kegiatan pemasaran berbagai macam produksi serta melakukan kegiatan perdagangan yang berhubungan dengan kegiatan usaha PT. Perkebunan Nusantara III.

d. Pengembangan usaha bidang perkebunan, agro wisata, agro bisnis, dan agro industri PT. Perkebunan Nusantara III.

e. Lain-lain dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III.

PT. Perkebunan Nusantara III berkedudukan di Kota Medan, Sumatera Utara dengan kantor pusat beralamat di Jl. Sei Batanghari No. 2 Sei Sikambing Medan, Sumatera Utara. Pabrik dan perkebunan kelapa sawit dan karet Perusahaan tersebar dibeberapa daerah Sumatera Utara.

PT. Perkebunan Nusantara III ini mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 11 Maret 1996. Perusahaan mengelola perkebunan seluas 159.656 hektar (2008: 160.203 hektar), meliputi perkebunan kelapa sawit dan karet yang menghasilkan produk utama minyak kelapa sawit (CPO), inti sawit dan karet. Luas areal tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya seluas 547


(51)

hektar karena perubahan fungsi. Luas areal perkebunan Perusahaan yang telah mendapat Sertifikat Hak Guna Usaha seluas 134.368 hektar, SK HGU seluas 21.683 hektar dan lainnya seluas 3.605 hektar, dengan luas areal tertanam seluas 137.101 hektar (2008: 135.764 hektar), dan areal tidak produktif seluas 5.604 hektar (2008: 6.019 hektar).

2. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III Medan No. 03. 7/KTP S/SR/3/1984, ditetapkan suatu organisasi yang menyangkut fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab. Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Medan adalah struktur organisasi garis dan staff. Perusahaan ini mengadakan penambahan kebun dan mengadakan perubahan struktur yang semakin luas. Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dapat dilihat pada lampiran.

Berikut ini dijelaskan tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab masing-masing PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan .

a. Direktur Utama

1) melaksanakan kebijakan perusahaan yang diatur dalam anggaran dasar perusahaan dan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh RUPS dan Dewan Komisaris,

2) menetapkan langkah-langkah dan sasaran perseroan dalam melaksanakan kebijakan perusahaan dibidang produksi, teknik pengolahan, sumber daya manusia, keuangan, pemasaran, dan pengembangan.


(52)

3) mengkoordinasikan tugas anggota direksi dan mengawasi pengolahan perusahaan.

b. Direktur Produksi

1) Menyusun perencanaan dibidang pekerjaan yang tercantum dalam fungsi tersebut diatas,

2) Melaksanakan pengaturan, pengendalian terhadap semua kegiatan dari unit-unit produksi dan sarana pendukungnya yang mencakup tanaman, produk, teknik pengolahan dan sebagainya.

c. Direktur SDM dan Umum

1) menyusun perencanaan tenaga kerja dan kesejahteraan tenaga kerja, 2) menetapkan ketentuan-ketentuan tenaga kerja dan umum,

3) mengelola administrasi perkantoran dan segala sesuatu yang berkaitan dengan SDM.

d. Direktur Keuangan

1) menyusun perencanaan pekerjaan yang tercantum dalam fungsi tersebut diatas,

2) melaksanakan pengaturan, pengendalian usaha dan sarana pendukungnya yang mencakup keuangan dan administrasi.

e. Direktur Pemasaran

1) menyusun perencanaan dibidang pekerjaan yang tercantum dalam fungsi tersebut diatas,


(53)

2) pengaturan dan pengendalian dari unit usaha dan sarana pendukungnya yang mencakup pemasaran hasil produksi primer dan hasil industri serta pengadaan bahan baku dan pelengkap yang diperlukan proses produksi. f. Bagian Tanaman

Berfungsi membantu Direktur melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam merencanakan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang menyangkut fisik tanaman dan produksi

g. Bagian Teknik

Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam pemberdayaan sumber daya teknik sehingga terwujudnya Best Practices di Bidang Teknik.

h. Kepala Bagian Teknologi

Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengefektifkan sumber daya, dan mengoptimalkan kinerja bidang teknologi.

i. Kepala Bagian Keuangan

Melaksanakan fungsi manajemen dalam memberdayakan sumber daya keuangan secara optimal dan kondisi keuangan yang sehat.

j. Bagian Akuntansi

Melaksanakan fungsi manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan serta memberdayakan aktiva, kewajiban dan ekuitas secara optimal.


