Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Relational Mobility

mobility adalah tingkatan individu menjalin hubungan relasi dengan individu baru dan mengakhiri hubungan dengan relasi lama. Tabel 2.3 Klasifikasi Bentuk Relational Mobility Menurut Schug 2012 No Indikator 1 Banyak kesempatan untuk mengenal orang lain. 2 Hal biasa melakukan percakapan dengan seseorang yang belum pernah ditemui sebelumnya. 3 Mereka dapat bisa memilih berinteraksi dengan siapa. 4 Peluang membentuk persahabatan atau relasi baru. 5 Terbiasa berkomunikasi dengan orang yang belum pernah ditemui sebelumnya. 6 Jika mereka tidak suka kelompok mereka saat ini, mereka akan beralih ke kelompok yang lebih baik. 7 Mereka bebas bergaul dengan siapa saja. 8 Sangat mudah untuk bertemu orang baru. 9 Meninggalkan kelompok yang dimiliki karena kurang puas dengan kelompoknya. 10 Memilih kelompok dan organisasi yang mereka inginkan. 11 Menjalin hubungan dengan yang lain walau merasa tidak puas dengan hubungan yang sekarang. 12 Ada kecenderungan untuk meninggalkan kelompoknya dan lebih baik meniggalkan kelompoknya karena tidak suka.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Relational Mobility

