Tanaman Jeruk Bali Merah C. maxima Burm. Merr Penyulingan dengan uap Steam distillation

3. Jeruk Delima Jenis jeruk ini ada dua macam, yaitu memiliki isi berwarna merah disebut jeruk delima merah dan yang memiliki isi berwarna putih disebut jeruk delima putih. Bentuk buah kedua jeruk delima ini hampir sama, yaitu berbentuk bundar ceper papak dengan sedikit lancip ke arah bagian tangkainya. Tanaman jeruk besar dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah aluvial, podsolik maupun latosol. Tanah yang subur, gembur dan mengandung air yang cukup merupakan tanah yang cocok untuk tanaman jeruk ini. Hasil yang baik dari tanaman jeruk diperoleh pada tanah dengan pH 5 – 6. Jeruk besar dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian dari permukaan laut sekitar 70 – 1.000 m, namun demikian biasanya tanaman jeruk besar sangat baik ditanam di dataran rendah dengan ketinggian sekitar 400 m di atas permukaan laut. Daerah lembab dan setengah kering merupakan tempat yang baik bagi penanaman jeruk besar Herman Arsyad, dkk, 1992.

2.2. Tanaman Jeruk Bali Merah C. maxima Burm. Merr

Populasi tanaman jeruk bali merah di Indonesia tersebar secara luas di seluruh pelosok nusantara, khususnya di daerah Jawa Timur dan Bali. Jeruk dapat tumbuh di sembarang tempat. Namun, tanaman ini akan memberikan hasil optimum bila tanam di lokasi yang sesuai. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini yaitu dataran rendah sampai 700 m di atas permukaan laut. Sedangkan yang ditanam di atas ketinggian tersebut rasa buahnya lebih asam. Jeruk bali merah merupakan jeruk yang memiliki tinggi sampai lebih dari 5 m, cabang-cabangnya banyak. Letak daun tersebar folia sparsa. Daun merupakan daun tunggal, tangkai daun bersayap sempit. Letak bunga terdapat pada ketiak daun, memiliki bau yang harum. Jumlah bunga untuk setiap tandanya antara 5-15, serta tajuk bunga 5 sampai 7 lembar berwarna putih. Jenis buah buni, berbentuk bulat, diameter sampai 10-20 cm, berkulit tipis, berwarna hijau yang akan menjadi kuning jika matang, rasanya manis sedikit asam dan kelat dan buah yang di dalam berwarna merah. Bentuk bijinya agak pipih, bulat telur sungsang Anonim 2, 2008. Sistematika tumbuhan jeruk bali merah adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Sapindales Famili : Rutaceae Genus : Citrus Spesies : Citrus maxima Burm. Merr Nama lokal : Jeruk Bali Merah Herbarium Medanese, 2013 Gambar 2.1. Tanaman Jeruk BaliMerah C. maxima Burm. Merr

2.3. Minyak Atsiri Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini

disebut juga minyak menguap volatile oil, minyak eteris ethereal oil, atau minyak esensial essential oil. Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna, namun pada penyimpanan lama warnanya berubah menjadi lebih gelap karena oksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus terlindung dari pengaruh cahaya, diisi penuh, ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan gelap Gunawan Mulyani, 2004. Pada minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid, biasanya terpenoid itu terdapat pada fraksi minyak atsiri yang tersuling uap. Zat inilah penyebab wangi, harum atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Secara ekonomi senyawa tersebut penting sebagai dasar wewangian alam dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai senyawa citarasa dalam industri makanan Harborne, 1987. Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir pungent taste, beraroma wangi sesuai dengan aroma tumbuhan penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air dan terdiri dari campuran zat yang mudah menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda – beda Guenther, 1987. Pengertian atau defenisi minyak atsiri yang ditulis dalam Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya beruwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan uap Sastrohamidjojo, H 2004. 2.3.1. Sumber Minyak Atsiri Dalam tumbuhan, minyak atsiri terdapat dalam berbagai jaringan, seperti di dalam rambut kelenjar pada suku Labiatae, di dalam sel-sel parenkim pada suku Zingiberaceae dan Piperaceae, di dalam saluran minyak pada suku Umbelliferae, di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen pada suku Myrtaceae, Pinaceae dan Rutaceae, terkandung di dalam semua jaringan pada suku Coniferae. Minyak atsiri merupakan salah satu hasil akhir proses metabolisme sekunder dalam tumbuhan. Tumbuhan penghasi minyak atsiri antara lain termasuk famili Pinaceae, Compositae, Lauranceae, dan Gramineae. Minyak atsiri terdapat pada setiap bagian tumbuhan yaitu di daun, bunga, biji, batang, kulit, akar dan rhizome Ketaren, 1985. Pada tumbuhan, minyak atsiri berperan sebagai pengusir serangga pemakan daun. Sebaliknya minyak atsiri dapat berfungsi sebagai penarik serangga guna membantu proses penyerbukan dan sebagai cadangan makanan Gunawan Mulyani, 2004.