(54)

k. Kepala Bagian Komersial

Melaksanakan fungsi manajemen penjualan dan fungsi manajemen dalam pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan sumber daya secara maksimal sehingga tercapai kepuasan pelanggan dan pemasok.

l. Kepala Bagian Umum

Melaksanakan fungsi manajemen dalam aspek pertanahan, pelayanan kesehatan, koordinasi keamanan dan pelayanan urusan rumah tangga.

m. Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan

Melaksanakan, fungsi manajemen dan pemanfaatan sumber daya, sehingga terwujud pemerataan pembangunan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.

n. Bagian Kepatuhan dan Risk Mnajemen

Melaksanakan fungsi manajemen dengan memberdayakan sumber daya yang berhubungan dengan Aspek Hukum Legal, Kepatuhan yang berhubungan dengan pihak luar/partner.

o. Bagian Satuan Pengendalian Intern

Adalah aparat pengendalian internal yang mempunyai peran yang tidak hanya membantu manajemen dalam menjalankan fungsi pengendaliannya tetapi juga sebagai konsultan (mitra strategis) bagi manajemen dalam rangka peningkatan penerapan manajemen resiko (risk management), pengendalian internal dan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).


(55)

p. Bagian Pengolahan

Membantu Direktur melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam merencanakan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang menyangkut fisik tanaman dan produksi.

q. Bagian Penjualan

Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam merencanakan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan pemasaran komoditi primer, yang meliputi : karet, karet kering, lateks, kakao, kelapa sawit, dan produksi hasil industri hilir PT. Perkebunan Nusantara III.

r. Bagian Pembinaan SDM

Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam pengembangan SDM yang mencakup kegiatan pendidikan dan latihan, keselamatan dan kesehatan kerja dan pelayanan kesehatan karyawan PT. Perkebunan Nusantara III.

3. Jenis-Jenis Aktiva Tetap PT. Perkebunan Nusantara III

jenis-jenis aktiva tetap milik PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan banyak ragamnya, akan tetapi perusahaan jenis akan memberi batasan-batasan sebagai berikut :

a. Masa pemakaian aktiva tetap tersebut lebih dari satu periode akuntansi atau satu tahun.

b. Aktiva tetap tersebut dipergunakan dalam operasi normal PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dan bukan untuk diperjual belikan.


(56)

c. Nilai perolehan relatif besar yaitu minimal Rp. 2.500.000,00 misalnya Alat-alat yang dipergunakan oleh karyawan perkebunan di lapangan secara rutin. Peralatan tersebut nilainya kecil akan tetapi pengadaanya diperlukan dalam jumlah besar, maka jika dikumpul nilainya jadi besar dan manfaatnya bertahun-tahun juga peralatan ini bukan untuk dijual tetapi dalam operasi normal perusahaan. Dengan demikian pengelompokkan aktiva tetap PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah sebagai berikut :

1. Tanah, yang dipergunakan sebagai lokasi kebun, bangunan dan bangunan perusahaan dan lapangan.

2. Tanaman belum menghasilkan (TBM), yang terdiri dari TBM karet, TBM kelapa sawit dan TTB kakao.

3. Tanaman menghasilkan (TM), yang terdiri atas, tanaman karet, kelapa sawit, dan kakao.

4. Bangunan rumah yang permanen, semi permanen dan bangunan darurat, yang dipergunakan sebagai rumah pegawai, rumah karyawan non staff, wisma, mess, dan lain-lain.

