Cabang Dinas Kehutanan CDK atau dibawah administrasi Perhutani. Sedangkan bagi Jagawana atau polisi hutan teritorial ditempatkan dibawah Kesatuan
Pemangkuan Hutan KPH dibawah asisten Perhutani atau Resort Pemangku Hutan RPH.
Pertanggungjawaban atas semua pelaksanaan tugas kegiatan operasional dan pembinaan personel Jagawana atau polisi hutan berada dalam kewenangan para
pimpinan instnsi tempat kedudukan Jagawana. Kepala CDK, kepala UPT dan administrator perhutani adalah pelaksanaan operasional dalam urusan:
a. Perencanaan kegiatan operasional Jagawana atau polisi hutan. b. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian operasional Jagawana.
c. Pelaksanaan pembinaan terbatas para Jagawana atau polisi hutan. Setia Zain, Alam., 1997:57
Penelitian Sunarto dengan judul peranan pembinaan masyarakat desa hutan bagi peningkatan partisipasi masyarakat dalam menjaga hutan,ditemukan bahwa
kecenderungan melaksanakan pencurian yang disebabkan oleh faktor ekonomi dan faktor budaya.
2.5 Kerangka Berpikir
Indonesia merupakan negara yang mempunyai hutan yang luas dan memiliki potensi kayu serta kekayaan hayati yang tertinggi di dunia. Hutan adalah salah satu
unsur lingkungan hidup yang berkaitan erat dengan kehidupan penduduk. Karena hutan mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
makhluk hidup maka hutan perlu dilestarikan. Hutan merupakan kawasan yang mempunyai peran yang multi dimensi, disamping dimensi ekonomi dan ekologis
hutan juga mempunyai dimensi sosial budaya. Dari aspek dimensi ekonomis hutan
dapat berperan sebagai pemenuhan komoditi kayu, selain itu tak jarang hutan juga terdapat sumber daya alam yang berupa bahan tambang yang kesemuanya dapat
digunakan untuk pengembangan wilayah. Di sisi ekologis, sumber daya hutan berperan penting terhadap iklim lokal dan global, tata air, konservasi lahan dan
kekayaan hayati. Mengingat begitu pentingnya fungsi hutan maka perlu adanya perlindungan dari kerusakan hutan, tentunya kerusakan hutan dapat disebabkan
karena ulah manusia yaitu berupa pencurian dan penjarahan liar yang sangat merugikan bagi pemerintah maupun masyarakat sekitar hutan. Untuk itu para petugas
kehutanan yang tergabung dalam Kesatuan Pemangkuan Hutan harus menangani kasus tersebut secara tegas agar kerusakan hutan akibat pencurian dan penjarahan
dapat diminimalisir. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagan sebagai
berikut : Hutan Indonesia
Ekonomi Dimensi Fungsi dan Manfaat
Ekologis Sosial Budaya
Perlindungan Hutan dari Kerusakan
Hambatan
Alam Manusia
Tanah Longsor, dll Pencurian dan Penjarahan
Penanganan Kesatuan Pemangkuan Hutan
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Dasar Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Menurut Karl dan Miller, penelitian kualitatif tergantung pada pengamatan
pada manusia dan kawasannya sendiri dan hubungan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya Moleong, 2002:3.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Telawa yang mana KPH Telawa mempunyai luas 18.317 Ha. Penelitian ini diutamakan pada
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Karangrayung dan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Ketawar, dimana bagian wilayah tersebut berada di wilayah
Kabupaten Grobogan yang sering terjadi pencurian dan penjarahan hutan kayu jati milik perhutani, menurut data dari perhutani lebih dari 50 dari jumlah wilayahnya
pernah terjadi pencurian dan penjarahan hutan selain itu wilayah hutan Telawa yang paling tinggi tingkat kerawanan pencurian adalah kedua BKPH tersebut.
3.3 Fokus Penelitian
Penelitian difokuskan pada hal-hal sebagai berikut : 1. Cara, frekuensi, volume, kualitas, lokasi pencurian kayu jati di KPH Telawa.
37