Relational mobility dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Schug dkk 2010, faktor yang mempengaruhi relational mobility adalah sebagai berikut: 2.2.2.1 Budaya Menurut Schug dkk 2010: 3 sifat hubungan kita dengan orang lain secara mendalam dipengaruhi oleh budaya. Sebagai contoh penelitian Chen dkk. 1995 dalam Schug, 2010: 3 menunjukkan bahwa orang Asia Timur yang kurang dibandingkan orang Barat dalam mengungkapkan informasi sensitif tentang diri. Mereka yang terbiasa merasa enggan untuk mencari dukungan sosial dengan berbicara tentang masalahnya kepada orang lain menyebabkan dekat pada gejala stres karena tidak mendapatkan manfaat psikologis dan kurang menerima dukungan sosial dari teman-teman terdekatnya dalam Schug, 2010: 3. Penting bagi manusia untuk tetap menjaga jalinan relasi dengan manusia lainnya untuk terus berkembang dan bertahan dalam hidupnya. Hubungan yang dijalin oleh tiap manusia sangat dipengaruhi oleh budaya. Secara langsung budaya mempengaruhi psikologis dan perilaku seseorang dalam bersosial Schug Yuki, 2011: 9. Masing-masing budaya menghasilkan relational mobility yang berbeda pada setiap individu. Ada budaya yang memiliki tingkatan relational mobility yang tinggi dimana suatu hubungan dapat dibentuk dan dibubarkan dengan mudah, ada pula yang memiliki tingkat relational mobility rendah dimana mereka tetap setia pada komitmen dan enggan untuk meninggalkan hubungan yang lama. Pengaruh relational mobility pada budaya dipengaruhi oleh nilai-nilai yang sudah tertanam pada masing-masing budaya. Sehingga menjadikan individu terpatok dengan nilai budaya yang ada dan takut dikucilkan jika tidak mengikuti atau melanggar nilai yang tertanam pada masing-masing budaya. 2.2.2.2 Lingkungan Menurut Adams dkk 2003 hubungan pribadi yang terbentuk melalui pilihan pribadi, atau biasanya diberikan oleh pengaturan lingkungan. Menurut Falk dkk, 2009 perbedaan tersebut dalam struktur sosial telah dirumuskan dalam konsep baru yaitu relational mobility didefinisikan sebagai sejauh mana individu memiliki kesempatan untuk secara sukarela membentuk baru dan mengakhiri hubungan lama dalam konteks tertentu. Schug 2010 menjelaskan bahwa relational mobility juga dapat bervariasi dalam suatu masyarakat tunggal dalam Shug, 2010: 4. Faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk tingkat relational mobility seseorang. Orang belajar melalui orang tua, guru, dan figur lainnya tentang baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, orang kemudian mengembangkan standar yang dapat digunakan dalam melakukan relational mobility pada masing-masing individu. 2.2.2.3 Self Disclosure Menurut Altman dkk 1973 secara umum hubungan dapat dipertahankan oleh komitmen kepada mitra satu sinyal. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah melalui self disclosure, yang dikenal untuk meningkatkan keinginan dan keintiman dalam hubungan dekat. Atau sebagai kelebihan dari diri pribadi untuk bertukar informasi sensitif kepada pribadi yang lain, pengungkapan diri dapat menimbulkan komitmen karena menunjukkan kesediaannya untuk menjadi teman. Penanda yang berbeda kepercayaan dan komitmen dalam hubungan Schug dkk, 2010. Dalam masyarakat yang tinggi dalam relational mobility, hubungan dapat dibubarkan jika tidak dikelola dengan baik, sehingga strategis dan menguntungkan untuk mencurahkan waktu dan energi terhadap pemeliharaan kebtuhan mereka. Menurut Schug 2010 perbedaan budaya dicatat sebelumnya dalam keterbukaan diri akan dijelaskan oleh perbedaan sosial dalam relational mobility. Selanjutnya, karena relational mobility juga dapat bervariasi dalam suatu masyarakat tunggal, Schug memprediksikan bahwa relational mobility akan berdampak pada pengungkapan diri bahkan dalam budaya tunggal, dengan tingkat yang lebih tinggi dari pengungkapan diri terkait dengan peningkatan motivasi untuk memperkuat hubungan seseorang. Schug dkk 2010 menyimpulkan bahwa masyarakat dan konteks sosial yang tinggi dalam relational mobility di mana hubungan dapat dibentuk dan dibubarkan relatif mudah menghasilkan insentif kuat untuk pengungkapan diri sebagai perangkat komitmen sosial. 2.2.2.4 Mitra Baru Sebagai mitra baru umumnya tersedia dalam konteks relational mobility tinggi, tenaga yang dikeluarkan oleh mitra saat ini relatif rendah. Sebaliknya, dalam konteks sosial relational mobility rendah di mana hubungan interpersonal yang stabil dan mitra baru umumnya tidak tersedia, ada downside menonjol terkait dengan mengungkapkan informasi yang berpotensi menyebabkan reputasi negatif, dan pengucilan sosial pada akhirnya. Meskipun pengucilan sosial adalah fenomena benar-benar menyakitkan bahkan dalam budaya mobilitas tinggi. konsekuensi sangat parah dalam masyarakat mobilitas rendah mengingat sulitnya membentuk hubungan baru, dan dengan demikian kemungkinan berbeda terus isolasi sosial berikut pengecualian dari hubungan atau kelompok dalam Schug 2010. Dengan adanya mitra baru secara automatis memberikan pilihan pada dewasa untuk melakukan relational mobility. Jika tidak ada mitra baru, maka para dewasa tidak mungkin bisa melakukan relational mobility karena tidak adanya pilihan lain. Berdasarkan penjelasan diatas, faktor-faktor yang mempengaruhi relational mobility menghasilkan individu memiliki relational mobility tinggi dan ada juga yang memiliki relational mobility rendah. Schug 2010 menyimpulkan bahwa budaya Asia Timur memiliki relational mobility yang rendah dibandingkan Amerika Utara. Menurut Schug dkk 2012: 4 jumlah usaha yang diperlukan untuk mempertahankan hubungan berkomitmen di masyarakat lebih besar pada relational mobility yang tinggi misalnya Amerika Utara, dibandingkan mereka yang memiliki relational mobility lebih rendah seperti Jepang. Karena kebebasan relatif untuk membentuk baru dan mengakhiri hubungan lama, komitmen sosial dalam budaya relational mobility tinggi relatif rapuh. Dengan demikian, individu harus menginvestasikan waktu dan energi untuk mempertahankan hubungan mereka, jika tidak mereka mungkin memburuk dan berakhir. Dalam masyarakat relational mobility tinggi, hubungan dapat dibubarkan jika tidak dikelola dengan baik, sehingga sangat strategis dan menguntungkan untuk mencurahkan waktu dan energi terhadap pemeliharaan kebutuhan pribadi mereka. Dalam masyarakat yang rendah dalam relational mobility di mana hubungan yang lebih stabil, namun, ada sedikit kebutuhan untuk aktif berinvestasi usaha dalam mempertahankan hubungan. Dengan demikian, strategi pemeliharaan hubungan harus memiliki kurang utilitas dalam konteks mobilitas rendah. Schug dkk 2012: 4 menyimpulkan dalam masyarakat yang memiliki relational mobility rendah di mana hubungan yang lebih stabil, namun ada sedikit kebutuhan untuk aktif berinvestasi usaha dalam mempertahankan hubungan. Dengan demikian, strategi pemeliharaan hubungan harus dimiliki dalam konteks mobilitas rendah. Menurut Schug 2010 meskipun konstruksi teori yang relatif baru dalam literatur psikologis, berbagai penelitian telah memberikan bukti bahwa relational mobility lebih rendah dalam budaya Asia Timur dari pada di Amerika Utara. Dan persepsi relational mobility pada masing-masing orang di Jepang dan Amerika Serikat konsisten dengan bukti-bukti ini.

2.3 Mobilitas Sosial Rendah