5. Bangunan perusahaan, terdiri dari : - Pabrik

- Kantor, kantor pusat, kantor kebun dan kantor afdeling - Gudang, gudang bahan baku dna bahan jadi

- Bengkel - Garasi - Rumah sakit


(57)

- Poliklinik - Sekolah - Kolam limbah

- Tempat penitipan anak (TPA) 6. Mesin dan Instalasi, terdiri dari :

- Mesin pabrik - Mesin non pabrik - Mesin listrik

7. Jalan, jembatan dan saluran air. Jembatan terdiri dari jembatan permanen dan semi permanen, jalan juga ada yang permanen dan semi permanen. 8. Alat pengangkutan seperti

- Jepp, mini bus, dan sejenisnya - Truck, trailer, forkliff dan sejenisnya - Lokomotif

- Tranktor dan sejenisnya - Sepeda motor

- Basket lori dan sejenisnya

9. Alat-alat pertanian dan inventaris kecil.

Terbagi atas alat-alat elektrik (komputer dan sejenisnya).

Disamping penggolongan seperti diatas, aktiva tetap milik PT. Perkebunan Nusantara III juga dapat digolongkan berdasarkan lokasinya yaitu :


(58)

1) Aktiva tetap yang berada di kantor pusat PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan di jalan Sei Batang Hari Medan, berupa bangunan kantor, perumahan, dan fasilitas-fasilitasnya, peralatan transportasi beserta jalan beserta fasilitas-fasilitasnya.

2) Aktiva tetap di unit-unit kebun di lima daerah tingkat dua yaitu Kabupaten Deli Serdang, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Tapanuli Selatan.

Setiap lokasi perkebunan, terdapat sarana penunjang kesehatan, pendidikan, rumah sakit, poliklinik, rumah ibadah, dan sarana olahraga. Tahun 2001 perusahaan memiliki 10 pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 4800 ton Tandan Buah Segar (TBS)/ jam, 15 unit pabrik karet dengan kapasitas 287,5 ton karet kering (KK)/ jam, 6 unit pabrik kakao dengan kapasitas 35,8 ton biji kakao (BKK)/ hari, dan pabrik untuk industri hilir karet dengan kapasitas 9.584,5 ton/tahun (untuk produk Rubber Band, Rubber Articles, Rubber Commats, Conveyor Belt, Dock Fender, Rubber threads, dan Resin) dan 63,5 juta pieces/tahun (untuk produk Rubber Gloves dan Toy Ballons).

3) Aktiva tetap yang berada di kantor-kantor perwakilan berupa bangunan, kantir dan pesangrahan serta mess.

Untuk memudahkan perusahaan dalam membukukan transaksi-transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap maka masing-masing jenis aktiva tetap tersebut diberi nomor perkiraan seperti tampak pada tabel 4.1 berikut:


(59)

Tabel 4.1

Daftar Nomor Rekening Aktiva Tetap Nomor Rekening Aktiva Tetap 000 Tanah

001 Tanaman Menghasilkan

002 Tanaman Belum Menghasilkan 003 Rumah Tinggal

004 Bangunan Perusahaan

005 Mesin dan Perlengkapan Pabrik 006 Jalan, Jembatan dan Saluran Air 007 Alat-alat Pengangkutan

008 Alat-alat Pertanian dan Inventaris

Sumber : Kebijakan Akuntansi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

4. Perolehan Aktiva Tetap PT. Perkebunan Nusantara III

Untuk mendapatkan aktiva tetap yang dibutuhkan PT. Perkebunan Nusantara III dengan tiga cara, yaitu : membeli tunai, membuat/ membangun sendiri, dan mengadakan kontrak kerja dengan pihak lain (tender). Ketiga cara diatas dipilih sesuai pertimbangan kemampuan sumber daya perusahaan, serta sifat, jenis dan mutu yang dibutuhkan. Ketiga cara tersebut diuraikan tersebut sebagai berikut :


(60)

Pembelian aktiva tetap secara tunai dilakukan jika perusahaan tidak memiliki kapasitas untuk membuat sendiri. Perusahaan mempertimbangkan akan lebih efisien jika aktiva tersebut dibeli secara tunai daripada dengan cara lain. Pembelian disini adalah dengan cara memberikan tender kepada tiga calon pemasok (pemasok lokal, nasional, maupun asing). Harga perolehan aktiva tetap ini adalah harga yang disepakati oleh perusahaan dengan pemasok yang telah ditetapkan (yang dipilih dari berapa calon pemasok yang ikut tender). Semua pembelian harus mendapatkan persetujuan dari dewan Direksi seperti yang tercantum dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP). Prosedur pembelian aktiva tetap dibedakan menjadi pembelian lokal dan impor. Perbedaaan kedua jenis pembelian tersebut terdapat pada dokumen yang digunakan, sedangkan prosedur pembeliannya sebenarnya mencerminkan pengendalian intern yang tidak berbeda.

