Persyaratan Mengajukan kepailitan Makalah hukum perdata kepailitan

dijatuhkannya putusan pailit. Kepailitan selain mempunyai tujuan sebagaimana telah disebutkan di atas, juga bertujuan untuk menghindari agar debitur tidak menyembunyikan harta kekayaannya sehingga merugikan kreditor.

2.4 Persyaratan Mengajukan kepailitan

Pasal 2 Undang-undang Kepailitan Nomor 37 tahun 2004 menyebutkan bahwa suatu pernyataan pailit dapat diajukan, jika pernyataan kepailitan tersebut dibawah ini telah terpenuhi : 1. Debitor tersebut mempunyai paling sedikit dua kreditor concursus creditorum. Hal ini merupakan persyaratan sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 2 Undang-undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004, yang merupakan realisasi dari ketentuan Pasal 1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang berbunyi : ”Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama- sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya, pendapatan penjualan benda benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para kreditor itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan.” 2. Debitor tersebut tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Pasal 1 butir 6 Undang-undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 menyebutkan secara jelas definisi mengenai utang : “Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk dapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor.” Prasyarat jatuh waktu yang dapat ditagih merupakan satu kesatuan. Maksudnya, utang yang telah jatuh waktu atau lebih dikenal jatuh tempo secara otomatis telah menimbulkan hak tagih pada kreditor dalam ketentuan Pasal 1238 Kitab Undang – undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa debitor dianggap lalai apabila dengan suatu surat perintah atau dengan sebuah akta telah dinyatakan lalai atau demi perikatannya sendiri, jika ia menetapkan bahwa debitor dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. 6 BAB III OBJEK PENELITIAN Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menjatuhkan putusan yang menyatakan pemilik Primagama, Purdi E Tjandra, dalam keadaan pailit. Hal ini karena Purdi dinyatakan tidak dapat melunasi sejumlah utang kepada beberapa kreditur hingga tanggal jatuh tempo, 12 Juni 2013 meskipun telah diajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU atas Purdi. Menyatakan termohon PKPU berada dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya, demikian amar yang tertuang dalam salinan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Kamis 136. Putusan ini dijatuhkan oleh majelis hakim yang diketuai Lidya Sasando. Putusan ini didasarkan pada tidak adanya laporan yang diterima majelis hakim tentang berjalannya proses mediasi antara Purdi dengan pihak penggugat yaitu BNI Syariah dan berakibat pada tidak tercapainya kesepakatan terkait utang yang dimaksud. Atas putusan ini, majelis hakim kemudian menetapkan Johan Bastian Sihite dan Lambok yang sebelumnya menjadi pengurus perkara PKPU ini menjadi kurator. Selain itu, majelis hakim juga menetapkan Amin Sutikno sebagai hakim pengawas yang akan mengawasi berjalannya perhitungan aset serta rapat kreditur. Perkara ini bermula saat Purdi mengajukan permohonan penggunaan fasilitas pinjaman BNI Syariah dalam bentuk perjanjian murabhaha. BNI Syariah kemudian mengabulkan permohonan Purdi pada tanggal 29 Agustus 2007 dan memberikan pinjaman sebesar Rp 3,3 miliar pada tanggal 29 Agustus 2007 serta Rp 20,9 miliar pada tanggal 9 Mei 2008. BNI Syariah sendiri mewajibkan kepada setiap pengguna jasa pinjaman itu untuk mengangsur setiap bulan. Tetapi, kewajiban itu tidak dipenuhi Purdi hingga akhirnya BNI Syariah memutuskan untuk mengajukan gugatan. Sebelum gugatan dilayangkan, BNI Syariah telah mengirimkan somasi sebanyak tiga kali pada tanggal 1 Desember 2011, kemudian tanggal 16 Desember 2011, dan terakhir pada tanggal 27 Desember 2011. Tetapi, lagi-lagi Purdi tidak menghiraukan somasi tersebut. Guna memenuhi syarat gugatan pailit, BNI Syariah menyertakan beberapa kreditur yang juga meminjamkan uang kepada Purdi. Para kreditur itu di antaranya Tsuyoshi Shiraishi, I Nyoman Kerta Widyarta, dan I Nyoman Bagus Nuradita. 7 Dia dianggap tak dapat melunasi sejumlah utang kepada beberapa kreditur hingga tanggal jatuh tempo, 12 Juni 2013 meskipun telah mengikuti permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU. Utang ini untuk membiayai Yayasan Primagama yang bergerak di bidang pendidikan, riset, penelitian, dan kegiatan sosial. Bambang mengatakan kerja sama ini bukan pertama kalinya dan Pak Purdi itu sudah sejak 2005 sebenarnya bekerja sama dengan BNI Syariah, dan dulu lancar-lancar saja, Namun, Bambang mengakui kliennya akhirnya terkena masalah pengelolaan dana, sehingga terlambat menyicil pinjaman dari BNI Syariah. Seharusnya, masa cicil pinjaman itu berjalan untuk 10 tahun. Kabarnya, semua peringatan itu tak digubris pihak Purdi. Karena itulah BNI langsung menyeretnya ke Pengadilan Niaga Jakarta karena bos Primagama itu dianggap tak memiliki itikad baik. Guna memenuhi syarat gugatan pailit, BNI Syariah menyertakan beberapa kreditur yang juga meminjamkan uang kepada Purdi. Para kreditur itu di antaranya Tsuyoshi Shiraishi, I Nyoman Kerta Widyarta, dan I Nyoman Bagus Nuradita. Investor bernama Shiraisi itulah yang ngotot belum dibayar juga oleh Purdi, sehingga putusan pailit keluar. Selama masa somasi itu sudah dibicarakan banyak hal, Pak Purdi malah sudah berdamai dengan BNI Syariah, hanya saja karena sistemnya PKPU, maka pengadilan memanggil kreditur lain yang berurusan dengan Pak Purdi, ternyata ada satu investor asal Jepang tidak mau berdamai, Selain itu, Purdi ternyata punya utang juga dengan beberapa bank lain seperti BCA. Bambang menjamin dengan kreditor lain, kliennya tak ada masalah. Purdi malah sebetulnya merasa dizalimi hakim pengadilan niaga dan investor asal Jepang yang bisa berurusan dengan Yayasan Primagama, karena mengaku hendak membantunya membayar kredit macet dengan BNI. Kini, status pailit diberikan pengadilan pada Purdi secara pribadi. Dari pendataan kuasa hukum, utang pokok kliennya tinggal Rp 12 miliar atau setengah dari yang diminta oleh BNI Syariah. Kuasa hukum Purdi menegaskan, pengusaha sekaliber Purdi bisa melunasinya karena usaha Purdi masih sehat yaitu Primagama, yang dipailitkan Pak Purdi secara pribadi, Dana yang bermasalah itu dialirkan ke yayasan, bukan PT Primagama Bimbingan Belajar. Itu sebabnya, meski Purdi adalah pendiri sekaligus pemilik saham mayoritas, majelis hakim tidak menyatakan pailit pada perusahaan itu. 8 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Syarat seseorang dikatakan pailit