2.2.3 Upaya Pelaksanaan Aktivitas dalam Pembelajaran
Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini dipilih tiga
alternatif pendayagunaan saja, yaitu: Pertama, pelaksanaan aktivitas pemebelajaran dalam kelas. Asas aktivitas
dapat dilaksanakan dalam setiap kegiatan tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan
kelompok kecil, belajar independen. Kedua, pelaksanaan pembelajaran sekolah masyarakat. Dalam pelaksanaan
pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas ke dalam masyarakat, melalui metode karya wisata, survei, kerja pengalaman, pelayanan masyarakat,
berkemah, berproyek dan sebagainya. Ketiga, pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan cara
belajar siswa aktif. Pembelajaran dilaksanakan dengan titik berat pada aktivitas siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan narasumber, yang memberikan
kemudahan bagi siswa untuk belajar Hamalik, 2008:176.
2.3 Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk
memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari konteks pribadi, sosial, dan kultural, sehingga siswa memiliki
pengetahuan ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkontruksi sendiri secara aktif pemahamannya Jauhar, 2011:181.
Menurut Suprijono
2009:82 pembelajaran
kontekstual adalah
pembelajaran yang mengembangkan level kognitif tingkat tinggi. Pembelajaran ini melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan
data, memahami suatu isu, dan memecahkan masalah. Blanchard dalam Suprijono, 2009:83 membandingkan pola pembelajaran
tradisional dan kontekstual sebagai berikut:
Pengajaran Tradisional Pembelajaran Kontekstual
Menyandarkan pada hafalan Menyandarkan pada memori spesial
Berfokus pada satu bidang disiplin Mengintegrasikan berbagai bidang
disiplin atau multidisiplin Nilai informasi bergantung pada guru
Nilai informasi berdasarkan kebutuhan peserta didik
Memberikan informasi kepada peserta didik sampai pada saatnya dibutuhkan
Menghubungkan informasi
baru dengan
pengetahuan yang
telah dimiliki peserta didik
Penilaian hanya untuk akademik formal berupa ujian
Penilaian autentik melalui penerapan praktis pemecahan problem nyata
2.3.1 Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Strategi berupa urut-urutan kegiatan yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan tertentu. Dalam buku
karangan Tri Bowo, 2011:1. 1. Gerlach dan Ely 1980 menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
2. Dick dan Carey 1990 menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan
belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
3. J.R David menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang guru
untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga pembelajarannya lebih interaktif, berkesan dan menyenangkan sehingga peserta didik aktif berpartisipasi
dalam proses pembelajaran, yang hasil akhirnya peserta didik memahami materi yang diajarkan dan tidak mudah terlupakan.
Berdasarkan Center for Occupational Research Development CORD dalam Suprijono 2009:83 penerapan strategi pembelajaran kontekstual
dugambarkan sebagai berikut: 1. Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajari bermakna.
2. Experiencing , belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik berproses
secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari
apa yang dipelajarinya. 3. Applying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan
yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatanya. 4. Cooperating, belajar merupakan proses klaborasi dan kooperatif melalui
belajar berkelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan inter subjektif. 5. Transferring,
belajar menekankan
pada terwujudnya
kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, strategi REACT Relating, Experiencing, Applying, Cooperatting, Transfering merupakan strategi
yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran kontekstual, karena pada hakikatnya pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan materi yang diajar dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pada tahap cooperatting dalam REACT, yaitu pelaksanaan bekerja sama dalam kelompok dapat menerapkan pembelajaran
kooperatif cooperative learning.
2.3.2 Komponen Pembelajaran Kontekstual
Menurut Jauhar 2013:184, menyebutkan bahwa ada tujuh komponen pembelajaran kontekstual dapat diaplikasikan sebagai berikut:
a. Kontruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan
tertentu. b. Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik
oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru di gunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara
berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan perwujudan keingintahuan.
c. Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis,
kemudian membangun teori atau konsep.
d. Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan.
e. Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemonstrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model
yang diberikan. f.
Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui,
dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan.
g. Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukan kemampuan pengetahuan, ketrampilan, sikap siswa secara nyata. Penekanan
pembelajaran otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi diakhir
periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, melalui pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh
siswa.
2.3.3 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Jauhar 2013:189, menyebutkan ada sebelas karakteristik pembelajaran kontekstual antara lain:
1. Kerja sama 2. Saling menunjang
3. Menyenangkan, tidak membosankan 4. Belajar dengan bergairah
5. Pembelajaran terintegrasi 6. Menggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif 8. Sharing dengan teman
9. Siswa kritis guru kreatif 10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasilkerja siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor dan lain-lain 11. Laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain
2.4 Metode Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray TSTS