2. Kontrak kerja dengan pihak lain

Aktiva tetap ini dilaksanakan dengan cara pemberian tender kepada kontraktor yang menawarkan jasa pengadaan atau pembangunan aktiva tetap perusahaan. Apabila telah diperoleh kesepakatan antara perusahaan dengan kontraktor maka perusahaan memberi kepercayaan kepada kontraktor untuk membangun aktiva tetap tersebut, dimana perusahaan membayarkan uang sebagai imbalan atas jasa yang diberikan oleh kontraktor sesuai dengan kesepakatan kontrak kerja. Contoh aktiva tetap PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang diperoleh dengan cara ini adalah rumah sakit, Poliklinik,


(61)

bangunan kantor, perumahan, jalan dan jembatan. Contoh PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) mengadakan perjanjian kontrak kerja untuk pemasangan 1 unit tower antena pesawat ratel sebagai fasilitas pendukung dikantor Direksi (Kandir) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Melalui surat persetujuan penawaran harga yang diberi nomor III.BD/X/1549/2001, pihak Direksi perusahaan menyetujui harga sebesar Rp. 12.889.250; sebagai tanggapan atas surat penawaran harga yang diajukan kontraktor, CV. Mita Comm sebesar Rp. 16.670.500; jangka waktu pelaksanaan adalah 15 (lima belas) hari. Tanggal 23 november 2001 Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan menerbitkan surat perintah kerja kepada CV. Mita Comm sebagai pelaksana.. Biaya pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat ditagih CV. Mita Comm kepada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan setelah hasil pekerjaan diserahkan dalam keadaan baik dan didukung oleh berita acara penyerahan pekerjaan. Tanggal 10 desember 2001 menyerahkan hasil pekerjaan tersebut dalam keadaan baik disertai berita acara serah terima penyelesaian dan penyerahan pekerjaan sebagai bukti. Pembayaran kepada CV. Mita Comm oleh PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dilakukan secara tunai, bukti pengeluaran kas No: KA324/1-021.

3. Membuat/ membangun sendiri

Perusahaan membuat sendiri aktiva tetap tersebut dalam rangka memberdayakan sumber daya yang ada, diharapkan mutu yang lebih terjamin dan alasan efisiensi. Dengan cara ini, persusahaan dapat juga membuka


(62)

lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar perusahaan. Contoh aktiva tetap yang dibuat sendiri oleh perusahaan adalah tanaman belum menghasilkan (TBM), yang terdiri dari TBM Karet, TBM Kelapa sawit, TBM Kakao dan tanaman menghasilkan (TM) terdiri dari TM karet, TM kelapa sawit, dan TM kakao. Proses pengadaan tanaman menghasilkan terbagi beberapa tahap, mulai dari pembibitan, penyiapan lahan, penanaman bibit, dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan sampai tahap tanaman menghasilkan.

Pada pembibitan tanaman masih berusia 6-12 bulan, dan ditempatkan di instalansi pembibitan. Setelah pembibitan selesai, selanjutnya dipersiapkan lahan untuk ditanami. Kegiatan-kegiatan dalam tahap ini contohnya pembuatan areal penanaman, pembuatan jembatan, saluran air, pembersihan lahan, pengolahan lahan, dan pemupukan.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan membagi pengeluaran aktiva tetap menjadi dua yaitu pengeluaran yang bersifat rutin dan tidak rutin. Pengeluaran-pengeluaran rutin untuk merawat tanaman dan memperbaiki aktiva tetap dan diperlakukan sebagai pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Contoh pengeluaran rutin untuk merawat tanaman adalah menyiangi, merumput pemberantasan hama penyakit dan menyiram. Pemupukan dilakukan guna menentukan zat apa yang paling dibutuhkan tanaman untuk mendapatkan hasil bibit unggul. Pengeluaran-pengeluaran rutin lainnya adalah pemeliharaan jalan, jembatan, saluran air, perbaikan alat pertanian, pemeliharaan bangunan kantor, dan perumahan di lokasi areal pembibitan.


