2 perendaman terhadap hasil tangkapan keong macan di Palabuhanratu juga telah
dilakukan oleh Zein, 2003. Jenis umpan yang dibandingkan adalah ikan rucah dan kulit kambing. Hasil yang diperoleh adalah ikan rucah menghasilkan tangkapan yang
lebih banyak dibandingkan dengan kulit kambing. Sejauh ini belum pernah ada penelitian mengenai kesukaan keong macan
terhadap jenis umpan yang dilakukan di laboratorium, dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai tingkah laku keong macan terhadap umpan-umpan alami. Hal
itulah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1 menentukan umpan yang lebih disukai oleh keong macan
2 mendeskripsikan tingkah laku keong macan saat mendekati umpan-umpan alami dengan menggunakan jaring jodang
1.3 Manfaat
1 bermanfaat bagi nelayan guna meningkatkan efisiensi dalam penggunaan umpan pada operasi penangkapan keong macan dengan menggunakan
jaring jodang. 2 bermanfaat bagi semua pihak terkait, sebagai informasi mengenai umpan
alami yang terbaik dalam kegiatan penangkapan keong macan
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Keong Macan 2.1.1 Klasifikasi dan identifikasi
Klasifikasi dan identifikasi keong macan Babylonia spirata menurut Abbot Boss 1989 adalah sebagai berikut :
Filum : Molusca Kelas : Gastropoda
Sub Kelas : Prosobranchia Ordo : Neogastropoda
Famili : Buccinidae Genus : Babylonia
Spesies : Babylonia spirata L. Cangkang keong macan berbentuk spiral, spire agak berundak, apex tampak
jelas, suture lebar dengan saluran agak dalam, warna cangkang putih berbintik kuning kecoklatan, memiliki umbilicus yang bertepi tebal, panjang keong macan berkisar
antara 3,5 – 5,3 cm.
2.1.2 Struktur cangkang
Secara umum struktur cangkang moluska terdiri dari lapisan dalam dan luar. Lapisan dalam cangkang terbagi atas lapisan humus, prismatik, foliat, nacreous,
silinder bersilang dan lapisan kompleks Watanabe, 1988. Lapisan luar merupakan lapisan organik tip is dan biasa disebut periostum. Ketebalan lapisan periostum
ditentukan oleh habitat organisme tersebut. Lapisan periostum tebal akan ditemukan pada organisme air tawar, dan lapisan periostum tipis akan ditemukan pada
organisme yang hidup di daerah tropis laut hangat Fretter, 1984 diacu dalam Watanabe, 1988.
4
2.1.3 Biologi reproduksi
Sistem reproduksi gastropoda prosobranchia bervariasi. Tingkah laku prosobranchia saat bereproduksi terbagi dalam beberapa tahap antara lain peneluran
bersama, pengenalan seksual, tingkah laku kopulasi dan pemijahan. Selain tingkah laku, hal penting yang perlu diketahui adalah musim reproduksi. Musim reproduksi
ini berhubungan dengan asal geografis dan strategi reproduksi kelompok orga nisme Fretter, 1984 diacu dalam Zein, 2003.
Musim bertelur tidak tergantung pada kondisi lingkungan, tetapi lebih disebabkan oleh reaksi serentak antara induk keong dalam suatu populasi untuk
bertelur.
2.1.4 Makan dan cara makan
Ruppert dan Barnes 1991 menyatakan bahwa prosobranchia adalah kelompok hewan karnivora yang menggunakan radula sebagai alat bantu makan. Probosis
adalah bagian dari saluran pencernaan yang terdiri dari esophagus buccal cavity dan radula
. Probosis, radula dan esophagus buccal cavity disatukan fungsi nya sebagai mulut dari prosobranchia.
Terdapat beberapa modifikasi bentuk pada radula. Adapun modifikasi bentuk itu berupa alat untuk memotong, memegang dan mencabik dan membawa mangsa.
