Analisis kelayakan usaha penggemukan sapi potong (fattening) pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PENGGEMUKAN

SAPI POTONG

(FATTENING)

PADA PT ZAGROTECH DAFA INTERNATIONAL (ZDI)

KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

ARIEF RIVAI H34066022

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUTE PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

RINGKASAN

ARIEF RIVAI Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI).

Peningkatan populasi penduduk, perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, arus globalisasi informasi dan perdagangan, serta urbanisasi dan perubahan gaya hidup merupakan pemacu peningkatan terhadap produk peternakan terutama daging sapi. Meningkatnya permintaan pasar terhadap daging sapi maka akan memberikan dampak yang positif yaitu terbukanya peluang pasar. PT Zagrotech Dafa International adalah salah satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang bergerak di bidang agribisnis, hal utama yang melatar belakangi PT Zagrotech Dafa International mendirikan usaha penggemukan sapi potong (fattening) yaitu melihat kondisi pertumbuhan populasi sapi potong yang cenderung statis sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri meningkat setiap tahunnya, keadaan tersebut merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mulai mengembangkan usaha dalam bidang penggemukan sapi potong (fattening).

Tujuan Penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan usaha fattening

sapi potong di PT Zagrotech Dafa International dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan (2) Menganalisis kelayakan aspek finansial usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International, (3) Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International. Penelitian ini dilaksanakan di PT Zagrotech Dafa International yang terletak pada km 12 Jalan Raya Bogor – Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari sampai dengan April 2009. Responden penelitian adalah pihak manajemen (karyawan) PT Zagrotech Dafa International.

Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengkaji aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan pada usaha fattening sapi potong pada PT Zagrotech Dafa International yang dijelaskan secara deskriptif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengkaji kelayakan finansial usaha fattening

sapi potong pada PT Zagrotech Dafa International berdasarkan kriteria kelayakan investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Payback Period (PP) dan analisis sensitivitas

switching value.

Beberapa elemen penting pada aspek pasar yaitu adanya peluang permintaan dan penawaran. Hasil analisis aspek teknis menjelaskan bahwa PT Zagrotech Dafa International telah mempertimbangkan lokasi secara tepat dimana usaha penggemukan tersebut berada dekat dengan konsumen yang dituju, selain itu kelengkapan peralatan dan perlengkapan yang digunakan sangat memadai dan telah mempertimbangkan faktor keamanan dan kenyamanan. Aspek menajemen PT Zagrotech Dafa International memiliki struktur organisasi yang jelas sehingga


(3)

iii memudahkan koordinasi, tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian. Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan usaha penggemukan sapi potong

(fattening) PT Zagrotech Dafa International memberikan dampak yang positif bagi masyarakat sekitar karena pihak manajemen mempekerjakan karyawan yang berasal dari daerah sekitar perusahaan, selain itu PT Zagrotech Dafa International juga memperhatikan keadaan lingkungan sekitar, salah satu upayanya yaitu dengan melakukan proses penanganan limbah secara baik.

Hasil analisis aspek finansial menunjukan bahwa kedua skenario yaitu skenario I (modal sendiri) dan skenario II (modal pinjaman) layak untuk dijalankan karena kedua skenario sudah memenuhi kriteria kelayakan investasi, diantaranya yaitu nilai Net Present Value (NPV) lebih dari nol, nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) lebih dari satu, Internal Rate Return (IRR) lebih dari tingkat diskonto yang digunakan dan Payback Period (PP) berada sebelum masa proyek berakhir. Hasil analisis sensitivitas switching value dengan dua variabel parameter yaitu peningkatan harga bakalan dan penurunan penjualan sapi potong menunjukan bahwa variabel parameter penurunan penjualan sapi potong lebih sensitif. Dari kedua skenario menunjukan bahwa skenario II (modal pinjaman) lebih sensitif (peka) terhadap perubahan – perubahan yang terjadi baik itu perubahan peningkatan harga bakalan sapi ataupun penurunan penjualan sapi potong.


(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PENGGEMUKAN

SAPI POTONG

(FATTENING)

PADA PT ZAGROTECH DAFA INTERNATIONAL (ZDI)

KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

ARIEF RIVAI H34066022

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUTE PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(5)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong

(Fattening) pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

Nama : Arief Rivai

NIM : H34066022

Disetujui, Pembimbing

Ir. Popong Nurhayati, MM NIP. 131 995 654

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Arief Rivai H34066022


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 15 Desember 1982. Penulis adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Totoh Sukarma dan Ibunda Icah Rumsiah.

Penulis menyelesaikan pendididkan dasar di SD Insan Kamil Bogor pada tahun 1995 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SLTPN 2 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Leuwiliang Bogor diselesaikan pada tahun 2001.

Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikannya di Program Diploma III Manajemen Divisi Kamar, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (ENHAII). Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikannya pada Program Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan investasi pengusahaan penggemukan sapi potong (fattening). Sehingga diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi dan saran untuk sektor pertanian khususnya sektor penggemukan sapi potong (fattening).

Namun demikian sangat disadari masih tedapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009 Arief Rivai


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Rahmat Yanuar, SP, MSi. Selaku dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian penulis yang telah meluangkan waktu untuk menyampaikan masukan dan saran.

3. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Arief Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

5. Pihak PT Zagrotech Dafa International atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

6. Teman – teman seperjuangan dan teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 1 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, Mei 2009 Arief Rivai


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Usaha Ternak Sapi Potong ... 8

2.2. Sejarah Sapi Potong ... 9

2.3. Jenis – Jenis Sapi Potong ... 9

2.3.1. Jenis Sapi Lokal ... 10

2.3.2. Jenis Sapi Bukan Lokal ... 10

2.4. Penggemukan Sapi Potong ... 11

2.5. Pemilihan Bakalan ... 12

2.6. Tatalaksana Pemeliharaan ... 13

2.6.1. Perkandangan ... 13

2.6.2. Pakan ... 13

2.7. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan Mengenai Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (fattening) ... 14

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 19

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek ... 19

3.1.2. Aspek Kelayakan Proyek ... 20

3.1.2.1. Aspek Pasar ... 21

3.1.2.2. Aspek Teknis ... 22

3.1.2.3. Aspek Manajemen ... 22

3.1.2.4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan .... 22

3.1.2.5. Aspek Finansial ... 23

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV METODE PENELITIAN ... 32

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 32

4.3. Metode Analisis Data ... 32

4.3.1. Analisis Aspek Pasar ... 32

4.3.2. Analisis Aspek Teknis ... 33

4.3.3. Analisis Aspek Manajemen ... 33

4.3.4. Analisis Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan ... 33

4.3.5. Analisis Aspek Finansial ... 34


(11)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PENGGEMUKAN

SAPI POTONG

(FATTENING)

PADA PT ZAGROTECH DAFA INTERNATIONAL (ZDI)

KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

ARIEF RIVAI H34066022

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUTE PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(12)

RINGKASAN

ARIEF RIVAI Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI).

Peningkatan populasi penduduk, perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, arus globalisasi informasi dan perdagangan, serta urbanisasi dan perubahan gaya hidup merupakan pemacu peningkatan terhadap produk peternakan terutama daging sapi. Meningkatnya permintaan pasar terhadap daging sapi maka akan memberikan dampak yang positif yaitu terbukanya peluang pasar. PT Zagrotech Dafa International adalah salah satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang bergerak di bidang agribisnis, hal utama yang melatar belakangi PT Zagrotech Dafa International mendirikan usaha penggemukan sapi potong (fattening) yaitu melihat kondisi pertumbuhan populasi sapi potong yang cenderung statis sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri meningkat setiap tahunnya, keadaan tersebut merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mulai mengembangkan usaha dalam bidang penggemukan sapi potong (fattening).

Tujuan Penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan usaha fattening

sapi potong di PT Zagrotech Dafa International dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan (2) Menganalisis kelayakan aspek finansial usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International, (3) Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International. Penelitian ini dilaksanakan di PT Zagrotech Dafa International yang terletak pada km 12 Jalan Raya Bogor – Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari sampai dengan April 2009. Responden penelitian adalah pihak manajemen (karyawan) PT Zagrotech Dafa International.

Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengkaji aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan pada usaha fattening sapi potong pada PT Zagrotech Dafa International yang dijelaskan secara deskriptif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengkaji kelayakan finansial usaha fattening

sapi potong pada PT Zagrotech Dafa International berdasarkan kriteria kelayakan investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Payback Period (PP) dan analisis sensitivitas

switching value.