2.3.2. Komposisi Minyak Atsiri

Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon C, Hidrogen H, dan Oksigen O, serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen N dan Belerang S. Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu : a. Golongan Hidrokarbon Terpen Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon C dan Hidrogen H. Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen 2 unit isopren, sesquiterpen 3 unit isopren, diterpen 4 unit isopren dan politerpen. Golongan ini lebih mudah mengalami proses oksidasi dan resinifikasi. b. Golongan Hidrokarbon Teroksigenasi Terpenoid Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Karbon C, Hidrogen H dan Oksigen O. Persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter dan peroksid. Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga. Golongan hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena umumnya mempunyai aroma yang lebih wangi Ketaren, 1985.

2.3.3. Terpen dan Terpenoid

Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan hama. Minyak atisiri mudah menguap karena titik uapnya rendah. Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu, sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam air lipofil. Senyawa terpena dan terpenoid merupakan penggabungan antara unit-unit isoprene dan isopentan dan terbentuk di dalam tumbuhan sebagai hasil proses biosintesis. Dengan rasio karbon – hidrogen sebesar 5 : 8 dikelompokkan sebagai terpena. Di kemudian hari, para ahli kimia mengetahui bahwa terpena – terpena ini tersusun dari senyawa – senyawa yang mengandung suatu gabungan kepala - ke - ekor dari satuan – satuan kerangka isoprena Kepala adalah ujung yang terdekat ke cabang metil. Defenisi awal dari terpena kemudian dikembangkan lagi untuk mencakup semua senyawa yang mengandung satuan – satuan kerangka isoprena. Untuk menekankan hubungan dengan isoprena ini, terpena juga disebut isoprenoid. Terpena dapat mengandung dua, tiga atau lebih satuan isoprene. Molekul – molekulnya dapat berupa rantai – terbuka atau siklik. Mereka dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil, atau gugus fungsional lain. Struktur mirip – terpena yang mengandung unsur – unsur lain di samping C dan H disebut terpenoid. Terpena dikategorikan berdasarkan banyaknya pasangan satuan isoprena yang dikandungnya Fessenden Fessenden, 1982. Berdasarkan jumlah atom karbon atau unit isopren yang membentuk senyawa terpen terpenoid dapat diklasifikasikan sebagai berikut Fessenden Fessenden, 1992. Tabel 2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoid No. Kelompok Jumlah Atom Karbon C 1 Hemi terpena 5 2 Mono terpena 10 3 Seskui terpena 15 4 Di terpena 20 5 Sesterterpena 25 6 Tri terpena 30 7 Tertra terpena 40 8 Poli terpena 40 Terpenoid ini adalah senyawa yang mengandung senyawa – senyawa terpena dan turunannya derivatnya. Dalam minyak atsiri terdapat juga senyawa – senyawa alifatis, yang juga dimasukkan dalam golongan terpena, ialah geraniol C 10 H 18 O, citronellal C 10 H 18 O dan citral C 10 H 16 O. Sebagaian besar terpenoid merupakan zat cair yang tidak berwarna, dengan titik didih antara ±155 o – 185 o C. Kebanyakan optis aktif. Baunya dikenal untuk membedakan yang satu dengan lainnya dan berbau enak. Citronella manfaatnya sebagai penolak serangga, aroma yang kuat dan berwarna kuning pucat. Citronella sebagian besar diperoleh dari jeruk dan minyak sereh. Terpenoid termasuk kedua – duanya, baik berbentuk rantai terbuka maupun yang berbentuk rantai tertutup siklis adalah bercabang satu atau lebih rantai simpangnya Besari dkk, 1982. Monoterpena monosiklik mengandung dua ikatan rangkap dan satu lingkar. Limonena yang terdapat dalam minyak jeruk, minyak lemon, minyak terpenten dan minyak jintan adalah salah satu contoh monoterpena monosiklik. Hidrokarbon ini berupa zat cair yang mendidih pada 170 o C mempunyai bau seperti lemon, tidak larut dalam air tapi larut dalam etanol dan dietileter. Hidrogenasi katalitik limonena menghasilkan mentana. Beberapa turunan monoterpena monosiklik, yaitu mentol, menton, terpinol, dan terpienol.

2.3.4. Penyimpanan Minyak Atsiri

OH OH OH terpienol terpinol limonene OH mentana mentol O menton Gambar 2.2. Contoh Monoterpena Monosiklik Pada proses penyimpanan minyak atsiri dapat mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh berbagai proses, baik secara kimia maupun secara fisika. Biasanya kerusakan disebabkan oleh reaksi-reaksi yang umum seperti oksidasi, resinifikasi, polimerisasi, hidrolisis ester dan interaksi gugus fungsional. Proses tersebut dipercepat diaktivasi oleh panas, adanya udara oksigen, kelembaban, serta dikatalis oleh cahaya dan pada beberapa kasus kemungkinan dikatalis oleh logam Guenther, 1987.

