Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Total Aset Bank

0,8517. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata yang digunakan. Hal ini berarti model terbebas dari masalah autokorelasi. Pada penelitian ini digunakan AR1. Tujuan penggunaan AR adalah untuk menghilangkan masalah autokorelasi yang muncul pada model.

5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Total Aset Bank

Syariah. Tahap selanjutnya yang harus dilakukan setelah melakukan uji stasioneritas dan uji ekonometrika adalah melakukan interpretasi terhadap hasil dugaan persamaan total aset pada Bank Syariah di Indonesia Tabel 5.2. Pada tahap ini terdapat dua kriteria yang harus dipenuhi, kriteria tersebut adalah kriteria statistik dan kriteria ekonomi. Berdasarkan Tabel 5.2, diperoleh persamaan sebagai berikut : Log TA = -0,0198 + 0,0084 ROA t + 0,0015 CAP t-4 + 0,2757 JKB t-1 + 0,6656 JKB t-2 + 0,9975 log GDP t-3 – 0,0068 I_Riil t-5 -0,0007 Log NPF – 0,0094 INF + 0,0043 Dummy – 0,6251 AR1 Untuk memenuhi kriteria statistik, terdapat tiga uji yang harus dilakukan. Uji tersebut adalah uji F, uji t, dan uji tingkat kesesuaian. Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh atau tingkat signifikansi seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya secara serentak atau bersama-sama. Tingkat signifikansi dapat dilihat dari nilai probabilitas F-statistik. Pada Tabel 5.2. di atas nilai probabilitas F-statistik adalah sebesar 0,0000, nilai ini jauh lebih kecil dari taraf nyata α yang digunakan yaitu sebesar 10 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa minimal ada satu variabel bebas yang mempengaruhi variabel tak bebasnya. Uji kedua yang harus dilakukan adalah Uji t, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui ketepatan model dan mengetahui tingkat signifikansi dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Sama seperti pada uji F, tingkat signifikansi dapat dilihat dari nilai probabilitas, bedanya nilai probabilitas yang dilihat adalah nilai probabilitas masing-masing variabel tersebut. Dari Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa tidak semua variabel signifikan pada taraf nyata α yang digunakan, yaitu sebesar 10 persen. Uji ketiga yang harus dilakukan untuk memenuhi kriteria statistik adalah Uji tingkat kesesuaian. Uji tingkat kesesuaian dari model estimasi total aset yang ditandai oleh koefisien determinasi R 2 sebesar 0,7202 menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang terdiri dari Cap, I_Riil, JKB, ROA, Log GDP, Log NPF, INF dan Dummy mampu menjelaskan keragaman variabel tak bebasnya, yaitu log TA sebesar 72,02 persen, sedangkan sisanya sebesar 27,98 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Setelah kriteria ekonometrika dan kriteria statistik terpenuhi maka kriteria berikutnya yang harus terpenuhi adalah kriteria ekonomi. Kriteria ini dilakukan untuk mengetahui kecocokan tanda dan nilai koefisien penduga dengan teori ekonomi yang berlaku. Pada penelitian ini, karena total aset stasioner pada first difference dan menggunakan log maka dapat dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset Gujarati, 2003. Sebagaimana dijelaskan di muka, setiap perusahaan terkait dengan lingkungan eksternalnya, dimana terbagi menjadi dua yaitu lingkungan luar yang bersifat luas Remote Environment atau faktor makro dan lingkungan industri atau faktor mikro. Dalam penelitian ini, yang merupakan faktor makro adalah pertumbuhan ekonomi GDP, tingkat suku bunga riil bank konvensional, tingkat inflasi serta Dummy Fatwa. Sedangkan sisanya yaitu ROA, modal, jumlah jaringan serta tingkat kredit macet merupakan lingkungan mikro. Menurut Gujarati 2003, elastisitas dari fungsi log-linier model merupakan perkalian antara nilai koefisien dari masing-masing variabel bebas dengan angka 100. Sehingga dapat dilihat bahwa variabel ROA memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan total aset, yang secara statistik signifikan