Beberapa elemen penting pada aspek pasar yaitu adanya peluang permintaan dan penawaran. Hasil analisis aspek teknis menjelaskan bahwa PT Zagrotech Dafa International telah mempertimbangkan lokasi secara tepat dimana usaha penggemukan tersebut berada dekat dengan konsumen yang dituju, selain itu kelengkapan peralatan dan perlengkapan yang digunakan sangat memadai dan telah mempertimbangkan faktor keamanan dan kenyamanan. Aspek menajemen PT Zagrotech Dafa International memiliki struktur organisasi yang jelas sehingga


(13)

iii memudahkan koordinasi, tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian. Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan usaha penggemukan sapi potong

(fattening) PT Zagrotech Dafa International memberikan dampak yang positif bagi masyarakat sekitar karena pihak manajemen mempekerjakan karyawan yang berasal dari daerah sekitar perusahaan, selain itu PT Zagrotech Dafa International juga memperhatikan keadaan lingkungan sekitar, salah satu upayanya yaitu dengan melakukan proses penanganan limbah secara baik.

Hasil analisis aspek finansial menunjukan bahwa kedua skenario yaitu skenario I (modal sendiri) dan skenario II (modal pinjaman) layak untuk dijalankan karena kedua skenario sudah memenuhi kriteria kelayakan investasi, diantaranya yaitu nilai Net Present Value (NPV) lebih dari nol, nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) lebih dari satu, Internal Rate Return (IRR) lebih dari tingkat diskonto yang digunakan dan Payback Period (PP) berada sebelum masa proyek berakhir. Hasil analisis sensitivitas switching value dengan dua variabel parameter yaitu peningkatan harga bakalan dan penurunan penjualan sapi potong menunjukan bahwa variabel parameter penurunan penjualan sapi potong lebih sensitif. Dari kedua skenario menunjukan bahwa skenario II (modal pinjaman) lebih sensitif (peka) terhadap perubahan – perubahan yang terjadi baik itu perubahan peningkatan harga bakalan sapi ataupun penurunan penjualan sapi potong.


(14)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PENGGEMUKAN

SAPI POTONG

(FATTENING)

PADA PT ZAGROTECH DAFA INTERNATIONAL (ZDI)

KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

ARIEF RIVAI H34066022

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUTE PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(15)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong

(Fattening) pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

Nama : Arief Rivai

NIM : H34066022

Disetujui, Pembimbing

Ir. Popong Nurhayati, MM NIP. 131 995 654

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082


(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Arief Rivai H34066022


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 15 Desember 1982. Penulis adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Totoh Sukarma dan Ibunda Icah Rumsiah.

Penulis menyelesaikan pendididkan dasar di SD Insan Kamil Bogor pada tahun 1995 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SLTPN 2 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Leuwiliang Bogor diselesaikan pada tahun 2001.

Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikannya di Program Diploma III Manajemen Divisi Kamar, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (ENHAII). Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikannya pada Program Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan investasi pengusahaan penggemukan sapi potong (fattening). Sehingga diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi dan saran untuk sektor pertanian khususnya sektor penggemukan sapi potong (fattening).

Namun demikian sangat disadari masih tedapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009 Arief Rivai


(19)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Rahmat Yanuar, SP, MSi. Selaku dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian penulis yang telah meluangkan waktu untuk menyampaikan masukan dan saran.

3. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Arief Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

5. Pihak PT Zagrotech Dafa International atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

6. Teman – teman seperjuangan dan teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 1 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, Mei 2009 Arief Rivai


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Usaha Ternak Sapi Potong ... 8

2.2. Sejarah Sapi Potong ... 9

2.3. Jenis – Jenis Sapi Potong ... 9

2.3.1. Jenis Sapi Lokal ... 10

2.3.2. Jenis Sapi Bukan Lokal ... 10

2.4. Penggemukan Sapi Potong ... 11

2.5. Pemilihan Bakalan ... 12

2.6. Tatalaksana Pemeliharaan ... 13

2.6.1. Perkandangan ... 13

2.6.2. Pakan ... 13

2.7. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan Mengenai Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (fattening) ... 14

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 19

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek ... 19

3.1.2. Aspek Kelayakan Proyek ... 20

3.1.2.1. Aspek Pasar ... 21

3.1.2.2. Aspek Teknis ... 22

3.1.2.3. Aspek Manajemen ... 22

3.1.2.4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan .... 22

3.1.2.5. Aspek Finansial ... 23

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV METODE PENELITIAN ... 32

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 32

4.3. Metode Analisis Data ... 32

4.3.1. Analisis Aspek Pasar ... 32

4.3.2. Analisis Aspek Teknis ... 33

4.3.3. Analisis Aspek Manajemen ... 33

4.3.4. Analisis Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan ... 33

4.3.5. Analisis Aspek Finansial ... 34


(21)

xi

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 40

5.1. Sejarah Perusahaan ... 40

5.2. Lokasi Perusahaan ... 40

5.3. Tujuan Perusahaan ... 40

5.4. Deskripsi Kegiatan Bisnis PT ZDI ... 40

5.4.1. Unit Usaha Penggemukan Sapi Potong ... 41

5.4.2. Unit Usaha Pakan ... 41

5.4.3. Unit Usaha Pupuk Kandang ... 42

VI ANALISIS KELAYAKAN ASPEK PASAR, ASPEK TEKNIS, ASPEK MANAJEMEN, ASPEK SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN ... 43

6.1. Aspek Pasar ... 43

6.1.1. Potensi Pasar (Market Potential) ... 43

6.1.2. Pangsa Pasar (Market Share) ... 45

6.1.3. Strategi Pemasaran ... 45

6.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar ... 47

6.2. Aspek Teknis ... 47

6.2.1. Lokasi Proyek ... 48

6.2.2. Sarana dan Prasarana Perusahaan ... 48

6.2.3. Proses Produksi ... 51

6.2.3.1. Penggemukan Sapi Potong ... 51

6.2.3.2. Pengolahan Pupuk Kandang ... 59

6.2.4. Hasil Analisis Aspek Teknis ... 59

6.3. Aspek Manajemen ... 59

6.3.1. Manajemen Pembangunan Proyek ... 59

6.3.2. Manajemen Dalam Operasi ... 60

6.3.3. Hasil Analisis Aspek Manajemen ... 71

6.4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan ... 71

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL ... 73

7.1. Arus Kas (Cashflow) ... 73

7.1.1. Arus Penerimaan (Inflow) ... 73

7.1.2. Arus Pengeluaran (Outflow) ... 78

7.2. Analisis Laba Rugi ... 87

7.3. Analisis Kelayakan Finansial PT Zagrotech Dafa International ... 89

7.4. Analisis Sensitivitas Switching Value (Nilai Pengganti) ... 91

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

8.1. Kesimpulan ... 93

8.2. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Neraca Daging Nasional Tahun 2007 – 2008 ... 1 2. Populasi Ternak Ruminansia di Indonesia Tahun 2004 – 2008 ... 2 3. Jumlah Impor Ternak dan Hasil Ternak Sapi Tahun 2003 –

2007 ... 3 4. Penelitian Terdahulu yang relevan Mengenai Kelayakan Usaha

PenggemukanSapi Potong (fattening) ... 18 5. Peraturan Pemerintah Tentang Pajak Pendapatan Badan Usaha

dan Perseroan Tahun 2000 (UU No.17 Tahun 2000) ... 39 6. Jumlah Penduduk Jabotabek Tahun 1961 – 2000 (000 jiwa) ... 43 7. Perkembangan Produksi, Konsumsi, dan Impor Daging Sapi

Jabotabek Pada Tahun 2007 – 2008 ... 44 8. Proyeksi Permintaan dan Penawaran Daging Sapi di Jabotabek

pada Tahun 2009 – 2018 ... 44 9. Proyeksi Pangsa Pasar (Market Share) PT Zagrotech Dafa

International pada Tahun 2009 – 2018 ... 45 10. Jenis Obat – obatan dan Vitamin yang Digunakan ... 58 11. Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja di PT ZDI ... 71 12. Proyeksi Panen Penggemukan Sapi PT ZDI pada Tahun 2009 –

2018 ... 74 13. Proyeksi Penjualan Sapi Potong PT ZDI pada Tahun 2009 –

2018 ... 75 14. Proyeksi Penjualan Pupuk Kandang PT ZDI pada Tahun 2009 –

2018 ... 75 15. Jumlah Nilai Sisa Usaha Penggemukan Sapi Pada PT ZDI ... 77 16. Rincian Biaya Investasi ... 79 17. Rincian Biaya Re-investasi ... 80 18. Biaya Gaji / Kompensasi PT Zagrotech Dafa International per