2.3.5. Cara Ekstraksi Minyak Atsiri

Cara ekstraksi minyak atsiri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 2.3.5.1. Metode Penyulingan a. Penyulingan dengan air water distillation Pada metode ini, bahan tumbuhan direbus dalam air mendidih dalam satu wadah. Minyak atsiri akan dibawa oleh uap air yang kemudian didinginkan dengan mengalirkannya melalui pendingin. Hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni. Perlakuan ini sesuai untuk minyak atsiri yang tidak rusak oleh pemanasan Guenther, 1987. b. Penyulingan dengan air dan uap water and steam distillation Bahan tumbuhan yang akan disuling dengan metode penyulingan air dan uap ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang- lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Ketel diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah saringan, uap air akan naik bersama minyak atsiri kemudian dialirkan melalui pendingin. Hasil sulingannya adalah minyak atsiri yang belum murni Guenther, 1987.

c. Penyulingan dengan uap Steam distillation

Pada metode ini bahan tumbuhan dialiri uap panas dengan tekanan tinggi. Uap air selanjutnya dialirkan melalui pendingin dan hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni. Cara ini baik digunakan untuk bahan tumbuhan yang mempunyai titik didih yang tinggi Guenther, 1987. 2.3.5.2. Metode Pengepresan Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir ke permukaan bahan. Ketaren, 1985. 2.3.5.3. Ekstraksi dengan Pelarut Menguap Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya digunakan mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari bunga misalnya bunga cempaka, melati, mawar dan kenanga. Pelarut yang umum digunakan adalah petroleum eter, karbon tetra klorida dan sebagainya Ketaren, 1985. 2.3.5.4. Ekstraksi dengan Lemak Padat Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi . a. Enfleurasi Enfleurage Pada proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak digunakan pada suhu rendah keadaan dingin sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh panas. Metode ini digunakan untuk mengekstraksi beberapa jenis minyak bunga yang masih melanjutkan kegiatan fisiologisnya dan memproduksi minyak setelah bunga dipetik. Hasilnya disebut ekstrait Ketaren, 1985. b. Maserasi Maceration Pada cara ini absorbsi minyak atsiri oleh lemak dalam keadaan panas pada suhu 80 o C selama 1,5 jam. Cara ini dilakukan terhadap bahan tumbuhan yang bila dilakukan penyulingan atau enfleurasi akan menghasilkan minyak atsiri dengan rendeman yang rendah. Setelah selesai pemanasan, campuran disaring panas- panas, jika perlu kelebihan lemak pada ampas disiram dengan air panas. Kemudian dilakukan penyulingan untuk memperoleh minyak atsiri Ketaren, 1985.

2.4. Kromatografi Gas

Dokumen yang terkait

Analisis Secara GC-MS Komponen Minyak Atsiri dari Rimpang Tanaman Jerangau (Acorus calamus) Hasil isolasi Menggunakan Metode Hidrodestilasi Dibandingkan dengan Destilasi Uap

8 80 131

Analisa Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun Bangun−Bangun (Plectranthus amboinicus (lour) spreng) Secara GC−MS

4 83 60

Analisis Komponen Minyak Atsiri dari Daun Tembelekan (Lantana camara L.) secara Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)

19 169 58

Isolasi Minyak Atsiri dari Sereh Merah (Andropogon citratus DC.) Segar dan Kering Serta Analisis Komponen Secara GC-MS

5 68 93

Analisis Secara Gc-Ms Komponen Minyak Atsiri Dari Rimpang Tanaman Jerangau (Acoruscalamus) Hasil Isolasi Menggunakan Metode Hidrodestilasi Dibandingkan Dengan Destilasi Uap

7 81 131

Karakterisasi Simplisia, Isolasi serta Analisis Komponen Minyak Atsiri Lada Hitam dan Lada Putih (Piper nigrum L.) Secara GC-MS

24 174 100

Karakterisasi Simplisia, Isolasi dan Analisis Komponen Minyak Atsiri Buah Kemukus (Cubebae fructus) dari Wonosobo dan Padang Sidempuan Secara GC-MS

2 78 87

Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Kulit Jeruk Telur Buaya (Citrus medica L.) Secara GC-MS dan Uji Antioksidan Dengan Metode DPPH

1 81 73

Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Minyak Atsiri Dari Kulit Buah Jeruk Jingga (Citrus x Jambhiri Lush) Segar Dan Kering Serta Analisis Komponennya Secara GC-MS

0 29 98

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Jeruk Besar dan Jenis – Jenisnya - Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Dari Daun Jeruk Bali Merah (Citrus Maxima (Burm.) Merr) Secara Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa (Gc-Ms)

0 0 15