Pola adaptasi digunakan untuk mencapai dan menembus bagian tubuh mangsa yang mudah diserang. Cara pemangsaan sebagian besar ordo Neogastropoda yang
merupakan siput karnivora, terbagi kedalam dua cara. Cara pertama yaitu pendeteksian protein khas yang dikeluarkan oleh mangsa dengan siphon yang
kemudian mangsa ditangkap dengan menjulurkan probosis, lalu dihancurkan dengan radula
yang terdapat dalam probosis. Beberapa fungsi lain dari siphon adalah sebagai sensor bau, gerakan, sentuhan dan sebagai pengisap air untuk mendapatkan oksigen
Yulianda, 2003. Babylonia spirata
adalah jenis prosobranchia, yang lebih menyukai daging bangkai segar sebagai bahan makanannya dibandingkan daging bangkai yang telah
membusuk. Keong macan lebih menyukai makanan yang mengandung kadar air
5 tinggi dibandingkan yang telah kering Martanti, 2001. Beberapa organ yang
digunakan oleh keong macan untuk mendapatkan makanan digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Morfologi Keong Macan.
Kozloff, 1990
2.1.5 Ekologi dan daerah penyebaran
Gastropoda sub kelas prosobranchia dilaut memiliki daerah penyebaran disekitar daerah pasang surut, daerah litoral sampai tebing paparan benua Hyman,
1967. Keong macan tergolong kedalam organisme benthik, dimana organisme tersebut hidup di dasar laut atau dekat dasar perairan Sabelli, 1979. Keong macan
yang ditemukan di Teluk Pelabuhan Ratu hidup pada dasar perairan yang berpasir dengan kedalaman 15-20 m Yulianda dan Danakusumah, 2000.
Distribusi spesies tergantung dari sejarah hidup, kemampuan untuk menyebar, adaptasi terhadap berbagai variabel lingkungan dan tipe pergerakan mereka Purchon,
1968 diacu dalam Zein, 2003. Pola sebaran keong macan di Teluk Pelabuhan Ratu bersifat mengelompok. Hal ini diduga diakibatkan karena kondisi lingkungan,
ketersediaan makanan dan tipe substrat Martanti, 2001. Gangguan yang disebabkan karena arus dan predator akan menyebabkan ketidakmerataan penyebaran,
kelimpahan serta komposisi infauna di daerah subtidal Nybakken,1992. Pada umumnya pola pergerakkan keong macan cenderung lambat. Ia berjalan
dengan membuat gelombang penciutan pada kaki perutnya. Dengan gelombang
6 penciutan ia dapat membuat kira-kira 10 langkah serempak sehingga ia dapat
meluncur Dharma, 1988.
2.2 Jenis Umpan
Menurut Subani dan Barus 1989 jaring jodang merupakan alat tangkap pasif, yang dalam pengoperasiannya memerlukan alat bantu berupa umpan untuk menarik
masuk nya ikan atau hewan kedalam alat tangkap tersebut. Ikan menerima berbagai informasi mengenai keadaan sekelilingnya melalui
beberapa inderanya, seperti melalui indera penglihat, pendengar, pencium, peraba, linea lateralis, dan sebagainya Gunarso, 1985. Ikan bergerak masuk kedalam alat
tangkap karena terangsang oleh bau yang ditimbulkan oleh umpan. Dilihat dari segi teknik ada 2 macam daya tarik yang menyebabkan ikan terperangkap yaitu melalui
daya penglihatan dan daya penciuman, tergantung dari spesies ikan dan kondisi perairan Rahardjo,1988 diacu dalam Nurliani, 1993.
Berdasarkan kondisinya, umpan dapat dibedakan sebagai umpan hidup dan umpan mati. Berdasarkan asalnya dibedakan sebagai umpan alam dan umpan buatan.
Menurut penggunaannya dibedakan kedalam umpan yang dipasang pada alat dan yang tidak dipasang pada alat Leksono, 1983. Menurut Djatikusumo, 1975 diacu
dalam Urbinas, 2000 umpan yang baik untuk penangkapan long line dapat memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Tahan lama artinya umpan tersebut tidak mudah busuk; 2. Mempunyai ukuran yang memadai;
3. Harganya terjangkau; 4. Mempunyai bau yang spesifik ;
5. Memiliki warna yang mudah dilihat ; 6. Disenangi oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
7
2.2.1 Ikan rucah
Ikan rucah adalah jenis-jenis ikan yang tergolong ke dalam hasil tangkapan sampingan yang bernilai ekonomis rendah dan dapat dijadikan sebagai umpan untuk
digunakan dalam penangkapan keong macan. Misalnya ikan tembang, kepala ikan hiu, ikan cucut, ikan pepetek, dan ikan pari. Ikan rucah yang digunakan haruslah
berupa potongan-potongan ikan yang masih segar dan tidak busuk dan masih mengandung protein, karena umpan yang disukai oleh keong macan adalah umpan
yang mengandung protein. Komponen-komponen yang ada dalam ikan rucah adalah air, abu, protein, lemak, dan serat Marlianawaty, 2001.