Tahun ... 81 19. Biaya Pemeliharaan Alat dan Bangunan dalam Setahun ... 81 20. Perhitungan Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ... 82 21. Angsuran Pembayaran Pinjaman ... 82 22. Proyeksi Pembelian Bakalan Sapi (ekor) ... 83 23. Proyeksi Pengeluaran Pembelian Bakalan ... 84 24. Proyeksi Pengeluaran Biaya Pakan ... 84


(23)

xiii

Nomor Halaman

25. Proyeksi Pengeluaran Biaya Obat – obatan ... 85 26. Proyeksi Pengeluaran Biaya Surat Jalan ... 85 27. Proyeksi Pengeluaran Biaya Transportasi ... 86 28. Proyeksi Pengeluaran Biaya Pembelian Karung ... 87 29. Biaya Penyusutan per Tahun ... 88 30. Hasil Analisis Laporan Laba Rugi PT Zagrotech Dafa

International ... 89 31. Hasil Analisis Kelayakan Finansial PT Zagrotech Dafa

International ... 90 32. Hasil Analisis Sensitivitas Switching Value Skenario I dan


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha

PenggemukanSapi Potong (fattening) ... 31 2. Tatalaksana Pemeliharaan Pengemukan Sapi Potong PT ZDI ... 56 3. Stuktur Organisasi PT Zagrotech Dafa International ... 69


(25)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Neraca Daging Nasional Tahun 2007 – 2008 ... 1 2. Populasi Ternak Ruminansia di Indonesia Tahun 2004 – 2008 ... 2 3. Jumlah Impor Ternak dan Hasil Ternak Sapi Tahun 2003 –

2007 ... 3 4. Penelitian Terdahulu yang relevan Mengenai Kelayakan Usaha

PenggemukanSapi Potong (fattening) ... 18 5. Peraturan Pemerintah Tentang Pajak Pendapatan Badan Usaha

dan Perseroan Tahun 2000 (UU No.17 Tahun 2000) ... 39 6. Jumlah Penduduk Jabotabek Tahun 1961 – 2000 (000 jiwa) ... 43 7. Perkembangan Produksi, Konsumsi, dan Impor Daging Sapi

Jabotabek Pada Tahun 2007 – 2008 ... 44 8. Proyeksi Permintaan dan Penawaran Daging Sapi di Jabotabek

pada Tahun 2009 – 2018 ... 44 9. Proyeksi Pangsa Pasar (Market Share) PT Zagrotech Dafa

International pada Tahun 2009 – 2018 ... 45 10. Jenis Obat – obatan dan Vitamin yang Digunakan ... 58 11. Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja di PT ZDI ... 71 12. Proyeksi Panen Penggemukan Sapi PT ZDI pada Tahun 2009 –

2018 ... 74 13. Proyeksi Penjualan Sapi Potong PT ZDI pada Tahun 2009 –

2018 ... 75 14. Proyeksi Penjualan Pupuk Kandang PT ZDI pada Tahun 2009 –

2018 ... 75 15. Jumlah Nilai Sisa Usaha Penggemukan Sapi Pada PT ZDI ... 77 16. Rincian Biaya Investasi ... 79 17. Rincian Biaya Re-investasi ... 80 18. Biaya Gaji / Kompensasi PT Zagrotech Dafa International per

Tahun ... 81 19. Biaya Pemeliharaan Alat dan Bangunan dalam Setahun ... 81 20. Perhitungan Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ... 82 21. Angsuran Pembayaran Pinjaman ... 82 22. Proyeksi Pembelian Bakalan Sapi (ekor) ... 83 23. Proyeksi Pengeluaran Pembelian Bakalan ... 84 24. Proyeksi Pengeluaran Biaya Pakan ... 84


(26)

xiii

Nomor Halaman

25. Proyeksi Pengeluaran Biaya Obat – obatan ... 85 26. Proyeksi Pengeluaran Biaya Surat Jalan ... 85 27. Proyeksi Pengeluaran Biaya Transportasi ... 86 28. Proyeksi Pengeluaran Biaya Pembelian Karung ... 87 29. Biaya Penyusutan per Tahun ... 88 30. Hasil Analisis Laporan Laba Rugi PT Zagrotech Dafa

International ... 89 31. Hasil Analisis Kelayakan Finansial PT Zagrotech Dafa

International ... 90 32. Hasil Analisis Sensitivitas Switching Value Skenario I dan


(27)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha

PenggemukanSapi Potong (fattening) ... 31 2. Tatalaksana Pemeliharaan Pengemukan Sapi Potong PT ZDI ... 56 3. Stuktur Organisasi PT Zagrotech Dafa International ... 69


(28)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner ... 98 2. Laporan Laba Rugi Modal Sendiri (Skenario I) ... 103 3. Laporan Cashflow Modal Sendiri (Skenario I) ... 104 4. Laporan Laba Rugi Modal Pinjaman dari Bank (Skenario II) .... 105 5. Laporan Cashflow Modal Pinjaman dari Bank (Skenario II) ... 106 6. Laporan Cashflow Switching Value Peningkatan Biaya Bakalan

Sapi Sebesar 7,88 % Modal Sendiri (Skenario I) ... 107 7. Laporan Cashflow Switching Value Penurunan Penjualan Sapi

Potong Sebesar 5,26 % Modal Sendiri (Skenario I) ... 108 8. Laporan Cashflow Switching Value Peningkatan Biaya Bakalan

Sapi Sebesar 4,26 % Modal Pinjaman (Skenario II) ... 109 9. Laporan Cashflow Switching Value Penurunan Penjualan Sapi


(29)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan populasi penduduk, perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, arus globalisasi informasi dan perdagangan, serta urbanisasi dan perubahan gaya hidup merupakan pemacu peningkatan terhadap produk peternakan terutama daging sapi1.

Protein yang terkandung di dalam sapi, seperti halnya susu dan telur, sangat tinggi mutunya, pada daging sapi terdapat pula beberapa jenis mineral, vitamin dan kandungan asam amino esensial yang lengkap dan seimbang. Keunggulan lain, protein daging sapi lebih mudah dicerna ketimbang yang berasal dari nabati. Protein sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan2.

Daging sapi merupakan alternatif pilihan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan protein hewani. Menurut statistika Direktorat Jenderal Peternakan, konsumsi daging pada periode tahun 2007 – 2008 mengalami peningkatan tetapi tidak diimbangi oleh produksi dalam negeri. Untuk konsumsi daging sapi sendiri pada periode tersebut mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Neraca Daging Nasional Tahun 2007 – 2008

No Komoditi 2007 (ribu ton) 2008 (ribu ton)

Produksi Konsumsi Produksi Konsumsi

1 Daging Sapi 203,5 242,8 211,3 250,5

2 Daging Kambing 34,5 35,1 37,6 38,2

3 Daging Ayam 683,3 687,8 716,3 720,7

4 Daging Babi 138,6 140,2 144,5 146,2

5 Total 1.059,9 1.105,9 1.109,7 1.155,6

Sumber : Ditjen Peternakan (2009)

1

http://www.ditjennak.go.id. 24 Maret 2009


(30)

2 Meningkatnya permintaan pasar terhadap daging sapi, maka akan memberikan dampak yang positif yaitu terbukanya peluang pasar. Pertumbuhan populasi sapi potong dari tahun 2004 – 2008 cencerung statis. Berdasarkan data statistik Ditjen Peternakan, populasi sapi potong pada tahun 2004 – 2008 tidak mampu untuk memenuhi permintaan konsumsi daging secara nasional. Pada Tabel 2 menjelaskan tentang perkembangan populasi peternakan di Indonesia dari tahun 2004 – 2008. Tabel 2. Populasi Ternak Ruminansia di Indonesia Tahun 2004 – 2008

No Jenis Tahun (ribu ekor)

2004 2005 2006 2007 2008*)

1 Sapi Potong 10.533 10.569 10.875 11.515 11.869

2 Sapi Perah 364 361 369 374 408

3 Kerbau 2.403 2.128 2.167 2.086 2.192

4 Kambing 12.781 13.409 13.790 14.470 15.806

5 Domba 8.075 8.327 8.980 9.514 10.392

Sumber : Ditjen Peternakan (2009) Keterangan : *) Angka Sementara

Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipenuhi dari tiga sumber yaitu ternak sapi lokal, hasil penggemukan sapi ekspor – impor, dan impor daging dari luar negeri. Impor sapi hidup dan daging beku merupakan salah satu upaya agar tidak terjadi kesenjangan antara produksi dan tingkat konsumsi daging sapi di dalam negeri.