(63)

Contoh jurnal pencatatannya adalah :

Beban perbaikan –alat pertanian xxx

Kas/ Hutang xxx

Biaya tidak rutin nilainya relatif material dan berkaitan dengan penambahan masa manfaat aktiva serta diperlakukan sebagai pengeluaran modal (capital expenditure). Dalam praktek di perusahaan, sering terjadi pengeluaran tidak rutin yang tidak di anggarkan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP). Untuk pengeluaran tersebut, manajemen perusahaan mengambil kebijakan yang didasari oleh:

- Perkiraan laba tahun berjalan

- Besarnya (materialitas) pengeluaran tersebut

5. Penyusutan Aktiva Tetap PT. Perkebunan Nusantara III

Seluruh aktiva tetap milik PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan disusutkan kecuali tanah dan TBM atau tanaman belum menghasilkan. TBM ini belum wajar disusutkan karena pinjaman keluar negeri pun belum diangsur atau diberikan gross profit atau masa tenggang, dan setelah menghasilkan baru mulai diangsur dan pada saat itulah mulai disusutkan.

Berhubungan dengan biaya penyusutan aktiva tetap, kebijakan akuntansi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan sebagai berikut :

a. Penyusutan dihitung atas aktiva tetap yang ada pada akhir pembukuan. Dalam tahun buku berjalan minimal 9 (sembilan) bulan kalender. Untuk


(64)

tanaman karet, kelapa dan kakao mulai disusutkan sejak tanaman tersebut telah menghasilkan.

b. Aktiva tetap tanaman dan non tanaman yang dinilai disusutkan berdasarkan sisa umur manfaat aktiva yang bersangkutan dengan metode garis lurus. Persentase penyusutan aktiva tetap ditetapkan perkiraan umur ekonomis masing-masing jenis aktiva, untuk lebih jelasnya kita lihat tabel 4.2 dibawah ini :

Tabel 4.2

Masa Manfaat dan Persentase Penyusutan Aktiva Tetap Jenis Aktiva Tetap

Tanaman Menghasilkan - Karet

- Kelapa sawit - Kakao

Bangunan Rumah :

% Penyusutan 5,00 4,00 5,00 5,00 10,00

5,00 10,00

Masa Manfaat (Tahun)

20,00 25,00 20,00 20,00 10,00 20,00 10,00


(65)

- Permanen - Semi permanen Bangunan Perusahaan : - Permanen

- Semi permanen

Mesin-mesin dan Instalasi : - Mesin pabrik

- Mesin non pabrik, tangki timbun Jalan, jembatan dan saluran air : - Jalan

- Jembatan permanen Alat Pengangkutan :

- Jeep, mini bus, dan sejenisnya - Truck, trailer, forklit

Alat pertanian dan Inventaris Kecil : - Tenaga electric, komputer

- Non electric

5,00 10,00 6,67 6,67 20,00 20,00 20,00 10,00 20,00 10,00 15,00 15,00 5,00 5,00 5,00 10,00

Aktiva yang telah habis umurnya tetapi belum dihapuskan dari laporan diberi nilai sebesar Rp. 1,00. Dengan demikian, aktiva tersebut selalu tercantum dalam neraca perusahaan. Aktiva tidak berwujud, perusahaan juga melaksanakan amortisasi dengan metode garis lurus. Lihat tabel dibawah ini :

Tabel 4.3


(66)

Uraian % Setahun Masa Manfaat

HGU 5 20

HGB 6,67 15

Beban Penelitian dan pengembangan 6,67 15

Beban Sertifikasi ISO 9000 20 5

Beban Sertifikasi ISO 14000 20 5

Beban Sertifikasi ISO Guide 2500 20 5

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III

6. Penyajian Aktiva Tetap di Neraca Perusahaan

Sebelum penulis paparkan penyajian aktiva tetap di neraca PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ini, ada baiknya penulis jelaskan terlebih dahulu contoh aktiva yang ada pada neraca terbagi lima yaitu sebagai berikut :

a. Aktiva lancar (tidak disusutkan) - Kas

- Piutang - Persediaan - Dan lain-lain

b. Tanah (tidak disusutkan) - Gedung (disusutkan)