Dibawah ini adalah kandungan proksimat dari beberapa ikan rucah Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan proksimat dari beberapa ikan rucah
Kadar Ikan
Rucah Air
Abu Protein
Lemak Serat
Ikan pepetek 76.99
2.94 18.47
0.70 0.90
Ikan layang 76.99
1.44 20.23
0.35 0.95
Sumber : Marlianawaty, 2001
2.2.2 Ikan asin
Ikan asin pun bisa digunakan sebagai umpan untuk menangkap keong macan. Hal ini dikarenakan ikan asin memenuhi syarat umpan yang baik yaitu tidak mudah
busuk, mempunyai ukuran yang memadai, harga terjangkau, dan mempunyai bau yang speifik Djatikusumo, 1975 diacu dalam Urbinas, 2000.
Dibawah ini adalah kandungan proksimat dari ikan asin Tabel 2.
Tabel 2 Kandungan proksimat dari ikan asin
Komponen Ikan Asin
Ikan Segar Protein
42 17
Lemak 1.5
4.5 Fosfor
0.3 2.52-4.50
Besi 0.002
2.52-4.50 Vit B1
0.01 mg -
Sumber : www.DKP.co.id
8
2.2.3 Kulit kambing
Salah satu umpan alternatif yang bisa digunakan untuk menangkap keong macan adalah kulit kambing. Hal ini dikarenakan kandungan zat-zat kimia yang
terdapat dalam kulit kambing tersebut. Zat-zat kimia yang terkandung dalam kulit kambing dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu bagian non protein yang
terdiri atas lipid, karbohidrat, vitamin, mineral, dan enzim, dan bagian protein, dimana komposisinya dapat dilihat pada Tabel 3 Wahyudi,1994.
Tabel 3 Komposisi kimia kulit kambing Komponen
Air Protein
Mineral Lemak
Kitin Komposisi
60.0-65.0 30.0-33.0
0.1-0.3 2.0-5.0
0.2-2.0
Sumber : Wahyudi, 1994 Bagian protein tersebut ada yang berbentuk protein 96 dan ada pula yang
tak berbentuk protein 4. Protein berbentuk fibrous protein terdiri atas kolagen, elasten dan keratin.
Komponen protein dan lemak dalam kulit kambing yang menjadi dasar mengapa kulit kambing digunakan sebagai salah satu umpan untuk menangkap keong
macan. Hal ini dikarenakan keong macan menyukai makanan yang mengandung protein Ruppert dan Barnes, 1991.
Selain hal di atas, alasan lain mengapa kulit kambing digunakan sebagai umpan adalah karena kulit kambing mengeluarkan bau yang merangsang penciuman keong
macan untuk mendekat dan memakan umpan tersebut Zein,2003.
2.2.4 Daging kerang hijau
Daging kerang hijau juga dapat dijadikan sebagai salah satu umpan alternatif pada penangkapan keong macan dengan jaring jodang. Hal ini dikarenakan daging
kerang hijau mempunyai komposisi asam amino, asam lemak dan mineral yang mirip dengan yang terdapat pada keong macan. Hal ini dibuktikan dengan kandungan
protein yang tinggi pada keong macan. Selain itu, daging kerang hijau tidak
9 mengandung tulang sehingga dapat dicerna dengan baik dan sangat disukai oleh
keong macan Yulianda, 2003. Tabel 4 Analisis proksimat daging kerang hijau
Kadar Jenis
Daging Air
Abu Protein
Lemak Serat Kasar
Kerang Hijau
81.82 2.68
12.35 0.64
2.51 Sumber : Yulianda, 2003
2.3 Jaring Jodang
2.3.1 Kontruksi jaring jodang
Rangka jaring jodang terbuat dari besi behel dengan diameter besi 4 mm dan badan jaring jodang terbuat dari waring dengan mesh size 4 mm. Alas jaring jodang
berbentuk persegi dengan ukuran 30 x 30 cm, rangka bagian atas berbentuk persegi berukuran 10 x 10 cm, tinggi antara 8–10 cm dan diameter pintu masuk berukuran
antara 6–8 cm Martasuganda, 2003.
