Perhitungan dengan Metode Elemen Hingga

160

4.5. Perhitungan dengan Metode Elemen Hingga

Pada pemodelan ini, model tanah yang digunakan adalah model Mohr – Coulomb dengan analisis axisymmetric, yaitu kondisi awal digambarkan seperempat namun sudah mewakili sisi yang lain karena dianggap simetris. Pada model ini diasumsikan perilaku tanah bersifat plastis sempurna. Dalam perhitungan Metode Elemen Hingga, model Mohr – Coulomb merupakan pemodelan umum dalam penyelidikan tanah dimana model ini membutuhkan parameter seperti Modulus Young, E stiffness modulus, Poisson’s ratio υ, sudut geser dalam ø, kohesi c, sudut dilantansi Ψ, dan berat isi tanah γ. Dalam Metode Elemen Hingga ini daya dukung yang akan dihitung adalah daya dukung aksial pondasi tiang pancang. Parameter tanah dari hasil uji SPT dan laboratorium ini diambil dari penyelidikan tanah yang dilaksanakan oleh CHEC - CSCEC - HK – JO. Karena keterbatasan data, maka sebagian parameter tanah pada lapisan tertentu diasumsikan berdasarkan buku referensi teori mekanika tanah dan studi parameter tanah dengan menggunakan program All-Pile. 4.5.1. Data-Data Masukan a. Data tiang pancang Sebelum melakukan pemodelan pondasi tiang pancang, terlebih dahulu harus diketahui data-data teknis tiang yang berhubungan dengan data yang dibutuhkan dalam perhitungan daya dukung pondasi tersebut baik manual maupun dengan Metode Elemen Hingga. Universitas Sumatera Utara 161 Tabel 4.3. Data Tiang Pancang No Keterangan Nilai 1 Lokasi Bore Hole 2 2 Jenis Pondasi Tiang Pondasi tiang pancang 3 Diameter Tiang m 0,6 4 Panjang Tiang m 21 5 Luas Penampang m 2 0,2826 6 Modulus Elastisitas E kNm 2 36.406.043,45 7 Momen Inersia I m 4 0,0063585 8 EA kNm 10.288.347,75 9 EI kNm 2 m 231.487,824 10 Angka Poisson μ 0,12 b. Deskripsi dan parameter tanah setiap lapisan Berhubung karena data-data tanah yang dibutuhkan pada perhitungan Metode Elemen Hingga tidak semuanya terdapat pada hasil penyelidikan tanah yang telah tersedia, maka dilakukan studi parameter tanah dengan menggunakan program All-Pile serta koreksi-koreksi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berikut disajikan tabel yang akan mempermudah proses pemodelan tanah dalam Metode Elemen Hingga. Universitas Sumatera Utara 162 Tabel 4.4. Input Parameter Tanah untuk Metode Elemen Hingga Kedalama n m No Lap Jenis tanah dan Konsistensi tanah Tebal lap m MAT m ฀sat kNm 3 ฀ uns et kN m 3 kx mday ky mday Es kNm 2 μ C kNm 2 ø Ψ 2 1 Sand some Clay N=2 2 1,5 15,6 5,79 0,864 0,864 1200 0,2 0,008 22 0,1 Very Loose 8,3 2 Sandy Silty Clay N=2 6,3 - 19,5 9,69 0,000864 0,000864 1800 0,2 39,5 0,1 0,1 Very Soft to Soft 15,5 3 Coarse Sand N=7 7,2 - 19,5 9,69 8,64 8,64 8400 0,2 5 0,008 22 0,1 Loose to Medium Dense 18,6 4 Silty Medium Sand N=35 3,1 - 20,5 10,69 0,864 0,864 14000 0,3 0,008 38 8 Dense 26,5 5 Silty Sand Mixed Tuff N=51 7,9 - 21,5 11,69 0,864 0,864 20800 0,3 0,008 48 18 Very Dense Universitas Sumatera Utara 163 4.5.2. Proses Masukan Data Proses pemasukan data dilakukan dengan proses sebagai berikut : 1. Langkah pertama dalam setiap analisis yaitu atur parameter dasar dari model elemen hingga di jendela pengaturan global. Gambar 4.7. Lembar Tab Proyek dari Jendela Pengaturan Global 2. Untuk menghitung struktur tanah maka digambar terlebih dahulu pemodelan tanahnya menggunakan garis geometri , diambil dengan lebar sebesar 20D D = diameter tiang dan kedalaman 30 m kedalaman bore hole-2 yang terdiri dari beberapa layer dengan ketebalan tertentu. 3. Setelah selesai memodelkan struktur tanah, kemudian gambarkan dinding diafragma sebagai tiang dengan cara menggunakan tombol pelat . Kemudian gunakan tombol antarmuka interface yang diindikasikan sebagai garis teputus-putus sepanjang garis geometri untuk memisahkan kekakuan lebih dari satu elemen, yaitu kekakuan antara tanah dan tiang. Pemodelan Axisymmetry Universitas Sumatera Utara 164 4. Setelah itu gambarkan beban permukaan, yaitu sistem beban A-beban terpusat dengan menggunakan , kemudian input nilai bebannya dengan mengklik ujung beban. 