3. Kakao
4. Kayu jati
TBM tidak disusutkan, TM disusutkan, bangunan rumah, bangunan kantor disusutkan. Mesin dan perlengkapan pabrik disusutkan, jalan jembatan dan
saluran air disusutkan, alat pengangkutan disusutkan dan alat-alat pertanian, inventaris kantor disusutkan sehingga kelihatan aktiva netnya tersebut lihat
lampiran
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Aktiva Tetap
Manajemen PT. Perkebunan Nusantara III dalam kebijakan akuntansinya tidak menjelaskan secara rinci pengerti defenisi aktiva tetap. Penggolongan aktiva
tetap PT. Perkebunan Nusantara III dilakukan berdasarkan pada ketentuan- ketentuan berikut ini :
1. Nilai perolehannya relatif besar, yaitu Rp. 2.500.000,00 keatas.
2. Digunakan dalam operasi normal dan tidak dijual.
3. Masa manfaatnya lebih dari satu tahun atau periode akuntansi.
Adanya pembatasan nilai perolehan aktiva tetap harus melebihi Rp. 2.500.000,00 tidak termasuk dalam kriteria aktiva tetap manurut standar
akuntansi keuangan tetapi dalam kebijakan akuntansi aktiva tetap perusahaan, ketentuan tersebut lebih diutamakan, karena berkaitan dengan pertimbangan
materialitas. Aktiva perusahaan yang memenuhi ketiga kriteria diatas digolongkan berdasarkan jenisnya sebagai berikut:
1. Tanah secara menyeluruh
2. Tanaman belum menghasilkan TBM
3. Tanaman menghasilkan TM
4. Bangunan secara meneyeluruh
5. Mesin dan instalasi
6. Jalan, jembatan dan saluran air
7. Alat pengangkutan
8. Alat-alat pertanian dan inventaris keci
9. Dan lain-lain
PT. Perkebunan Nusantara III juga membuat penggolongan aktiva tetap sesuai lokasinya yaitu :
1. Aktiva tetap kantor pusat
2. Aktiva tetap unit-unit kebun
3. Aktiva tetap kantor-kantor perwakilan
Penggolongan aktiva tetap yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara III telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Sedangkan untuk memperoleh
aktiva tetapnya, PT. Perkebunan Nusantara III melaksanakan tiga cara cara yaitu: 1.
Pembelian secara tunai 2.
Membuat sendiri 3.
Kontrak kerja dengan pihak tertentu Aktiva tetap dengan membeli tunai dilakukan dengan cara memberikan tender
kepada calon pemasok, baik dari pemasok lokal, pemasok nasional, maupun pemasok asing. Pembelian tunai ini dibedakan dengan pembelian lokal dan cara
import. Prosedur yang dilaksanakan pada kedua jenis pembelian ini mencerminkan internal control yang sama. Perolehan aktiva tetap dengan cara
membuat sendiri dilakukan untuk pengadaan tanaman. Dengan cara tahapan- tahapan yang dilakukan adalah penyiapan bibit lahan, penanaman bibit, dan
pemeliharaan tanaman belum menghasilkan. Kontrak kerja dengan pihak lain dilakukan dengan cara pemberian tender kepada kontraktor yang menawarkan jasa
pengadaan. Cara ketiga dipergunakan untuk membuat bangunan perusahaan dan bangunan rumah. Harga perolehan yang dicatat pada ketiga cara tetap diatas telah
sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Harga perolehan mencakup semua biaya yang dikeluarkan hingga aktiva tersebut siap untuk dipergunakan.
Aktiva tetap PT. Perkebunan Nusantara III persero Medan diakui berdasarkan harga perolehan, sesuai dengan konsep pengakuan aktiva tetap dalam
standar akuntansi keuangan. Komponen yang termasuk harga perolehan adalah biaya-biaya yang terjadi dalam proses perolehan aktiva sampai siap untuk
dipergunakan. Pengukuran nilai aktiva tetap bersifat kuantitatif, yang berarti menghitung total biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut.
Pada perusahaan penetapan jumlah moneter kuantitatif dilakukan secara kelompok untuk aktiva tanaman, dan tidak dalam bentuk kelompok untuk aktiva
non tanaman, menurut penulis biaya dalam rangka penyelenggaraan tender untuk pengadaan aktiva tetap tidak selayaknya dikapitalisasikan ke dalam nilai aktiva
tetap bersangkutan. Alasan penulis menyatakan demikian adalah karena setiap proses tender yang dilakukan belum tentu berhasil memfasilitasikan perolehan
aktiva tetap tersebut. Masuknya biaya tender kedalam aktiva tetap akan mengakibatkan penilaian yang terlalu tinggi atas aktiva tetap tersebut.
Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan selama masa penggunaan aktiva tetap terbagi atas pengeluaran rutin dan pengeluran tidak rutin. Dengan mengacu
pada pembagian pengeluaran menurut akuntan, maka pengeluaran-pengeluaran yang bersifat rutin ini disebut pengeluaran pendapatan revenue expenditure.
Pengeluaran tidak rutin nilainya relatif material dan dilakukan untuk menambah masa manfaat aktiva tetap diperlakukan sebagai pengeluaran modal capital
expenditure. Karena aktiva tetap perusahaan terdiri dari tanaman dan non tanaman maka pengeluaran rutin yang dilakukan atas kedua jenis aktiva tersebut
juga tidak sama. Beban merawat dan mempertahankan produkivitas tanaman dikeluarkan untuk
tanaman menghasilkan, dan terdiri dari biaya menyiangi, merumput, dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman, serta pemupukan. Pengeluaran-
pengeluran yang tidak rutin yang dilakukan untuk perbaikan aktiva tetap non tanaman yang menambah masa ekonomisnya, akan dikapitalisasikan. Praktek ini
telah sesuai dengan definisi ikatan akuntan indonesia untuk pengeluaran modal yang menyatakan bahwa pengeluaran setelah perolehan suatu aktiva tetap yang
memperpanjang masa manfaat kemudian memberi manfaat perekonomian di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi atau
peningkatan standar kinerja harus ditambahkan pada jumlah yang tercatat pada aktiva tetap.
Dalam prakteknya terdapat pula pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif material, serta tidak dianggarkan dalam RKAP yang dilakukan apabila
terdapat aktiva rusak secara mendadak. Terhadap pengeluaran ini praktek akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan adalah mengkapitalisasikannya pada
aktiva yang bersangkutan apabila menambah masa manfaat. Atau
memperlakukannya sebagai beban yang ditangguhkan apabila tidak menambah masa manfaatnya dan diamortisasi selama beberapa periode akuntansi, karena
akan berpengaruh pada laba jika dibebankan seluruhnya pada tahun berjalan.
2. Penyusutan Aktiva Tetap