- TBM (tanaman belum menghasilkan/ belum disusutkan) - TM (disusutkan


(67)

- Tanah lokasi tambang (deplasi) c. Investasi (tidak disusutkan)

Pembelian surat berharga perusahaan lain d. Intangible Assets (diamortisasi)

- Patent net - Copy right net - Trade mark net - Dan lain-lain e. Aktiva lain-lain

- Harta status perkara - Aktiva full depreciated

Ini artinya aktiva tetap tersebut dikelompokkan dalam satu kelompok dan disusutkan yang seharusnya disusutkan dan tidak disusutkan untuk aktiva tersebut seperti tanah dan TBM. Dengan demikian aktiva tersebut akan kelihatan historical costnya, total akumulasinya dan book valuenya atau nilai bukunya. Book value atau nilai bukunya sama dengan penyajian piutang. Akan tetapi lain dengan intangible assets atau aktiva tidak berwujud bahwa didalam neraca hanya kelihatan netnya saja. Sedangkan amortisasinya tidak kelihatan. Jika penulis perhatikan pada lampiran ada empat tahun neraca PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan bahwa: aktiva tetap yang ada pada lampiran terbagi menjadi TBM dan TM lalu dipecah lagi:

1. Kelapa sawit 2. Karet


(68)

3. Kakao 4. Kayu jati

TBM tidak disusutkan, TM disusutkan, bangunan rumah, bangunan kantor disusutkan. Mesin dan perlengkapan pabrik disusutkan, jalan jembatan dan saluran air disusutkan, alat pengangkutan disusutkan dan alat-alat pertanian, inventaris kantor disusutkan sehingga kelihatan aktiva netnya tersebut (lihat lampiran)

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Aktiva Tetap

Manajemen PT. Perkebunan Nusantara III dalam kebijakan akuntansinya tidak menjelaskan secara rinci pengerti defenisi aktiva tetap. Penggolongan aktiva tetap PT. Perkebunan Nusantara III dilakukan berdasarkan pada ketentuan-ketentuan berikut ini :

1. Nilai perolehannya relatif besar, yaitu Rp. 2.500.000,00 keatas. 2. Digunakan dalam operasi normal dan tidak dijual.

3. Masa manfaatnya lebih dari satu tahun atau periode akuntansi.

Adanya pembatasan nilai perolehan aktiva tetap (harus melebihi Rp. 2.500.000,00) tidak termasuk dalam kriteria aktiva tetap manurut standar akuntansi keuangan tetapi dalam kebijakan akuntansi aktiva tetap perusahaan, ketentuan tersebut lebih diutamakan, karena berkaitan dengan pertimbangan materialitas. Aktiva perusahaan yang memenuhi ketiga kriteria diatas digolongkan berdasarkan jenisnya sebagai berikut:


(69)

1. Tanah secara menyeluruh

2. Tanaman belum menghasilkan (TBM) 3. Tanaman menghasilkan (TM)

4. Bangunan secara meneyeluruh 5. Mesin dan instalasi

6. Jalan, jembatan dan saluran air 7. Alat pengangkutan

8. Alat-alat pertanian dan inventaris keci 9. Dan lain-lain

PT. Perkebunan Nusantara III juga membuat penggolongan aktiva tetap sesuai lokasinya yaitu :

1. Aktiva tetap kantor pusat 2. Aktiva tetap unit-unit kebun

3. Aktiva tetap kantor-kantor perwakilan

Penggolongan aktiva tetap yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara III telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Sedangkan untuk memperoleh aktiva tetapnya, PT. Perkebunan Nusantara III melaksanakan tiga cara cara yaitu:

1. Pembelian secara tunai 2. Membuat sendiri

3. Kontrak kerja dengan pihak tertentu

Aktiva tetap dengan membeli tunai dilakukan dengan cara memberikan tender kepada calon pemasok, baik dari pemasok lokal, pemasok nasional, maupun pemasok asing. Pembelian tunai ini dibedakan dengan pembelian lokal dan cara