5. Untuk membentuk kondisi batas, klik tombol jepit standar standard fixities , maka akan terbentuk jepit penuh pada bagian dasar dan jepit rol pada sisi-sisi vetikal. 6. Kemudian masukkan data material dengan menggunakan tombol material set . Untuk data tanah, pilih soil interface pada set type, sedangkan data tiang pilih plates pada set type. Setelah itu seret data-data yang telah diinput ke dalam pemodelan geometri awal, seperti gambar berikut. Gambar 4.8. Pemodelan Bore hole 2 Setelah Pendefinisian Material 7. Kemudian klik Generate mesh untuk membagi-bagi elemen menjadi beberapa bagian yang beraturan sehingga mempermudah dalam perhitungan , diupdate, klik initial condition, kondisi awal setelah terbentuknya jaring-jaring elemen generated mesh menandakan model elemen pada beberapa kondisi yaitu kondisi awal Universitas Sumatera Utara 165 untuk tekanan air yang didapat dengan memodelkan muka air tanah, dan kondisi tegangan efektif awal. Setelah klik initial condition maka muncul kotak dialog water weight, masukkan berat air, setelah itu atur letak muka air tanah berada pada kedalaman berapa, kemudian klik generate water pressures dan pilih phreatic level dan ok kemudian diupdate. Setelah itu klik geometry configurasi, aktifkan tiang dengan cara mengklik tiang dan klik generate initial stresses dan ok kemudian diupdate, akhirnya calculate yes, dan akan muncul kotak dialog perhitungan. Gambar 4.9. Generate Mesh Universitas Sumatera Utara 166 Gambar 4.10. Kondisi Active Pore Pressure Gambar 4.11. Kondisi Effective Stresses 8. Dalam window calculation terdapat beberapa phase yang akan dikerjakan dari awal hingga akhir pemodelan sehingga diperoleh nilai ΣMSF, adapun tahapannya adalah sebagai berikut : a. Phase 1 : Penentuan initial phase sebagai kondisi tanah awal. Pendefinisian beban dilakukan pada phase 1, dimana parameter Universitas Sumatera Utara 167 dari phase 1 ini adalah staged construction, yang memodelkan sebuah konstruksi. b. Phase 2 : merupakan phic reduction, yang mensimulasikan kondisi dimana berkurangnya nilai Phi sebelum konsolidasi sehingga didapatkan faktor keamanan F s . c. Phase 3 : consolidation, yaitu proses konsolidasi dengan parameter minimum pore pressure. d. Phase 4 : phic reduction setelah proses konsolidasi. Keempat phase tersebut dapat dilihat seperti berikut. Gambar 4.12. Phase-Phase perhitungan Sebelum melakukan perhitungan, terlebih dahulu lakukan pemilihan titik node sebagai titik yang ditinjau, titik node A yang terletak di ujung atas tiang dan diupdate. Kemudian pada phase 1 dilakukan pendefinisian beban. Dengan cara klik parameters, define, dan aktifkan beban dengan cara klik ujung beban dan update. Beban yang dimaksud adalah beban ijin rencana yaitu sebesar 500 kN. Universitas Sumatera Utara 168 Gambar 4.13. Proses Pendefinisian Beban Rencana Point Load Kemudian proses calculation dapat dilakukan seperti pada Gambar 4.14. a b Gambar 4.14. Proses Perhitungan a Perhitungan Phase 2, b Perhitungan Phase 4 Universitas Sumatera Utara 169 Gambar 4.15. Nilai Phic Reduction pada Phase 2 Sebelum Konsolidasi Diperoleh nilai Σ Msf phase 2 sebelum konsolidasi sebesar 6,4090 Gambar 4.15. Maka nilai Q u adalah : Q u = Σ Msf x 500 kN = 6,4090 x 500 kN = 3204,5 kN = 320,45 Ton Gambar 4.16. Nilai Phic Reduction pada Phase 4 Setelah Konsolidasi Nilai Σ Msf phase 4 setelah konsolidasi sebesar 6,4166 Gambar 4.16. Maka nilai Q u adalah : Q u = Σ Msf x 500 kN = 6,4166 x 500 kN = 3208,3 kN = 320,83 Ton Nilai phic reduction Nilai phic reduction Universitas Sumatera Utara 170

