dan penyaluran zakat, infaq dan sodaqoh, pembayaran gaji melalui tabungan SiAga Wadiah dan sebagainya.
7. Bank Internasional Indonesia BII
BII cabang syariah didirikan pada bulan November 2003. BII Syariah hadir sebagai unit usaha BII yang menjalankan operasionalnya secara profesional
berdasarkan prinsip-prinsip syariah dibawah pengawasan Dewan Pengawas Syariah. Hingga akhir Agustus 2005, BII cabang Syariah telah memiliki 1 kantor
pusat, 1 kantor cabang, dan 3 kantor cabang pembantu yang tersebar di seluruh Indonesia.
4.2.2. Perkembangan Bank Syariah
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia hingga saat ini terus mengalami kemajuan. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah total aset pada
Bank Syariah. Total aset selain menunjukkan ukuran besar kecilnya suatu perusahaan atau industri juga merupakan salah satu indikator keuangan yang
sangat penting pada Bank Syariah. Perkembangan Total Aset Bank Syariah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.1.
40 80
120
De c-
00 M
ar -0
1 Ju
n- 01
Se p-
01 De
c- 01
M ar
-0 2
Ju n-
02 Se
p- 02
De c-
02 M
ar -0
3 Ju
n- 03
Se p-
03 De
c- 03
M ar
-0 4
Ju n-
04 Se
p- 04
De c-
04 M
ar -0
5 Ju
n- 05
periode
n ilai
m ily
a r R
p
Sumber DPS-BI, 2005.
Gambar 4.1. Perkembangan Total Aset Bank Syariah di Indonesia
Berdasarkan Tabel 4.1, sepanjang periode penelitian yaitu bulan Desember 2000 sampai Agustus 2005 total aset Bank Syariah terus mengalami peningkatan
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.1. Pertumbuhan yang paling drastis terjadi pada bulan Juli 2003.
Return On Asset ROA yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
persentase laba dan rugi tahun berjalan terhadap total aset pada Bank Syariah. Selama periode penelitian, ROA bergerak secara fluktuatif lihat Gambar 4.2.
-5.00 -4.00
-3.00 -2.00
-1.00 0.00
1.00 2.00
De c-0
Ma r-
01 Ju
n- 01
Se p-
01 D
ec- 01
M ar
-0 2
Ju n-
02 Sep
-0 2
D ec-
02 Ma
r- 03
Ju n-
03 Se
p- 03
De c-
03 Ma
r- 04
Ju n-
04 Se
p- 04
D ec-
04 M
ar -0
5 Ju
n- 05
periode ni
la i
p e
r se
n
Sumber DPS-BI, 2005.
Gambar 4.2. Perkembangan ROA Bank Syariah di Indonesia
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa ROA Bank Syariah mengalami peningkatan yang sangat drastis pada peiode Desember 2001. Pada
periode selanjutnya, ROA Bank Syariah mengalami peningkatan dan penurunan secara fluktuatif. Baru pada periode Juni 2005 ROA Bank Syariah mengalami
penurunan secara drastis.
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
De c-0
M ar
-0 1
Ju n-
01 Se
p- 01
De c-0
1 M
ar -0
2 Jun
-0 2
Se p-
02 De
c- 02
M ar-
03 Jun
-0 3
Se p-
03 D
ec- 03
M ar
-0 4
Jun -0
4 Se
p- 04
D ec-
04 M
ar -0
5 Jun
-0 5
periode n
ila i
p e
r se
n
Sumber DPS-BI, 2005.
Gambar 4.3 Perkembangan CAP di Indonesia
CAP merupakan rasio kapital terhadap aset. Sepanjang periode penelitian, CAP mengalami penurunan secara terus-menerus. Penurunan drastis variabel
CAP dialami pada periode Juni 2002. Selama periode penelitian, GDP_Riil yang merupakan ukuran jumlah
output suatu negara terus mengalami pergerakan secara fluktuatif lihat Gambar 4.4. Pada periode awal penelitian, GDP_Riil terus mengalami peningkatan. Baru
pada periode Maret 2002, GDP_Riil mengalami penurunan. Pada periode selanjutnya, GDP_Riil mengalami peningkatan yang jauh lebih besar daripada
tingkat penurunan periode Maret 2002. Pada periode Maret 2003, GDP_Riil kembali mengalami penurunan. Adanya penurunan nilai output yang tidak terlalu
besar ini dapat diimbangi dengan peningkatan pada periode selanjutnya. Setelah mengalami peningkatan, GDP_Riil kembali mengalami penurunan pada bulan
Maret 2004 dan meningkat lagi pada periode selanjutnya.