(70)

import. Prosedur yang dilaksanakan pada kedua jenis pembelian ini mencerminkan internal control yang sama. Perolehan aktiva tetap dengan cara membuat sendiri dilakukan untuk pengadaan tanaman. Dengan cara tahapan-tahapan yang dilakukan adalah penyiapan bibit lahan, penanaman bibit, dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan. Kontrak kerja dengan pihak lain dilakukan dengan cara pemberian tender kepada kontraktor yang menawarkan jasa pengadaan. Cara ketiga dipergunakan untuk membuat bangunan perusahaan dan bangunan rumah. Harga perolehan yang dicatat pada ketiga cara tetap diatas telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Harga perolehan mencakup semua biaya yang dikeluarkan hingga aktiva tersebut siap untuk dipergunakan.

Aktiva tetap PT. Perkebunan Nusantara III (persero) Medan diakui berdasarkan harga perolehan, sesuai dengan konsep pengakuan aktiva tetap dalam standar akuntansi keuangan. Komponen yang termasuk harga perolehan adalah biaya-biaya yang terjadi dalam proses perolehan aktiva sampai siap untuk dipergunakan. Pengukuran nilai aktiva tetap bersifat kuantitatif, yang berarti menghitung total biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut. Pada perusahaan penetapan jumlah moneter kuantitatif dilakukan secara kelompok untuk aktiva tanaman, dan tidak dalam bentuk kelompok untuk aktiva non tanaman, menurut penulis biaya dalam rangka penyelenggaraan tender untuk pengadaan aktiva tetap tidak selayaknya dikapitalisasikan ke dalam nilai aktiva tetap bersangkutan. Alasan penulis menyatakan demikian adalah karena setiap proses tender yang dilakukan belum tentu berhasil memfasilitasikan perolehan


(1)

aktiva non tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor penggunaan dan kerusakan fisik, serta keusangan, karena sifat pemakaiannya yang bergantung pada teknologi, dan umur.

Pendapatan yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit dan kakao pada tahun-tahun awal umumnya naik sampai pertengahan umur produktifnya, lalu akan berangsur-angsur turun kecuali karet yang terbalik. Metode garis lurus yang ditetapkan pada tanaman kelapa sawit dan kakao akan menyebabkan biaya penyusutan yang sama setiap tahunnya, baik pada saat pendapatan tinggi maupun pada saat pendapatan menurun. Menurut penulis, penerapan metode ini tidak sesuai dengan pengertian rasional, dimana metode penyusutan yang dipilih seharusnya terkait dengan manfaat yang diharapkan, yaitu adanya penandingan nilai-nilai masukan dengan pendapatan yang diharapkan, sedangkan karet semakin tua semakin banyak produksinya.

Sebagian dari aktiva tetap non tanaman yaitu bangunan rumah, bangunan perusahaan, jalan, jembatan dan saluran air serta alat-alat pertanian dan inventaris, masa manfaatnya dipengaruhi oleh waktu dengan demikian, maka masa manfaat di aktiva tersebut akan dianggap habis. walaupun aktiva tersebut mungkin tidak pernah digunakan. Manfaat yang diberikan oleh aktiva jenis ini relatif konstan, demikian juga biaya perawatan dan perbaikannya. Sifat aktita tetap ini hanya sebagai penunjang proses produksi, sehingga faktor keusangan tidak begitu diperhatikan. Menurut penulis, penerapan metode penyusutan garis lurus untuk aktiva tetap jenis ini telah dapat menggambarkan realitas yang sebenarnya. Untuk jenis aktiva tidak berwujud, penerapan metode garis lurus telah sesuai dengan


(2)

Standar Akuntansi Keuangan. Demikian juga dengan ketentuan perpajakan yang mengajurkan penerapan metode garis lurus untuk amortisasi aktiva tidak berwujud, Cuma saja bedanya bahwa aktiva tetap berwujud memiliki nilai sisa, sedangkan nilai sisa aktiva tidak berwujud adalah nol.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis pada bab sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut.