pada taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar 10 persen. Nilai elastisitas ROA adalah sebesar 0,84 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa peningkatan ROA sebesar 1 persen akan menyebabkan total aset tumbuh sebesar 0,84 persen. Hubungan ini sesuai dengan teori yang diharapkan, karena ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas dari Bank Syariah yang menunjukkan kemampuan bank untuk menghasilkan laba. Sementara itu, pada persamaan estimasi di atas dapat dilihat bahwa variabel CAP empat periode yang lalu menunjukkan tanda yang sesuai dengan hipotesis bahwa semakin besar modal maka akan dapat mendukung pertumbuhan aset. Nilai probabilitas yang tidak signifikan pada taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar 10 persen diduga disebabkan oleh relatif kecilnya rasio modal terhadap total aset. Hal ini dapat dilihat dari nilai perubahan CAP pada empat periode yang lalu memiliki nilai elastisitas sebesar 0,1509 dimana perubahan CAP sebesar 1 persen akan mengakibatkan pertumbuhan total aset sebesar 0,1509 persen. Selain ROA dan CAP, variabel lain yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan total aset adalah JKB, yang secara statistik signifikan pada derajat kepercayaan 10 persen. Besar elastisitas dari variabel JKB adalah sebesar 94,1318 yang berarti jika JKB meningkat sebesar 1 unit maka pertumbuhan total aset akan meningkat sebesar 94,1318 persen. Hasil ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Vennet 1999, yang menyatakan bahwa apabila JKB bank asing meningkat sebesar 1 unit maka akan menyebabkan pertumbuhan total aset menurun. Perbedaan hipotesa ini disebabkan akan adanya perbedaan persepsi dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya, variabel JKB yang dinyatakan dalam BRANCH menyatakan bahwa pertumbuhan bank di negara- negara yang sedang berkembang akan lebih mudah dicapai atau lebih pesat di negara-negara dengan tingkat kesulitan yang relatif tinggi bagi cabang bank asing yang ingin memasuki industri perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian sebelumnya JKB telah mewakili hambatan masuk, dimana tingkat kepadatan bank yang semakin tinggi telah menyebabkan sulitnya bank asing untuk masuk. Adanya hubungan yang berbeda ini sudah sesuai dengan hipotesa yang diharapkan, dimana dengan pertambahan 1 unit JKB akan mengakibatkan total aset mengalami pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Antonio 2001 yang menyatakan bahwa luasnya jumlah jaringan kantor akan meningkatkan efisiensi usaha dan meningkatkan kompetisi kearah peningkatan kualitas pelayanan dan mendorong inovasi produk dan jasa perbankan Syariah. Selain itu pengembangan jaringan kantor Bank Syariah diperlukan dalam rangka perluasan jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Variabel pertumbuhan GDP tiga periode yang lalu berpengaruh terhadap pertumbuhan total aset secara signifikan. Koefisien pertumbuhan GDP total yaitu sebesar 0.9975 yang artinya ketika terjadi pertumbuhan GDP sebesar 1 persen pada tiga periode yang lalu akan mengakibatkan pertumbuhan total aset meningkat sebesar 0.9975 persen. Hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas ini sudah sesuai dengan teori, dimana semakin tinggi pertumbuhan GDP semakin kondusif perekonomian suatu negara sehingga akan menurunkan tingkat kredit macet yang pada akhirnya akan meningkatkan total aset. Variabel berikutnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan total aset adalah I_Riil. I_Riil yang digunakan disini adalah tingkat suku bunga bank konvensional lima periode yang lalu. Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 5.2, dapat dilihat bahwa variabel ini berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen. Besar koefisien total variabel ini adalah -0,0068, yang berarti ketika I_Riil lima periode yang lalu mengalami perubahan sebesar 1 persen akan menurunkan pertumbuhan total aset sebesar 0,68 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang digunakan, dimana apabila tingkat suku bunga bank konvensional lebih tinggi daripada nisbah bagi hasil Bank Syariah maka konsumen cenderung memilih menyimpan dananya di bank konvensional, demikian pula sebaliknya apabila nisbah bagi hasil Bank Syariah lebih tinggi daripada tingkat suku bunga bank konvensional maka konsumen cenderung memilih menyimpan dananya di Bank Syariah. Selain variabel di atas, variabel lain yang mempengaruhi pertumbuhan total aset adalah pertumbuhan tingkat kredit macet pada Bank Syariah pada tiga periode yang lalu atau yang biasa disebut NPF yang signifikan pada taraf nyata 10 persen. Nilai elastisitas NPF adalah sebesar -0,0007 yang artinya pertumbuhan NPF tiga periode yang lalu sebesar 1 persen akan mempengaruhi pertumbuhan total aset ke arah yang negatif sebesar 0,0007 persen. Hubungan kedua variabel ini juga sesuai dengan hipotesis yang digunakan yang menyatakan bahwa peningkatan NPF akan menurunkan pertumbuhan total aset. Selanjutnya, variabel lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhan total aset adalah inflasi. Variabel tersebut signifikan pada taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen dengan besar elastisitas variabel adalah -0,9415, artinya setiap peningkatan inflasi sebesar 1 persen akan menurunkan pertumbuhan total aset sebesar 0,9415 persen. Hubungan kedua variabel ini juga sudah sesuai dengan hipotesis yang digunakan yang menyatakan apabila inflasi di suatu negara tinggi maka akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan total aset. Variabel terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah dummy fatwa MUI yang diberlakukan mulai bulan November 2003 yang menyatakan bahwa bunga bank haram. Variabel ini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan total aset pada taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar 10 persen. Hal ini diduga disebabkan dua hal yaitu kurangnya penjelasan secara resmi dari pihak MUI tentang adanya fatwa tersebut. Faktor kedua yang menyebabkan fatwa tersebut tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan Bank Syariah adalah sifat dari konsumen Bank Syariah itu sendiri, dimana konsumen Bank Syariah didominasi oleh konsumen rasional dan bukan konsumen emosional. Menurut Pontjowinoto 2003, konsumen rasional adalah konsumen yang melakukan transaksi perbankan dalam industri perbankan Syariah karena faktor rasionalitas dalam mencari keuntungan yang lebih tinggi. Misalkan nisbah bagi hasil Bank Syariah lebih tinggi bila dibandingkan tingkat suku bunga bank konvensional, maka mereka akan mengalihkan dana yang mereka miliki pada Bank Syariah, dan begitu pula sebaliknya, apabila nisbah bagi hasil Bank Syariah lebih rendah bila dibandingkan tingkat suku bunga bank konvensional, maka mereka akan mengalihkan dana yang mereka miliki pada bank konvensional. Adapun pengertian konsumen emosional yaitu konsumen yang melakukan transaksi perbankan dalam industri perbankan Syariah karena faktor keyakinan dan ideologi yang dianutnya yang menyatakan bahwa bunga bank bersifat haram karena termasuk riba, sehingga melakukan transaksi dengan perbankan konvensional juga termasuk hal yang tidak diperbolehkan. Konsumen ini tidak mempedulikan kualitas, pelayanan, ketepatan maupun tingkat bagi hasil yang ditawarkan Bank Syariah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia tentang “Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Pulau Jawa”. Dalam Pokok-Pokok Hasil Penelitian, butir 5 disebutkan bahwa faktor-faktor dominan yang memotivasi masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan Syariah untuk masyarakat Jawa Barat dan Jawa Timur adalah faktor kualitas pelayanan dan kedekatan lokasi bank dari pusat kegiatan, sedangkan faktor pertimbangan keagamaan yaitu masalah halal maupun haram bukanlah menjadi faktor penting dalam mempengaruhi kecenderungan menggunakan jasa Bank Syariah.

5.3. Implikasi Kebijakan