Data menunjukan bahwa Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan akan permintaan daging sapi di dalam negeri, kenyataan ini diperkuat oleh keterangan mengenai jumlah impor sapi pada tahun 2003 – 2007 yang cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang menjelaskan tentang perkembangan jumlah impor ternak dan hasil ternak sapi.


(31)

3 Tabel 3. Jumlah Impor Ternak dan Hasil Ternak Sapi Tahun 2003 – 2007

No Jenis Komoditi Tahun (ribu US $)

2003 2004 2005 2006 2007

1 Sapi Bibit 2.843,8 2.291,8 1.921,6 2.545,1 15,1

2 Sapi Bakalan 66.543,8 88.989,6 107.731,3 108.596,7 217.720,5 3 Daging Sapi 18.566,0 27.113,0 43.646,4 49.077,2 92.846,6

4 Hati Sapi 23.142,3 24.837,9 31.090,2 35.759,8 56.650,5

5 Jeroan lainnya 41,5 133,8 497,8 670,5 38,8

Sumber : Ditjen Peternakan (2009)

Kenyataan itulah yang mendorong Ditjen Peternakan mengeluarkan kebijakan Gaung (Tiga Ung) Lampung pada tahun 1992 dimana isinya yaitu sapi lokal sebagai tulang punggung, impor sapi bakalan sebagai pendukung dan impor daging sapi sebagai penyambung. Melalui kebijakan ini disusun perencanaan secara lebih teliti berapa besarnya pemasukan sapi bakalan dan daging impor untuk memenuhi daging sapi dalam negeri (APFINDO 2007).

Dalam upaya swasembada daging sapi, sebagaimana yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 59/Permentan/HK.060/8/2007 tentang Pedoman Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS). Dengan melalui kegiatan P2SDS tersebut diharapkan pada tahun 2010, kebutuhan daging sapi bagi masyarakat sudah dapat dipenuhi dari dalam negeri minimal sebesar 90 persen. Strategi yang ditempuh dalam pencapaian swasembada daging sapi dilakukan melalui (1) Pengembangan sentra perbibitan dan penggemukan; (2) Revitalisasi kelembagaan dan SDM Fungsional di lapangan; dan (3) Dukungan sarana dan prasarana. Strategi tersebut diimplementasikan melalui langkah operasional, diantaranya yaitu perbaikan mutu bibit baik secara penambahan jumlah maupun peningkatan kualitas. Upaya perbaikan mutu bibit dilakukan dengan cara penyebaran sapi Brahman cross3.


(32)

4

1.2. Perumusan Masalah

Indonesia pada saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi potong karena pertambahan populasi sapi potong tidak seimbang dengan kebutuhan konsumsi daging nasional. Di lain pihak, kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung semakin meningkat. Kebijakan impor sapi bakalan ataupun daging terpaksa dilakukan karena tanpa impor daging atau sapi bakalan dimungkinkan terjadi pengurasan sapi lokal yang berakibat buruk bagi ketahanan pangan nasional dan peternakan sapi rakyat.

Salah satu upaya peningkatan produksi daging sapi potong dalam negeri yaitu dengan upaya penggemukan sapi potong. Dengan usaha ini diharapkan menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi dan efisien, sehingga dapat diperoleh karkas dan daging dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.

Pengembangan sapi potong untuk mendukung program kecukupan daging pada tahun 2010 diperlukan dukungan inovasi untuk meningkatkan produktivitas ternak. Tidak teraturnya program perkawinan, kurangnya perhatian pada pemberian metode pakan, pemotongan yang tidak sesuai aturan, dan mutasi ternak dari suatu wilayah ke wilayah lain yang tidak terkontrol merupakan beberapa penyebab rendahnya populasi sapi potong.

Dalam bisnis sapi potong, banyak persoalan yang dihadapi peternak rakyat maupun pengusaha penggemukan (feedloter). Di antaranya, rendahnya tingkat pertambahan bobot badan sapi yang diusahakan. Padahal, aktivitas penting dalam usaha sapi potong itu adalah penggemukan. Di samping faktor genetis, ternyata kegiatan itu tidak dapat dilepaskan dari jaminan ketersediaan pakan baik kualitas maupun kuantitasnya. Pakan memegang peranan 60 persen - 70 persen dalam meningkatkan produktivitas4.

Sapi potong yang berasal dari peternakan rakyat rata – rata belum mencapai bobot maksimal. Untuk mencapai bobot potong ideal diperlukan perbaikan teknologi pemeliharaan. Satu diantaranya dengan menggunakan pakan tambahan yang berisi enzim atau mikroorganisme hidup yang membantu dalam mengefisienkan proses

4


(33)

5 pencernaan sehingga pertambahan bobot sapi berlangsung cepat, yaitu antara 1 – 1,5 kg/hari. Upaya penggemukan seperti ini dapat meningkatkan mutu dan produksi daging dalam negeri sehingga akan mengurangi impor daging sapi. Akhir-akhir ini Bapak Surya Dharma Ali sebagi Menteri Koperasi dan UKM menyatakan bahwa setiap tahun Indonesia mendatangkan sapi impor sebanyak 450.000 ekor pertahun dan jumlahnya meningkat pertahunnya5.

PT Zagrotech Dafa International adalah salah satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang bergerak di bidang agribisnis, hal utama yang melatar belakangi PT ZDI mendirikan usaha penggemukan sapi potong (fattening) yaitu melihat kondisi pertumbuhan populasi sapi potong yang cenderung statis sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri meningkat setiap tahunnya, keadaan tersebut merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mulai mengembangkan usaha dalam bidang penggemukan sapi potong (fattening). Saat ini PT ZDI sedang melakukan perencanaan untuk melakukan usaha dalam bidang penggemukan sapi potong (fattening).

Bakalan sapi yang akan didatangkan yaitu impor dari Australia. Sapi

Brahman dipilih karena mampu beradaptasi dengan lingkungan Indonesia, khususnya Bogor. Selain itu sapi Brahman juga memiliki beberapa keistimewaan lainnya yaitu tahan terhadap gigitan caplak, mampu beradaptasi dengan pakan berkualitas rendah, dan memiliki kecepatan pertumbuhan yang tinggi.

Rencana ini membutuhkan biaya yang cukup besar karena nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang fluktuatif. PT ZDI memiliki alternatif pilihan dalam menggunakan modal yaitu modal pinjaman dari Bank. Berdasarkan kemungkinan penggunaan modal tersebut, perlu dirumuskan modal yang memberikan keuntungan maksimum bagi perusahaan dengan skenario pada modal.

Perubahan – perubahan yang terjadi terhadap produksi dan harga input perlu diperhatikan terhadap manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh. Perubahan – perubahan yang terjadi seperti penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel.

5


(34)

6 Mengingat besarnya biaya investasi yang akan dikeluarkan maka diperlukan suatu analisis kelayakan usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu :

1) Bagaimana kelayakan usaha penggemukan sapi potong (fattening) di PT Zagrotech Dafa International dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan ?

2) Bagaimana kelayakan aspek finansial usaha penggemukan sapi potong

(fattening) di PT Zagrotech Dafa International ?

3) Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha penggemukan sapi potong (fattening)

di PT Zagrotech Dafa International jika terjadi penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Menganalisis kelayakan usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

2) Menganalisis kelayakan aspek finansial usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International.

3) Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International.

1.4. Kegunaan Penelitian

PT Zagrotech Dafa International merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha agribisnis di Indonesia. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan dan memberi informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan untuk tertarik dalam usaha fattening sapi potong, khususnya pemerintah agar ikut berperan serta dalam mengurangi ketergantungan impor sapi bakalan ataupun sapi potong serta meningkatkan jumlah populasi sapi potong di Indonesia sehingga kebutuhan akan daging sapi secara nasional dapat terpenuhi, kegunaan dari penelitian ini adalah :


(35)

7 1) Bagi PT Zagrotech Dafa International penelitian ini diharapkan sebagai masukan terhadap manajemen perusahaan untuk mengetahui kelayakan usaha

fattening sapi potong, serta untuk mengetahui variabel – variabel apa saja yang mempengaruhi usaha fattening sapi potong jika salah satu variabel input naik.

