Penentuan Bobot Politik Kerangka Konseptual 1. Kegagalan Pasar dan Kegagalan Pemerintah

Pada tingkat ekonomi mikro, adanya kegagalan pasar pada sistem ekonomi menyebabkan berbagai aktor ekonomi berpotensi menjadi pencari rente dalam sistem politik yang juga tidak sempurna untuk kemudian menciptakan kegagalan pemerintah government failure sehingga mempengaruhi kondisi ekonomi mikro lebih lanjut. Hal ini berarti menambah tingkat kegagalan pasar pada sistem ekonomi. Model tersebut menunjukkan terdapat hubungan kausalitas struktural antara faktor dalam sistem ekonomi dengan faktor dalam sistim politik. Namun demikian tidak ada otomatisasi dalam model karena tidak semua produsen yang menghadapi kegagalan pasar akan mendapatkan rente ekonomi. Keseimbangan politik antara supplier dan demander kebijakan ditentukan oleh besarnya pengeluaran lobi dari sisi permintaan dan bagaimana distribusinya diantara politisi, birokrat, produsen dan konsumen Nedergaard, 2006.

3.2.2. Penentuan Bobot Politik

Kenyataan bahwa informasi mengenai pengeluaran lobi oleh berbagai kelompok kepentingan di satu negara tidak tersedia mengakibatkan estimasi langsung bobot politik relatif masing-masing kelompok tidak dapat dilakukan. Alternatifnya adalah dengan mengunakan pendekatan tidak langsung revealed preference untuk memperoleh bobot implisit berdasarkan harga yang teramati. Berdasarkan pendekatan ini pemerintah memaksimumkan fungsi preferensi politik FPP dan menunjukkan preferensinya melalui kebijakan yang dipilih Sarker, et al., 1993. Pada penelitian ini kelompok kepentingan sebagai unit analisis dibagi kedalam tiga kelompok yaitu produsen, konsumen, dan pemerintah. Penentuan bobot politik dari masing-masing kelompok mengacu pada hasil derivasi FPP seperti yang dilakukan Lee and Kennedy 2007. Jika P S , P D dan P W masing- masing menyatakan harga di tingkat produsen, konsumen, dan dunia border price, maka manfaat neto bagi produsen pada harga P S, bukannya P W, adalah sebesar perubahan surplus produsen dan besarnya manfaat bagi konsumen yang berasosiasi dengan deviasi harga P W ke P D dinyatakan sebagai perubahan surplus konsumen. Sementara itu pengeluaran neto pemerintah GE dinyatakan sebagai: M P Q P Q P GE W D D S S + − = β α 3.9 dengan Q S , Q D , dan M secara berurutan menyatakan tingkat produksi, konsumsi, dan impor neto, dan α, serta β menyatakan proporsi pembelian dan penjualan gula yang dilakukan pemerintah Lee and Kennedy, 2007. Jika pemerintah tidak melakukan pembelian, penjualan dan impor gula maka GE = 0. Fungsi preferensi politik yang dimaksimumkan dinyatakan sebagai: ]}. [ ] {[ , S D W D D S S G P P C P P P P P P S P D P P D P P S P W P P D W P P S W MaxFPP d W S W D S − + − + ∂ + ∂ = ∫ ∫ β α 3.10 Kebijakan yang optimal diperoleh dengan menderivasikan fungsi PPF terhadap masing-masing harga produsen P S dan harga konsumen P D sehingga memenuhi ordo pertama maksimisasi berikut: = − − + = ∂ ∂ S W S G G P S S P P P S W W W P S P PPF α α 3.11 . = − − − = ∂ ∂ W D D G G C D D P P P D W W W P D P PPF β β Agar tetap konsisten dengan maksimisasi fungsi tujuan maka matriks Hessian yang diperoleh dari turunan kedua adalah negative semi definite pada nilai optimal P S dan P D Lee and Kennedy, 2007. Jika hubungan fungsional antara bobot politik dengan harga telah diketahui maka formula penentuan harga domestik endogen endogenous domestic price determination untuk produsen P S dan konsumen P D dinyatakan sebagai G G P S S W S W W W P S P S P P α α α + ′ − = 3.12 . G G C D D W D W W W P D P D P P β β β − ′ − = 3.13 Kedua persamaan tersebut menunjukkan bahwa bobot politik produsen, konsumen, dan pemerintah berperan dalam penentuan harga gula. Jika diasumsikan elastisitas penawaran dan permintaan adalah konstan maka rentang harga optimal yang dinyatakan sebagai persentase dari harga optimal optimal price wedge adalah sebagai berikut: , 1 1 1 G G P S W S W S W W W P P P P P A α α ε α + − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = − = 3.14 . 1 1 1 G G C D W D W D W W W P P P P P B β β η β − + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = − = 3.15 Rentang harga optimal sebagai persentase dari harga produsen A dan dari harga konsumen B merupakan hubungan sederhana dari bobot politik, harga, parameter proporsionalitas, dan elastisitas penawaran , dan elastisitas permintaan η. Persamaan tersebut mengindikasikan peran potensial bobot politik pada setiap intervensi kebijakan harga gula yang dilakukan pemerintah. Jika pembuat keputusan menaikkan bobot politik pemerintah W G maka price wedge produsen meningkat namun price wedge konsumen menurun. Hal ini berarti peningkatan price wedge produsen terjadi atas pengorbanan konsumen Lee and Kennedy, 2007. Derivasi bobot politik untuk masing-masing kelompok kepentingan dilakukan setelah terlebih dahulu diadakan normalisasi pembobotan. Jika 1 = = = G C P W W W merepresentasikan tidak adanya intervensi pemerintah, maka bobot relatif dari masing-masing kelompok kepentingan memenuhi 3 = + + G C P W W W . Untuk penyederhanaan dibangun nilai X dan Y berdasarkan persamaan sedemikian rupa hingga, ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + − = ε α 1 1 1 S W S W S P P P P P X 3.16 , 1 1 1 ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − + − = η β D W D W D P P P P P Y dan dari persamaan optimal price wedge, persamaan 3.14 dan 3.15 serta persamaan normalisasi pembobotan diperoleh, . 1 3 Y X W G βη αε + − = 3.17 Melalui substitusi persamaan 3.17 ke persamaan 3.14 dan 3.15 maka diperoleh W P , W C, dan W G sebagai berikut: Y X X W P βη αε αε + − − = 1 3 3.18 Y X Y W C βη αε βη + − = 1 3 3.19 C P G W W W − − = 3 . 3.20 Dari persamaan 3.18 dan 3.19 diketahui bahwa , ∂ ∂ α P W , ∂ ∂ ε P W , ∂ ∂ β C W . ∂ ∂ η C W Hal ini mengindikasikan bahwa pembuat keputusan memiliki tendensi untuk menambah bobot kemakmuran bagi produsen dan konsumen jika masing-masing kurva penawaran dan permintaan relatif elastis. Sementara itu pengaruh proporsionalitas menunjukkan bahwa pemerintah memberikan bobot kemakmuran kecil pada produsen jika parameter α relatif tinggi, dan hal sebaliknya terjadi untuk kelompok konsumen Lee and Kennedy, 2007.

3.2.3. Spesifikasi Fungsi Permintaan dan Penawaran Gula