50000 100000
150000 200000
250000 300000
350000 400000
450000 500000
D ec
-0 M
ar- 01
Ju n-
01 Se
p- 01
D ec
-0 1
M ar
-0 2
Ju n-
02 Se
p- 02
D ec
-0 2
M ar-
03 Ju
n- 03
Se p-
03 D
ec -0
3 M
ar- 04
Ju n-
04 Se
p- 04
D ec
-0 4
M ar-
05 Ju
n- 05
periode
n ila
i m
il y
a r
R p
Sumber DPS-BI, 2005.
Gambar 4.4. Perkembangan GDP_Riil di Indonesia
JKB merupakan jumlah kantor bank perkapita. Variabel ini menyatakan tingkat kepadatan populasi bank, yang menunjukkan ketersediaan bank untuk
melayani jumlah penduduk suatu negara. Perkembangan jumlah kantor bank perkapita ditunjukkan pada Gambar 4.5.
0.0000 0.0005
0.0010 0.0015
0.0020 0.0025
D ec
-0 Ma
r- 01
Ju n-0
1 Se
p-01 De
c- 01
Ma r-
02 Ju
n- 02
Se p-
02 D
ec -0
2 Ma
r- 03
Ju n-0
3 Se
p-03 De
c- 03
Ma r-
04 Ju
n- 04
Se p-
04 D
ec -0
4 M
ar -0
5 Ju
n-0 5
periode uni
t k
a pi
ta
Sumber DPS-BI, 2005.
Gambar 4.5. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah di Indonesia
Berdasarkan Gambar 4.5, perkembangan jumlah kantor bank per kapita tiap periode terus mengalami peningkatan. Peningkatan drastis variabel JKB
terjadi pada periode September 2003. Walaupun dalam perkembangannya variabel ini terus mengalami peningkatan, akan tetapi dalam penyebarannya di
Indonesia belum merata lihat Tabel 4.2. Apabila masalah ini tidak diatasi maka akan menghambat pertumbuhan total aset Bank Syariah.
Tabel 4.2. Penyebaran Kantor Bank Berdasar Prinsip Syariah Menurut Pulau per Desember 2002
.
Pulau KP KC KCP
KK Jumlah
Jawa 2 51 8 45
84
Sumatra
- 15 - 6 15
Kalimantan - 6 - 3 7
Sulawesi - 3 - 2 4
Lainnya
- 0 - 0 -
Total 2 75 8 56 110
Sumber : Direktorat Perbankan Syariah BI, 2002. Ket: Termasuk kantor bank umum konvensional yang memiliki UUS
KP = Kantor Pusat KCP = Kantor Cabang Pembantu
UUS = Unit Usaha Syariah KK = Kantor Kas
KC = Kantor Cabang
Berdasarkan Tabel 4.2, jaringan Bank Syariah yang berada di pulau Jawa masih lebih banyak dibanding jaringan Bank Syariah yang ada diluar pulau Jawa
yaitu sebanyak 2 buah untuk kantor pusat, 51 buah untuk kantor cabang, 8 buah untuk kantor cabang pembantu, dan 45 buah untuk kantor kas. Sedangkan
jaringan Bank Syariah yang ada di luar pulau Jawa adalah sebanyak 33 buah untuk kantor pusat, 24 buah untuk kantor cabang, dan 11 buah untuk kantor kas.
I_Riil merupakan tingkat suku bunga deposito berjangka pada bank konvensional untuk jangka waktu 3 bulan yang sudah disesuaikan dengan tingkat
inflasi. Perkembangan variabel I_Riil ditunjukkan pada Gambar 4.6.
-10.00 -8.00
-6.00 -4.00
-2.00 0.00
2.00 4.00
6.00 8.00
D ec-
00 Ma
r- 01
Ju n-
01 Se
p- 01
D ec-
01 Ma
r- 02
Ju n-
02 Se
p- 02
D ec-
02 Ma
r- 03
Ju n-
03 Se
p- 03
D ec-
03 Ma
r- 04
Ju n-
04 Se
p- 04
D ec-
04 Ma
r- 05
Ju n-
05
periode ti
ng ka
t s u
k u
bu ng
a p
e r
se n
Sumber DPS-BI, 2005.