2) Bagi investor diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna untuk menentukan keputusan berinvestasi dalam usaha fattening

sapi potong.

3) Bagi pemerintah diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagaimana teknik fattening sapi potong dan bagaimana kelayakan usaha

fattening sapi potong, serta sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan keputusan yang menyangkut usaha fattening sapi potong. Diharapkan penelitian ini dapat sebagai masukan bagi pemerintah agar ikut berperan serta mengembangkan usaha fattening sapi potong di Indonesia agar kebutuhan daging dapat terpenuhi.

4) Bagi mahasiswa dan pihak yang membutuhkan informasi tentang fattening

sapi potong, diharapakan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi serta sebagai sumber literatur dan menambah wawasan mengenai usaha peternakan khususnya fattening sapi potong.


(36)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Ternak Sapi Potong

Usaha peternakan, khususnya peternakan sapi potong di Indonesia umumnya masih dikelola secara tradisional, yang bercirikan dengan usaha hanya sebagai usaha keluarga atau sebagai usaha sampingan. Menurut Soehadji dalam Saragih (2000), tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, dan di klasifikasikan ke dalam kelompok berikut :

1) Peternakan sebagai usaha sambilan, dimana ternak sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan sendiri (subsistence). Dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak kurang dari 30 persen.

2) Peternakan sebagai cabang usaha, dimana petani peternak mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) dengan ternak sebagai cabang usaha. Dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak 30 – 70 persen (semi komersial atau usaha terpadu).

3) Peternakan sebagai usaha pokok, dimana peternak mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dan komoditi dan komoditi pertanian lainnya sebagai usaha sambilan (single komodity), dengan tingkat pendapatan usaha ternak 70 – 100 persen.

4) Peternakan sebagai usaha industri, dimana komoditas ternak diusahakan secara khusus (specialized farming) dengan tingkat pendapatan usaha ternak 100 persen (komoditi pilihan).

Menurut Williamson dan Payne (1993), setidaknya ada tiga tipe peternakan sapi di daerah tropis yaitu peternak rakyat atau subsisten, peternak spesialis, dan produsen skala besar.

Prawirokusumo (1990) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat produksi, macam teknologi yang digunakan, dan banyaknya hasil yang dipasarkan, maka usaha peternakan di Indonesia dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu :

1) Usaha yang bersifat tradisional, yang diwakili oleh petani dengan lahan sempit, yang mempunyai 1 – 2 ekor ternak, baik ternak ruminansia besar, ruminansia kecil bahkan ayam kampung.


(37)

9 2) Usaha backyard yang diwakili peternak ayam ras dan sapi perah yang telah memakai teknologi seperti kandang, manajemen, pakan komersial, bibit unggul, dan lain – lain.

3) Usaha komersial adalah usaha yang benar – benar menerapkan prinsip – prinsip ekonomi antara lain untuk tujuan keuntungan maksimum.

2.2. Sejarah Sapi Potong

Dari sejarahnya, semua bangsa sapi yang dikenal di dunia berasal dari

Homacodontidae yang dijumpai pada zaman Paleocene. Adapun jenis primitifnya ditemukan pada zaman Pliocene di India, Asia. Perkembangan dari jenis – jenis primitifnya itulah menghasilkan tiga kelompok nenek moyang sapi hasil penjinakan. Adapun sapi yang dihasilkan dari jenis primitif, diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yang memiliki genetik sapi yang penting untuk menghasilkan keturunan yang berkualitas, yaitu :

1) Bos sondaicus atau Bos banteng, sampai sekarang ini masih bisa ditemui hidup liar di daerah margasatwa yang dilindungi di pulau Jawa seperti Pangandaran dan Ujung Kulon.

2) Bos indicus atau Sapi zebu, sampai sekarang mengalami perkembangan di India, Asia.

3) Bos Taurus atau Sapi Eropa, sampai sekarang mengalami perkembangan di Eropa.

Tiga kelompok nenek moyang tersebut, baik secara alamiah ataupun karena peran serta manusia mampu mengalami perkembangan hasil perkawinan atau persilangan yang menunjukan bangsa – bangsa sapi modern, baik tipe potong-perah, tipe potong-kerja, tipe potong-murni.

2.3. Jenis – Jenis Sapi Potong

Beberapa jenis sapi potong banyak dijumpai di Indonesia, baik itu sapi potong lokal maupun jenis sapi potong bukan lokal yang merupakan hasil persilangan dan cocok dibudidayakan di Indonesia. Jenis sapi tersebut menyebar di wilayah Indonesia diantaranya sapi Bali, Ongole, Peranakan Ongole, dan sapi Madura. Sedangkan


(38)

10 bangsa sapi potong bukan lokal seperti sapi Limousine, sapi Charolais, dan sapi

Brahman.

2.3.1. Jenis Sapi Lokal

Jenis – jenis sapi yang sudah lama terdapat di Indonesia dan telah berkembang secara turun temurun dikenal dengan sebutan sapi lokal. Jenis – jenis sapi lokal tersebut tersebar di hampir semua daerah di Indonesia, tetapi ada pula yang hanya terdapat di daerah – daerah tertentu saja. Jenis sapi tersebut antara lain :

1) Sapi Bali, merupakan keturunan dari Bos banteng. Sapi Bali mempunyai bentuk dan karakteristik yang sama dengan banteng dan tergolong sapi yang cukup subur, sehingga sapi Bali sangat cocok sebagai ternak bibit yang potensial. Sapi Bali mempunyai fertilitas 83 – 86 persen (Murtijdo 1990), tipe pekerja yang baik, persentase karkas yang tinggi, daging rendah lemak, dan daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi.

2) Sapi Ongole, merupakan keturunan Bos indicus yang masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Sapi ini berwarna putih dan memiliki banyak lipatan di bagian leher dan perut.

3) Sapi Peranakan Ongole, sapi ini juga dikenal sebagai sapi Sumba Ongole merupakan hasil persilangan sapi Ongole asal India dengan sapi Madura secara keturunan hasil perkawinan yang dikawinkan kembali dengan sapi Ongole (grading up). Sapi ini berwarna putih dan berpunuk.

4) Sapi Madura merupakan sapi lokal yang mirip sapi Bali. Perbedaan yang signifikan antara sapi Bali dan sapi Madura terletak pada keberadaan punuk, sapi Bali tidak berpunuk sedangkan sapi Madura berpunuk.

2.3.2. Jenis Sapi Bukan Lokal

1) Sapi Limousin, merupakan sapi potong keturunan Bos taurus yang berhasil di kembangkan di Francis. Bentuk tubuhnya memanjang penuh daging dan sangat padat, hampir mirip dengan singa. Berat badan sapi Limousin betina bisa mencapai rata – rata 650 Kg, dan sapi jantan mencapai berat rata – rata


(39)

11 850 Kg. Sapi Limousin mempunyai pertambahan berat badan harian yang cukup tinggi sehingga banyak di impor dalam bentuk bakalan.

2) Sapi Charolais, merupakan sapi potong keturunan Bos taurus dan banyak dikembangbiakkan di Amerika. Warna tubuhnya krem muda atau keputih – putihan. Postur tubuhnya besar dan padat, tetapi kasar dengan bobot badan jantan dewasa dapat mencapai 1.000 Kg, sedangkan betina dewasa sekitar 750 Kg.

3) Sapi Brahman, merupakan sapi yang termasuk dalam golongan sapi Zebu.

Sapi Brahman banyak disilangkan dengan jenis sapi lainnya dan menghasilkan peranakan Amerika Brahman (Brahman Cross), dimana jenis sapi Brahman mempunyai pertambahan berat badan harian yang cukup tinggi yaitu 0,8 Kg – 1,5 Kg/hari. Bobot badan jantan dewasa rata – rata 1100 Kg dan betina dewasa 850 Kg. Jenis sapi Brahman umumnya di impor dari Australia dan Selandia Baru dalam bentuk bakalan untuk digemukkan kembali.

2.4. Penggemukan Sapi Potong

Sugeng (2000), menyatakan bahwa penggemukan sebaiknya dilakukan pada ternak sapi usia 12 – 18 bulan atau paling tua umur 2,5 tahun. Pembatasan usia ini dilakukan atas dasar bahwa pada usia tersebut ternak tengah mengalami fase pertumbuhan dalam pembentukan kerangka maupun jaringan daging, sehingga bila pakan yang diberikan itu jumlah kandungan protein, mineral dan vitaminnya mencukupi, sapi dapat cepat menjadi gemuk. Pemeliharaan sapi potong di Indonesia dilakukan secara ekstensif, semi-intensif, intensif. Pemeliharaan secara intensif, hampir sepanjang hari berada di dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk. Selanjutnya dikatakan bahwa sapi – sapi yang dipelihara secara ekstensif, dilepaskan di padang penggembalaan dan digembalakan sepanjang hari, mulai dari pagi hingga sore.

