Pengaruh Paradigma Perilaku Sosial

2. Faktor-faktor pribadi. Termasuk di dalamnya ciri-ciri khas individu. Seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain-lain. 3. Faktor perbedaan kurtural Persepsi orang terhadap objek atau peristiwa dapat bersifat positif terhadap suatu objek atau peristiwa dapat bersifat positif terhadap suatu objek atau peristiwa tersebut, sebaliknya bila individu mempunyai persepsi yang negatif suatu objek, maka ia cenderung bersikap tingkah laku negatif pula terhadap objek atau peristiwa tersebut.

2.6. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu orang, benda yang membentuk watak, kepercayaan, dan perbuatan seseorang. kamus besar bahasa Indonesia 2002: 849. Sedangkan menurut Badudu 1994: 1031 pengaruh juga berarti 1 Daya yang menyebabkan sesuatu terjadi; 2 Sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain; 3 Tunduk atau mengikuti karena kekuatan orang lain. Segala hal yang ada disekitar individu, baik berupa benda hidup, benda mati, benda konkret, dan benda abstrak bisa menjadi pengaruh bagi perkembangan fisik dan psikis individu itu sendiri. Hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar dan selalu terjadi dikehidupan seseorang, yang perlu diperhatikan adalah keberadaan pengaruh dalam proses perkembangan tersebut. Pengaruh memang sulit untuk didefinisikan dengan gamblang karena cakupannya yang sangat luas dan bentuknya yang abstrak. Pengaruh memang tidak bisa diartikan secara harafiah, tetapi istilah pengaruh akan mudah dipahami saat telah diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Pengaruh tidak bisa menjalankan fungsinya dengan maksimal bila seseorang tidak menjalankan perannya sebagai makhluk sosial di masyarakat. Itu sebabnya konsep makhluk sosial juga menjadi salah satu hal yang pelu diperhatikan dalam pemberian dan penerimaan pengaruh.

2.7. Paradigma Perilaku Sosial

B.F. Skinner sebagai pemuka paradigma perilaku sosial telah menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme ke dalam sosiologi. Gagasan teoritis dan praktek yang dilakukannya memegang peranan penting dalam pengembangan sosiologi behaviorisme. Dasar pemikiran paradigma ini adalah melihat paradigma Fakta Sosial dan Definisi Sosial sebagai perspektif yang bersifat mistik, dalam arti mengandung persoalan teka-teki atau tidak dapat diterangkan secara rasional. Hal ini tampak pada objek studi struktur sosial dan pranata sosial dalam paradigma fakta sosial serta objek studi pemikiran manusia yang kreatif terhadap suatu rangsangan atau stimulus dari luar dirinya dalam paradigma definisi sosial. Contoh mistik dalam fakta sosial adalah pada konsep “kultur”, bahwa dalam pandangan Skinner orang tidak dapat melihat ide dan nilai-nilai dalam mempelajari masyarakat. Demikian pula “kebudayaan” sebagai tingkah laku yang terpola dalam definisi sosial. Untuk memahami tingkah laku terpola tidak diperlukan konsep-konsep ide dan nilai- nilai. Bagi Skinner yang jelas terlihat adalah bagaimana manusi hidup, memelihara anak, berpakaian, dan mengatur kehidupan bersama. Menurut Skinner objek studi kedua paradigma tersebut jelas menjauhkan sosiologi dari objek studi berupa barang sesuatu yang konkret. Objek studi sosiologi yang konkret dan realistis itu adalah perilaku manusia yang tampak serta kemungkinan perulangannya behavior of man and contingencies of reinforcement. Orientasi teoretis paradigma perilaku sosial adalah memusatkan kapada tingkah laku individu dalam lingkungannya yang menimbulkan akibat perubahan terhadap tingkah laku berikutnya. Jadi terdapat hubungan fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan aktor. Lingkungan yang dimaksud terdiri atas macam-macam objek sosial dan objek non-sosial. Sedangkan metode yang sering digunakan pada paradigma ini adalah eksperimental yang memungkinkan untuk mengontrol dan menilai pengukuran bersifat individual. Penganut paradigma ini memusatkan perhatian kepada proses interaksi tetapi berbeda dengan proses interaksi pada paradigma definisi sosial yang menganggap aktor sebagai individu yang dinamis dan kreatif dalam proses interaktif. Dalam perilaku sosial aktor kurang memiliki kebebasan, tanggapan yang diberikan atas stimulus dari luar ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang datang dari luar. Jadi tingkah laku aktor lebih bersifat mekanis karena dibingkai oleh lingkungan. Mengenai perbedaan antara paradigma perilaku sosial dengan paradigma fakta sosial terletak pada sumber pengendalian tingkah laku aktor. Dalam paradigma fakta sosial perilaku aktor dipengaruhi stimulus dari luar dan bersifat memaksa, baik yang bersifat material barang yang nyata ada maupun nonmaterial barang sesuatu yang dianggap ada, sedangkan dalam paradigma perilaku sosial tingkah laku aktor dalam lingkungannya yang menimbulkan akibat perubahan terhadap tingkah laku berikutnya. Hal ini akan dijawab lewat teori-teori dalam paradigma perilaku sosial. Teori-teori dalam paradigma perilaku sosial adalah teori Behavior Sociology, teori Exchange Theory Teori Pertukaran. Teori-teori tersebut dapat ditemukan pada karya-karya BF. Skinner, George Homan, Peter Blau. Sebelum membahas paradigma terpadu barangkali perlu dipaparkan secara sekilas perbedaan dari ketiga paradigma di atas ketika memperlakukan manusia sebagai individuaktoragen. Paradigma fakta sosial memandang bahwa perilaku manusia dikontrol oleh berbagai nilai, norma, berbagai alat pengendali sosial. Jadi perilakunya kreatif ditentukan oleh kendala-kendala sosial dari luar dirinya. Paradigma perilaku sosial memandang bahwa perilaku manusia selalu dikendalikan oleh kemungkinan penggunaan kekuasaan atau kekuatan re- enforcement sehingga aktor tidak bisa berkreasi dan benar-benar tidak berdaya. Paradigma definisi sosial justru memperlakukan manusia sebagai aktor pelaku aktif, kreatif dan memiliki kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan perilakunya Ritzer, 1975: 142-183.

2.8. Perilaku