Gambar 4.6. Tingkat Suku Bunga Bank Konvensional di Indonesia
Berdasarkan Gambar 4.6, I_Riil terus mengalami fluktuasi. Semakin tinggi I_Riil maka akan semakin sedikit jumlah nasabah yang menabung di Bank
Syariah, demikian juga sebaliknya semakin rendah I_Riil semakin banyak nasabah yang menabung di Bank Syariah.
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00
Jan -0
1 M
ay -0
1 Se
p- 01
Jan -0
2 M
ay -0
2 Se
p- 02
Ja n-
03 M
ay -0
3 Se
p- 03
Jan -0
4 M
ay -0
4 Se
p- 04
Jan -0
5 M
ay -0
5
pe ri ode n
ilai m
il ya
r R
p
Sumber DPS-BI, 2005.
Gambar 4.7. Perkembangan NPF di Indonesia
Sepanjang periode penelitian, NPF Non Performing Financings yang merupakan istilah yang menyatakan besarnya tingkat kredit macet pada Bank
Syariah bergerak secara fluktuatif lihat Gambar 4.7. Penurunan NPF tertinggi
terjadi pada bulan Desember 2001 yaitu sebesar 45 persen yaitu dari 1,26 milyar Rupiah menjadi sebesar 0,69 milyar Rupiah, sedangkan peningkatan tertinggi
terjadi pada bulan April 2005 sebesar 23.61 persen yaitu dari 2,38 milyar Rupiah menjadi 2,94 milyar Rupiah.
-10.00 -8.00
-6.00 -4.00
-2.00 0.00
2.00 4.00
6.00 8.00
D ec-
00 Ma
r- 01
Ju n-
01 Se
p- 01
D ec-
01 Ma
r- 02
Ju n-
02 Se
p- 02
D ec-
02 Ma
r- 03
Ju n-
03 Se
p- 03
D ec-
03 Ma
r- 04
Ju n-
04 Se
p- 04
D ec-
04 Ma
r- 05
Ju n-
05
periode ti
ng ka
t s u
k u
bu ng
a p
e r
se n
Sumber DPS-BI, 2005.
Gambar 4.8. Perkembangan Inflasi di Indonesia
INF merupakan istilah yang digunakan untuk inflasi. Inflasi merupakan penurunan daya beli masyarakat. Perkembangan inflasi di Indonesia selama
periode penelitian yang bergerak secara fluktuatif ditunjukkan pada Gambar 4.8. Berdasarkan Gambar 4.8. tersebut, dapat dilihat bahwa inflasi terendah
terjadi pada bulan Februari 2004 yaitu sebesar 4,62 persen, dan inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni 2005 yaitu sebesar 15,34 persen.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Validasi Model Pertumbuhan Total Aset Bank Syariah di Indonesia
5.1.1. Uji Stasioneritas
Sebelum melakukan estimasi persamaan untuk mengetahui pengaruh satu variabel bebas terhadap variabel terikat, maka langkah pertama yang harus
dilakukan adalah dengan melakukan uji stasioneritas. Uji ini diperlukan agar data menjadi stasioner, karena data yang tidak stasioner akan menimbulkan fenomena
regresi palsu atau spurious regression atau regresi lancung, yaitu regresi yang menggambarkan hubungan dua variabel atau lebih yang nampaknya signifikan
secara statistik padahal dalam kenyataannya tidak sebesar regresi yang dihasilkan tersebut. Berdasarkan hasil uji unit root yang dilakukan dengan menggunakan The
Augmented Dickey-Fuller ADF test dan Phillips-Perron PP test terlihat bahwa
data stasioner pada tingkat level dan first difference. Hasil uji stasioner dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Hasil Uji Unit Root No Variabel
Hasil Test
Keterangan 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. Log TA
CAP I_Riil
JKB Log GDP
ROA Log NPF
INF Stasioner pada first difference
Stasioner pada level Stasioner pada first difference
Stasioner pada first difference Stasioner pada first difference
Stasioner pada level Stasioner pada first difference
Stasioner pada first difference ADF test
ADF test PP test
ADF test PP test
ADF test PP test
PP test
Keterangan: signifikan pada taraf nyata 1 persen signifikan pada taraf nyata 10 persen