2.3.2 Metode operasi
Pemasangan jaring jodang di daerah penangkapan dipasang satu demi satu kemudian diuntai dengan jarak satu dan lainnya antara 3-4 m. Dalam satu set bubu
biasanya dipasang antara 200–600 unit bubu atau tergantung dari kapasitas perahu, modal dan kemampuan nelayan yang mengoperasikannya. Waktu operasi dimulai
dari jam 18.00–06.00 dengan la ma perendaman antara 2–4 jam Martasuganda, 2003.
10
Gambar 2 Desain dan metode operasi jaring jodang. Martasuganda, 2003
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2005 sampai dengan bulan Maret 2006, sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2005 di CV.
Mutiara Dua yang berlokasi di Palabuhanratu, Sukabumi.
3.2 Pengumpulan Sampel Keong Macan
Daerah di Palabuhanratu yang biasa dijadikan para nelayan jaring jodang sebagai daerah penangkapan keong macan adalah di perairan Cipatuguran, Cipaganti,
Ujung Jampang, dan Jampang Kulon. Daerah-daerah tersebut merupakan daerah- daerah berkarang dan berpasir, dengan warna pasir yang bervariasi tergantung dari
posisinya. Sampel keong macan yang digunakan didapat dari perairan Cipatuguran.
Daerah tersebut dekat dengan pelabuhan, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dan biaya operasi yang mahal untuk mencapainya. Dasar perairan Cipatuguran
adalah pasir berlumpur, merupakan habitat yang baik bagi keong macan. Unit Penangkapan jaring jodang merupakan kesatuan teknis yang menentukan
dalam keberhasilan penangkapan keong macan. Unit pena ngkapan jaring jodang terdiri dari perahu, alat tangkap dan nelayan.
Perahu yang digunakan untuk mengumpulkan sample keong macan adalah perahu kayu dengan tenaga penggerak mesin dalam, tapi tidak semua nelayan jaring
jodang menggunakan perahu tersebut tergantung dari modal yang dimiliki. Perahu tersebut menggunakan kayu sebagai material utamanya.
Alat tangkap jaring jodang yang digunakan untuk mengambil sample berbentuk limas persegi terpancung. Dengan rangka kayu dan badan yang terbuat dari waring.
Waring yang digunakan terbuat dari bahan Poliprophylene dengan mesh size 0.2 inchi. Alas jaring jodang berbentuk persegi dengan sisi-sisi berukuran 30 cm x 30 cm.
Bagian atas nya berbentuk persegi pula dengan ukuran 10 cm x 10 cm, dan tinggi
12 antara alas dan atas adalah 4 cm. Kerangka jaring jodang terbuat dari kayu. Pemberat
berupa semen yang dipasang ditengah alas jaring jodang. Untuk mengoperasikan jaring jodang dibutuhkan 1-2 orang nelayan. Nelayan
pertama untuk mengoperasikan perahu dan nelayan yang lainnya melakukan hauling dan setting jaring jodang.
Jaring jodang yang digunakan untuk mengumpulkan sampel dirangkai satu per satu dengan jarak 3 meter. Dalam satu set dipasang 100 unit jaring jodang dengan
lama perendaman sekitar 12 jam yaitu dari sore hari hingga pagi hari keesokkannya. Gambar ketika sample keong macan dikumpulkan ditunjukan pada gambar
berikut ini Gambar 3. Keong macan dimasukkan ke dalam trace atau keranjang plastik. Keong macan dibawa ke pelabuhan dalam kondisi kering atau tidak direndam
dalam air. Keong macan disimpan di kolam pelabuhan agar keong macan merasa berada
dalam habitatnya. Sebelumnya, diambil secara acak 45 ekor keong macan untuk percobaan dengan menggunakan bak percobaan, sisanya disimpan. Percobaan dengan
menggunakan aquarium menggunakan keong macan yang telah disimpan dalam kolom pelabuhan.
Gambar 3 Operasi pengumpulan sampel keong macan dengan menggunakan jaring jodang.
13
3.3 Alat dan Bahan