Menurut Siregar (1999), penggemukan sapi dapat dilakukan secara perseorangan maupun secara perusahaan dalam skala usaha besar. Namun ada pula yang mengusahakan penggemukan sapi secara kelompok dalam kandang yang


(40)

12 berkelompok pula. Ada beberapa sistem penggemukan yang digunakan untuk sapi, pada prinsipnya perbedaan sistem penggemukan sapi terletak pada teknik pemberian pakan dan ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukan.

Menurut Siregar (1999) dan Sugeng (2000), sistem penggemukan ada tiga, yakni sistem kereman, sistem pasture fattening, dan sistem dry lot fattening.

Penggemukan sistem kereman adalah penggemukan yang memerlukan waktu penggemukan berkisar antara 3 – 6 bulan. Sapi bakalan yang digunakan dalam kereman umumnya sapi – sapi jantan yang berumur sekitar 1 – 2 tahun dalam kondisi kurus dan sehat. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3 kilogram per hari dengan kenaikan berat badan rata – rata 0,33 kilogram per hari. Sistem pasture fattening

memerlukan waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 8 – 10 bulan, dengan sapi bakalan yang digunakan pada pasture fattening adalah sapi jantan atau betina dengan umur minimal sekitar 2,5 tahun. Sapi jantan mempunyai pertumbuhan relatif cepat dibandingkan sapi betina sehingga waktu penggemukannya relatif lebih singkat. Sistem dry lot fattening adalah sistem penggemukan dimana sapi berada terus – menerus dalam kandang dan tidak di gembalakan ataupun dipekerjakan. Sapi bakalan yang dipergunakan pada dry lot fattening umumnya sapi – sapi jantan yang telah berumur lebih dari 1 tahun dengan lama penggemukan sekitar 2 – 6 bulan.

2.5. Pemilihan Bakalan

Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman6. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :

1) Berumur sekitar 2,5 tahun 2) Jenis kelamin jantan

3) Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm

6


(41)

13 4) Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan,

bukan karena sakit)

5) Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus 6) Kotoran normal

Syarat yang paling penting untuk seleksi sapi potong yaitu sapi harus sehat, usia masih muda, dan tidak memiliki sejarah terserang penyakit yang membahayakan. Ditjen Peternakan (2007) mengemukakan bahwa pemilihan bibit ternak sapi potong biasanya menyangkut tentang (1) Asal usul atau silsilah ternak termasuk bangsa ternak, (2) kapasitas produksi (umur, pertambahan berat badan, produksi daging, dan lemak), (3) kasitas reproduksi (kesuburan ternak, jumlah anak lahir dan hidup normal, umur pertama kawin, siklus birahi, lama bunting, keadaan waktu melahirkan, kemampuan membesarkan anak, dan sebagainya), (4) tingkat kesejahteraan anak.

2.6. Tatalaksana Pemeliharaan7

2.6.1. Perkandangan

Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 m X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.

2.6.2. Pakan

Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis

7


(42)

14 dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen

dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen.

Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5 persen berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang – alang dan rumput – rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.

Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin

yang sukar larut oleh enzim pencernaan.

Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), sebagai perkiraan kebutuhan pakan sapi adalah 15 – 20 persen bobot tubuhnya. Pakan yang diberikan setiap hari dalam penggemukan sapi berupa hijauan sebanyak 10 persen dari bobot badan dan konsentrat sebanyak 5 Kg/ekor/hari.

2.7. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Putria (2008), meneliti tentang kelayakan usaha pengembangan pembibitan

(breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Provinsi Banten. Metode yang digunakan dalam mengkaji kelayakan finansial usaha breeding

sapi potong pada PT LJP berdasarkan kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C

Ratio, Payback Period, dan analisis sensitivitas.

Hasil analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong ini diperoleh hasil NPV sebesar Rp 1.929.172.324, Net B/C sebesar 1,48, IRR sebesar


(43)

15 10,65 persen, dan Payback Period sebesar 3,56 tahun. Hasil analisis finansial menunjukan bahwa usaha pengembangan pembibitan sapi potong layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV lebih besar dari nol, Net B/C lebih besar dari satu, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga, dan waktu pengembalian investasi yang dibawah umur proyek.

Analisis sensitivitas dengan dua variabel parameter yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang berfluktuatif dan penurunan produksi sapi potong. Hasil analisis sensitivitas menunjukan penurunan volume produksi sapi bunting muda dan sapi bunting tua sebesar 5 persen paling peka diantara dua variabel parameter lainnya yaitu variabel kenaikan Dollar terhadap Rupiah, variabel penurunan volume produksi anak sapi dengan berat 40 – 175 Kg, dan variabel penurunan anak sapi dengan berat 170 – 250 Kg.

Dekayanti (2008) meneliti tentang potensi pengembangan usaha penggemukan sapi potong di kota Tanggerang. Metode yang digunakan yaitu analisis KPPTR (Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia) dan peramalan permintaan. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa sumberdaya peternakan yang mendukung upaya pengembangan usaha penggemukan sapi potong adalah populasi ternak, paternak dan kelembagaan.

Berdasarkan perhitungan KPPTR kota Tanggerang memiliki nilai KPPTR 169,7 ST (Satuan Ternak) sedangkan potensi pasar daging sapi yang dilihat dari segi permintaan memberikan peluang dan prospek yang cerah untuk pengembangan usaha penggemukan sapi potong di kota Tanggerang. Hal ini tercermin dari permintaan daging sapi di kota Tanggerang yang akan terus meningkat setiap tahunnya.

Ferdiman (2007), meneliti tentang strategi pengembangan usaha sapi potong PT Kariyana Gita Utama, Sukabumi. Metode yang digunakan yaitu analisis SWOT

(strengths, weakness, opportunity, threat) dan QSPM (Quantitative strategic planning matrix). Berdasarkan analisis SWOT, terdapat beberapa alternatif strategi dari kombinasi faktor internal dan eksternal perusahaan yang dapat diterapkan. Berdasarkan kombinasi strengths dan opportunities, maka starteginya adalah mempertahankan kapasitas dan kualitas produksi sapi potong hasil penggemukan dan


(44)

16 membuka divisi Rumah Potong Hewan serta pengolahan pupuk. Berdasarkan kombinasi strengts dan threats, maka strateginya adalah menjaga loyalitas konsumen, memperkuat kerjasama dengan pemasok, dan pemanfaatan sapi lokal sebagai sapi bakalan. Berdasarkan kombinasi weeknesses dan opportunities, maka strateginya adalah adalah peningkatan modal dengan memanfaatkan bantuan modal dari pemerintah dan swasta, dan perbaikan sistem mananajemen. Berdasarkan kombinasi weaknesses dan threats, maka strateginya adalah memanfaatkan teknologi yang tepat guna dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Berdasarkan analisis IE (Internal Eksternal), pengaruh dari faktor lingkungan internal dan eksternal perusahaan menempatkan PT KGU berada pada posisi pertahankan dan pelihara. Posisi ini menunjukan bahwa strategi – strategi yang cocok bagi perusahaan adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar. Berdasarkan analisis QSPM dari nilai total daya tarik (TAS), maka urutan alternatif strategi yang dapat di implementasikan adalah penetrasi pasar dan pengembangan pasar.

Ratniati (2007), meneliti tentang Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT Great Livestock Company, Lampung Tengah. Dalam penelitian ini berdasarkan lembaga atau individu pemasaran yang terlibat di wilayah Bandar Lampung terdapat delapan saluran, sedangkan untuk wilayah Bogor dan DKI Jakarta masing – masing terdapat enam dan lima saluran pemasaran. Rata – rata farmer’s share dari seluruh sebaran sebesar 93,54 persen (91,47 persen sampai dengan 94,79 persen) untuk wilayah Lampung. 88,47 persen (87,88 persen sampai dengan 89,06 persen) untuk wilayah Bogor. Dan 85,78 persen (84,75 persen sampai dengan 86,59 persen) untuk wilayah DKI Jakarta. Hal tersebut menunjukan bahwa secara umum seluruh saluran di masing – masing wilayah farmer’s share nya sudah cukup besar.