A. Kesimpulan

Kebijakan akuntansi aktiva tetap yang diterapkan oleh PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ini telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, misalnya :

1. Penggolongan aktiva tetap dimulai dari tanah, TBM TM, bangunan, mesin, pabrik, sedangkan TBM dan TM terbagi menjadi kebun karet, kebun kakao, kebun kelapa sawit, pohon jati, jembatan, jalan, saluran air, dan lain-lain diikuti dengan penyusutan.

2. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) mencatat nilai aktiva tetap tersebut berdasarkan harga beli jika dibeli, sebesar total pengeluaran, jika dibangun senilai dan sebesar nilai perolehan, jika dikontrakan.

3. Pengeluaran yang terjadi pada aktiva tetap yaitu revenue expenditure dan capital expenditure.

4. Aktiva yang full depreciated jika tidak diperbaiki maka dijual dan jika tidak bisa dijual maka dihapuskan dari pembukuan.


(4)

5. Penyusutan aktiva tetap milik PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) berdasarkan metode garis lurus, hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

6. Perjanjian aktiva tetap di Neraca perusahaan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu kelihatan nilai perolehan (historical cost) dikurangi akumulasi penyusutan

B. Saran

1. Penetapan harga aktiva tetap tersebut seharga Rp. 2500.000,00 lebih baik dikelompokkan dan penyusutannya pun dikelompokkan. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu Group Composite.

2. Metode penyusutan sebaiknya tidak semua sebagai metode garis lurus misalnya, untuk kelapa sawit lebih tepat sebagai metode produksi juga untuk karet, kakao, dan kayu jati tanpa nilai sisa.

3. Penerapan revnue expenditure dan capital expenditure pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sangat diperlukan karena bengkel perbaikan cukup lengkap.

4. Untuk aktiva tertentu PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) lebih baik menyewa daripada membeli misalnya, komputer, transportasi, (angkutan buah).

5. Karena produk menaik sampai umur tanaman tertentu dan menurun setelah umur tertentu, maka metode tanaman menghasilkan seperti kakao dan kelapa sawit lebih tepat metode bilangan tahun.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2004. Intermediate Accounting, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, BPFE-UGM, Yogyakarta

Carl S. Warren, James M. Reeve. dan Philip, 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, Medan

Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metodologi penelitian dan Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen (Edisi Pertama), USU Press, Medan

Fakhri, Muhammad, 2004. Perpajakan, Edisi Kedua, UPP-AMP, YKPN, Yogyakarta

Harahap, Sofyan Safri 2002. Akuntansi Aktiva Tetap, Akuntansi Pajak, Revaluasi, Leasing, PT, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Hongren, Horrison, Robinson, dan Secokusomo 2001. Akuntansi Aktiva Tetap dan Penyusutan, Erlangga, Jakarta

Grady, Paul 2000. Teori Akuntansi, Edisi kedua, Erlangga, Jakarta

Gunadi, 2004. Restrukturisasi Perusahaan dalam berbagai bentuk dan pemajakannya, Edisi Pertama, Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia 2006. Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat, Jakarta


(6)

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi USU, 2006. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan Penulisan Skripsi, Medan

Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, dan Terry R. Warfield. 2002..Intermediate Accounting, John Wiley and Sons Inc, USA

Mulyadi, 2002. Auditing, Cetakan Pertama, Salemba Empat Cetakan 13 Liberty, Yogyakarta

Niswonger, C. Rollin dan Philip E. Fess, 2005. Accounting Principles, terjemahan Soemarsono S.R., Dasar-dasar Akuntansi, Jilid satu, Edisi Revisi, Cetakan Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta

Skousen, K.Fred, Stice, dan Earl K, James D 2003. Akuntansi Keuangan Menengah, jilid I, Edisi Kesepuluh, terjemahan PT. Dian Mas Cemerlang, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Soemarso S. R, 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Buku 2, Edisi kelima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Tuanakotta, Theodorus M., 2006. Teori Akuntansi, Buku Dua, LPFE-UI, Jakarta

Waluyo, 2006. Perpajakan Indonesia, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta