NOVICE
6. Membutuhkan waktu lebih lama 7. Mengacu pada elemen numerik
dari masalah 8. Konsep
tidak koheren
dan kurangnya penerapan
9. Lebih banyak kesalahan konsep
10. Menggunakan satu solusi
11. Sering melihat
pernyataan masalah dan buku teks terutama
contoh
EXPERT
6. Membutuhkan waktu yang sedikit 7. Mengacu pada prinsip fisika yang
mendasari masalah 8. Konsep lebih koheren dan terkait
bersama-sama 9. Lebih
sedikit kesalahan
dalam konsep
10. Menggunakan lebih
dari satu
representasi untuk
memecahkan masalah
11. Mengecek permasalahan
dengan berbagai solusi
12. Jarang mengacu pada pernyataan masalah atau teks
2.3 Penerapan Metode
Modeling dalam Pokok Bahasan Alat Optik
Permendiknas tahun 2006 menjelaskan bahwa Fisika merupakan wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan
masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA untuk SMPMTs menyatakan bahwa pembelajaran IPA
ditujukan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran Fisika lebih ditekankan kepada permasalahan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Siswa dilatih untuk dapat memecahkan permasalahan yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut juga didukung oleh teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Psikologi Pendidikan Rifai. 2009: 30 bahwa anak
pada umur 11-15 tahun merupakan periode operasi formal yang pada tahap tersebut anak dapat berpikir abstrak, idealis, logis, sistematis, dan mampu
menyusun rencana untuk memecahkan masalah. Permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari khususnya yang
berkaitan tentang alat optik dapat dijadikan sumber belajar dan model untuk pembelajaran. Model tersebut merupakan suatu representasi konseptual dari
permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dilatih dalam hal kemampuan problem solving dengan menggunakan model dari permasalahan
yang diberikan. Model membantu siswa untuk berpikir logis dan sistematis dalam menyusun rencana pemecahan masalah sehingga solusi dari permasalahan yang
diberikan dapat lebih terstruktur dan baik. Dalam penelitian ini, pembelajaran Fisika menggunakan metode
modeling menekankan kepada proses memecahkan permasalahan melalui tahapan problem solving. Dengan pembelajaran menggunakan metode modeling, siswa
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan problem solving dari novice menjadi expert yang ditunjukkan dalam pemahaman konsep dan penerapannya.
2.4 Kerangka Berpikir
Pembelajaran sains di lapangan lebih mengutamakan materi dan hasil akhir daripada proses pemecahan masalah, seharusnya pembelajaran sains
khususnya Fisika lebih menekankan kepada cara berpikir ilmiah atau proses
dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Hal ini dibuktikan dengan bentuk evaluasi akhir semester yang lebih banyak menggunakan tes obyektif daripada tes
uraian. Hal ini mengakibatkan siswa Sekolah Menengah Pertama SMP terbiasa dengan tes objektif sehingga dalam kemampuan problem solving kurang. Salah
satu metode yang dipilih untuk mengembangkan kemampuan problem solving adalah Modeling Methods of Physics Instruction. Penggunaan metode ini
diharapkan mampu membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan problem solving dan cara berpikir untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Dalam penelitian ini, sampel diambil secara acak dengan teknik simple random sampling. Sampel dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang
menggunakan metode Modeling dan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Variabel dalam penelitian meliputi metode modeling sebagai variabel
bebas dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikatnya. Desain penelitian menggunakan control group pretest-posttest.
Sebelum diberikan perlakuan, kedua kelas diberi pretest dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa. Kedua kelas diberi perlakuan berbeda,
kelas eskperimen menggunakan metode modeling sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Pada akhir pelaksanaan, kedua kelas diberikan
posttest. Dari pretest dan posttest, dapat diketahui sejauh mana masing-masing metode dapat mengembangkan kemampuan problem solving siswa dikarenakan
penyelesaian soal lebih ditekankan kepada cara berpikir dan langkah dalam menyelesaikan soal tersebut. Berikut skema kerangka berpikir penelitian:
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Penelitian
2.5 Hipotesis