Berdasarkan satuan Rp per Kg bobot hidup maka total margin pemasaran yang paling besar diterima oleh lembaga pemasaran di wilayah Bandar Lampung terdapat pada saluran I, namun berdasarkan satuan total volume penjualan maka margin pemasaran yang paling besar diterima PT GLC terdapat pada saluran III. Margin pemasaran yang paling besar diterima lembaga pemasaran di wilayah Bogor


(45)

17 dan DKI Jakarta adalah pada saluran II, sedangkan berdasarkan total volume penjualan maka saluran I memberikan yang paling besar.

Sahat (2007), meneliti tentang Analisis Permintaan Daging Segar di wilayah DKI Jakarta. Model yang digunakan adalah model ekonometrika dengan variabel – variabel yang diduga dapat mempengaruhi permintaan daging sapi segar di wilayah DKI Jakarta. Hasil analisis model dugaan menunjukan bahwa keragaman permintaan daging sapi segar dapat dijelaskan oleh model sebesar 64,6 persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel kualitatif seperti preferensi dan selera dan variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Hasil F-Hitung sebesar 6,68 dan P-Value sebesar 0,00 menunjukan bahwa variabel dalam model secara serentak signifikan terhadap permintaan daging sapi segar.

Variabel yang mempengaruhi permintaan daging sapi segar secara signifikan adalah, harga daging sapi segar, harga daging ayam ras, harga ikan segar, harga daging ayam buras, harga daging kambing, harga daging babi, serta pendapatan per kapita penduduk DKI Jakarta. Variabel yang memiliki hubungan negatif dengan permintaan daging sapi segar adalah harga daging sapi segar, harga ikan segar, harga daging ayam buras, harga daging babi. Variabel yang mendekati elastis karena besaran elastisitasnya mendekati satu adalah harga daging ayam ras dan harga ikan segar. Sedangkan variabel harga daging kambing dan harga daging ayam buras bersifat inelastis. Pembentukan harga di tiap lembaga umumnya dengan metode cost-plus-pricing.

Pada Tabel 4 menunjukan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian mengenai kelayakan usaha, sistem pemasaran ternak sapi potong, dan permintaan daging sapi segar. Posisi penelitian yang dilakukan adalah memperkaya penelitian terdahulu yang relevan.


(46)

18 Tabel 4. Penelitian Terdahulu yang Relevan Mengenai Kelayakan Usaha

Penggemukan Sapi Potong (Fattening) N

o Nama Tahun Judul Penelitian

Beda Penelitian

Terdahulu Metode Penelitian

1 Putria 2008

kelayakan usaha

pengembangan

pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Provinsi Banten

Objek penelitian breeding sapi potong dan lokasi penelitian

NVP, IRR, Net B/C, Payback Period dan Analisis Sensitivitas

2 Dekayanti 2008

Analisis Potensi

Pengembangan Usaha

Penggemukan Sapi

Potong di Kota

Tanggerang

Tujuan penelitian, metode analisis yang digunakan dan lokasi penelitian

Analisis KPPTR dan Proyeksi Permintaan

3 Ferdiman 2007

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong PT KGU, Sukabumi.

Objek penelitian sapi

potong, tujuan

penelitian, metode

analisis yang

digunakan dan lokasi penelitian

Analisis SWOT dan QSPM

4 Ratniati 2007

Analisis Sistem

Pemasaran Ternak Sapi

Potong PT Great

Livestock Company, Lampung Tengah

Objek penelitian sapi

potong, tujuan

penelitian, metode

analisis yang

digunakan dan lokasi penelitian

Margin tataniaga, farmer’s share

5 Sahat 2007

Analisis Permintaan Daging Sapi Segar di wilayah DKI Jakarta

Objek penelitian sapi

potong, tujuan

penelitian, metode

analisis yang

digunakan dan lokasi penelitian


(47)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori – teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada dalam penelitian. Selain itu, teori merupakan acuan untuk menjawab permasalahan.

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek

Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya – biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan – kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap – tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gitingger 1986). Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek.

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan & Muhammad 2000). Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda – beda. Pihak swasta lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan pemerintah dan lembaga non profit dilihat apakah bermanfaat bagi masyarakat luas yang berupa penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah, dan penghematan devisa.

Hal – hal yang mendasari untuk menjalankan studi kelayakan proyek investasi jika suatu pihak atau seseorang melihat suatu kesempatan usaha, yaitu apakah kesempatan usaha tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis serta apakah kita bisa mendapatkan suatu tingkat keuntungan yang cukup layak dari usaha tersebut. Semakin luas skala proyek maka dampak yang dirasakan baik secara ekonomi maupun sosial semakin luas. Oleh karena itu studi kelayakan dilengkapi dengan analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analysis).

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek yaitu :


(48)

20 1) Manfaat ekonomi proyek tersebut bagi proyek itu sendiri atau manfaat finansial. Artinya apakah proyek tersebut cukup menguntungkan bila dibandingkan dengan risiko proyek.

2) Manfaat ekonomi proyek tersebut bagi Negara tempat proyek tersebut dilaksanakan, yang menunjukan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu Negara.

3) Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat disekitar proyek.

Proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Maka dari itu tujuan dari dilakukannya studi kelayakan proyek adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal cukup besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.

Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar. Banyak sebab yang mengakibatkan suatu proyek ternyata kemudian menjadi tidak menguntungkan (gagal) diantaranya yaitu : (1) kesalahan perencanaan, (2) kesalahan dalam menaksir pasar yang tersedia, (3) kesalahan dalam memperkirakan teknologi yang tepat pakai, (4) kesalahan dalam memperkirakan kontinyuitas bahan baku, kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan tenaga kerja dengan tersedianya tenaga kerja yang ada, serta (5) pelaksanaan proyek yang tidak terkendalikan sehingga biaya pembangunan proyek menjadi membengkak serta penyelesaian proyek menjadi tertunda.

Dalam teori, tujuan dari pengambilan keputusan untuk melakukan investasi adalah untuk memaksimumkan tingkat keuntungan dari pemilik modal itu sendiri. Namun tujuan tersebut apabila dipandang dari aspek yang lebih luas mungkin menjadi tidak begitu dipegang teguh lagi. Jika proyek akan dinilai dari perspektif yang lebih luas, maka tujuannya seharusnya adalah memaksimumkan net present value dari semua social cost and benefit.

3.1.2. Aspek Kelayakan Proyek

Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek – aspek yang secara bersama – sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu


(49)

21 penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger (1986) aspek – aspek tersebut terdiri dari aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, aspek pasar, aspek finansial dan aspek ekonomi.

Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa aspek – aspek yang harus diperhatikan dalam studi kelayakan adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek keuangan, dan aspek ekonomi Negara. Dilain pihak, Kadariah (2001) menyebutkan bahwa proyek dapat dievaluasi dari aspek teknis, aspek manajerial administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial serta aspek ekonomi.

3.1.2.1. Aspek Pasar

Pada waktu sekarang aspek pasar menempati prioritas utama dari studi kelayakan proyek. Banyak dijumpai kegagalan proyek karena tidak tersedianya pasar potensial yang cukup terutama di negara sedang berkembang. Beberapa pertanyaan dasar yang perlu dipahami dari aspek pasar adalah berapa potensi pasar (market potential) yang tersedia dan berapa bagian (market share) daripadanya yang dapat diraih oleh proyek yang diusulkan serta strategi pemasaran yang direncanakan untuk memperebutkan konsumen (Husnan & Muhammad 2000).

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran (Kotler 1997). Alat bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P yaitu produk (Product), harga (price), tempat (place) dan promosi

(promotion).

Alat bauran pemasaran yang paling mendasar adalah produk yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. Harga adalah jumlah uang yang pelanggan bayar untuk produk tertentu. Tempat termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran dan menghubungkan berbagai penyedia fasilitas pemasaran untuk menyediakan produk dan pelayanannya secara efisien kepada pasar sasaran.

Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran.


(50)

22 Perusahaan harus mempekerjakan, melatih dan memotivasi tenaga penjualnya. Selain itu perusahaan dapat membuat program komunikasi dan promosi yang terdiri dari iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat serta pemasaran langsung online. 3.1.2.2. Aspek Teknis

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek selesai dibangun. Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi proyek, besar skala operasi/luas produksi, kriteria pemilihan mesin dan peralatan yang digunakan, proses produksi yang dilakukan dan jenis teknologi yang digunakan.