4.6. Menghitung Penurunan Elastis Pada Metode Elemen Hingga

Dokumen yang terkait

Perbandingan Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal Diameter 0,6 Meter Berdasarkan Perhitungan Analitis dan Metode Elemen Hingga (Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan – Kualanamu)

3 114 155

Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang pada Proyek Pembangunan Jembatan Sei Babalan-Langkat.

14 136 91

Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Diameter 0,6 Meter dengan Menggunakan Metode Analitis dan Metode Elemen Hingga pada Interchange Binjai dari Proyek Jalan Tol Medan - Binjai

8 77 109

Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Diameter 0,6 Meter dengan Menggunakan Metode Analitis dan Metode Elemen Hingga pada Interchange Binjai dari Proyek Jalan Tol Medan - Binjai

1 1 13

Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Diameter 0,6 Meter dengan Menggunakan Metode Analitis dan Metode Elemen Hingga pada Interchange Binjai dari Proyek Jalan Tol Medan - Binjai

0 0 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perbandingan Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal Diameter 0,6 Meter Berdasarkan Perhitungan Analitis dan Metode Elemen Hingga (Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan – Kualanamu)

0 12 93

PERBANDINGAN DAYA DUKUNG TIANG PANCANG TUNGGAL DIAMETER 0,6 METER BERDASARKAN PERHITUNGAN ANALITIS DAN METODE ELEMEN HINGGA (PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal dengan Panjang Tiang 21 meter dan Diameter 0,6 meter Secara Analitis dan Metode Elemen Hingga (Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan – Kualanamu Lokasi Jembatan Sei Bat

0 1 129

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal dengan Panjang Tiang 21 meter dan Diameter 0,6 meter Secara Analitis dan Metode Elemen Hingga (Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan – Kualanamu Lokasi Jembatan Sei Batu Ging

0 0 10

ANALISIS KAPASITAS DAYA DUKUNG TIANG PANCANG TUNGGAL DENGAN PANJANG TIANG 21 METER DAN DIAMETER 0,6 METER SECARA ANALITIS DAN METODE ELEMEN HINGGA (PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN MEDAN – KUALANAMU LOKASI JEMBATAN SEI BATU GINGGING STA. 41 + 630)

0 0 20