3.1.2.3. Aspek Manajemen

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam proyek dan manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan proyek merupakan proses untuk merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar proyek yang direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada waktunya.

Pelaksana pembangunan proyek tersebut bisa pihak yang mempunyai ide proyek itu, bisa juga (umumnya) diserahkan pada beberapa pihak lain. Siapa pun yang akan melaksanakan proyek tersebut, perusahaan (yang mempunyai ide membuat proyek) perlu mengetahui kapan proyek itu akan mulai bisa beroperasi secara komersial. Aspek manajemen dalam operasi meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan proyek dalam operasional.

3.1.2.4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Pertimbangan – pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan arah apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (responsive)

terhadap keadaan sosial tersebut sebab tidak ada proyek yang akan bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan (Gittinger 1986). Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja, kualitas hidup


(51)

23 masyarakat, kontribusi proyek dan dampak lingkungan yang merugikan dari keberadaan proyek.

3.1.2.5. Aspek Finansial

1) Teori Biaya dan Manfaat

Analisis finansial diawali dengan analisis biaya dan manfaat dari suatu proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan

revenue earning proyek, apakah proyek itu akan terjamin atas dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah 2001).

Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang diharapkan akan berguna bagi individu ataupun masyarakat yang merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung.

Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung.

Biaya yang diperlukan untuk proyek terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, contohnya tanah, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin – mesinnya, biaya pendahuluan sebelum operasi, biaya – biaya lainya seperti penelitian.

Biaya operasional disebut biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai


(52)

24 dilaksanakan dan didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan sesuai dengan tahap operasi, contohnya biaya bahan mentah, tenaga kerja, biaya perlengkapan serta biaya penunjang. Biaya lain yang dikeluarkan proyek diantaranya pajak, bunga pinjaman dan asuransi (Kuntjoro 2002).

Gittinger (1986) menyebutkan beberapa biaya yang menyangkut proyek pertanian antara lain meliputi barang – barang fisik, tenaga kerja, tanah, cadangan – cadangan tak terduga, pajak, jasa pinjaman, serta biaya yang tidak diperhitungkan. Penambahan nilai suatu proyek bisa diketahui melalui peningkatan produksi, perbaikan kualitas, perubahan dalam waktu penjualan perubahan dalam bentuk produksi, pengurangan biaya melalui mekanisasi, pengurangan biaya pengangkutan, penghindaran kerugian dan manfaat tidak langsung proyek.

Menurut Kadariah (2001) benefit dari proyek terbagi menjadi direct benefit, indirect benefit dan intangible benefit. Direct benefit adalah peningkatan output

produksi ataupun penurunan biaya. Indirect benefit merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup dan sebagainya.

2) Laba Rugi

Menurut Gittinger (1986), laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntasi yang menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan laba diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku.

Komponen lain dalam laba rugi adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen – komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan termasuk pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta ke tiap periode yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi


(53)

25 berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak.

3) Kriteria Kelayakan Investasi

Laporan laba rugi mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan laba rugi menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode operasi. Namun, Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa dalam menganalisa suatu proyek investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba karena kas seseorang bisa berinvestasi dan dengan kas pula seseorang membayar kewajibannya sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perusahaan perlu dilakukan analisa aliran kas (Cashflow).

Kuntjoro (2002) menyebutkan bahwa cashflow adalah susunan arus manfaat bersih tambahan sebagai hasil pengurangan arus biaya tambahan terhadap arus manfaat. Tambahan ini merupakan perbedaan antara kegiatan dengan proyek (with project) dan tanpa proyek (without project), arus tersebut menggambarkan keadaan dari tahun ke tahun selama jangka hidup (life time periods).

Adapun yang termasuk kedalam komponen cashflow ini terdiri dari inflow

dan outflow. Inflow biasanya terdiri dari nilai produksi total, penerimaan pinjaman,

grants (bantuan) dan salvage value (nilai sisa). Sedangkan komponen outflow di antaranya biaya barang modal, bahan – bahan, tenaga kerja, tanah, pajak, dan cicilan pinjaman modal.

Sebuah ukuran finansial yang bermanfaat dan sangat penting dalam analisa proyek adalah tingkat pengembalian finansial (Gittinger 1986). Kriteria investasi diklasifikasikan menurut dua kategori yaitu non discounting criteria dan discounting criteria. Perbedaan antara konsep ini adalah non discounting criteria tidak menyertakan konsep time value of money (nilai waktu sekarang) sebagaimana yang diterapkan pada discounting criteria.

Nilai waktu uang adalah konsep dimana sejumlah uang tertentu pada masa yang akan datang akan memiliki manfaat yang lebih kecil jika dibandingkan pada waktu sekarang dengan nilai nominal yang sama, sehingga dalam penilaian kriteria investasi akan jauh lebih baik jika digunakan konsep nilai waktu uang yang


(54)

26 diwujudkan dengan perhitungan present value yaitu adanya ketidakpastian dari hasil, harga dan biaya yang ditetapkan sepanjang proyek berjalan, serta jika dipikirkan secara logis, nilai uang yang sama jumlahnya diterima atau dikeluarkan sekarang, akan lebih berharga dari pada nilai uang itu pada masa yang akan datang.

Menurut Husnan dan Muhammad (2000), pada umumnya ada lima metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi. Metode tersebut diantaranya metode average rate return, pay back periode, present value, internal rate return, serta profitability indeks. Selain itu, Gittiger (1986) menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui kriteria investasi

net present value, gross benefit cost ratio dan internal rate return.

a) Net Present Value atau Manfaat Sekarang Neto

Net Present Value atau manfaat sekarang neto adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi (Gittinger 1986). Proyek akan menguntungkan jika NPV bernilai positif. Jika nilai NPV bernilai negatif, maka akan timbul masalah, dimana pada tingkat diskonto yang diasumsikan, manfaat sekarang arus manfaat menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus biaya. Hal ini mengakibatkan ketidak cukupan untuk mencakup kembali investasi. Lebih baik menanamkan uang di suatu bank pada tingkat diskonto tertentu (atau menginvestasikannya pada proyek lain yang lebih baik) dari pada menginvestasikan di dalam proyek tersebut.

Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu jika NPV lebih besar dari nol berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika nilai NPV kurang dari nol, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Dan jika NPV=0, berarti proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

b) Internal Rate Return (Tingkat Pengembalian Internal)

Perhitungan Internal Rate Return (Tingkat pengembalian internal) adalah tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya – biaya operasi dan


(1)

Analisis Aspek Sosial

Mencegah

Terjadinya

Pencemaran

Lingkungan

Membuka

Lapangan

Pekerjaan

Pemkab

Bogor

(Potensi

Peternakan

Berkembang)


(2)

Analisis Aspek Finansial

Analisis Laba Rugi

No Tahun

Nilai

Skenario I (DF 7%) (Rp)

Skenario II (DF 13%) (Rp)

1 2009 -2.754.806.087 -3.123.935.627

2 2010 676.949.522 432.586.760

3 2011 676.949.522 448.438.304

4 2012 676.949.522 466.350.548

5 2013 676.949.522 486.591.385

6 2014 676.949.522 509.463.530

7 2015 683.134.606 541.494.139

8 2016 683.134.606 570.699.581

9 2017 683.134.606 603.701.731

10 2018 2.592.549.106 2.550.408.661

Rataan 527.189.445 384.579.901


(3)

Lanjutan…

Analisis Kelayakan Finansial

N

o Kriteria Kelayakan

Hasil Penilaian

Skenario I (DF 7%)

(Rp)

Skenario II (DF 13%)

(Rp)

1

NPV

Rp 4.473.018.300

Rp 186.799.039

2

Net B/C

2,92

1,07

3

IRR

37 %

15 %

4

PP

3,5

8,2


(4)

Lanjutan…

Analisis

Switching Value

No

Parameter Yang Berubah

Skenario I

Skenario II

1

Max Peningkatan Harga Bakalan Sapi

7,88 %

4,26 %

2

Max Penurunan Penjualan Sapi Potong

5,26 %

2,98 %

Tabel 6. Hasil Analisis

Switching Value

Skenario I & II


(5)

Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Analisis Kelayakan Usaha Yang Meliputi:

Aspek Pasar

Aspek Teknis

Aspek Manajemen

Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Aspek Finansial

Maka Usaha Pengemukan Sapi Potong PT ZDI Layak Untuk

Dijalankan.


(6)