MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Adelina Hasyim, M.Pd
………………….
Sekretaris : M. Mona Adha, S.Pd, M.Pd
…………………..
Penguji Bukan Pembimbing : Drs. Holilulloh, M.Si.
…………………..
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1 003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi :
PERSEMBAHAN
Puji syukur kekhadirat Allah SWT dengan ketulusan dan keikhlasan kupersembahkan sebentuk karya sederhana ini sebagai bakti dan
sayangku kepada :
Kedua orangtuaku tercinta Ayahanda AlmSukman dan Ibunda Rumiana yang selama ini telah memberikan cinta, kasih sayang, dukungan
dan yang dengan selalu setia menanti keberhasilanku
adikku Sepika Ria Ningsih yang dengan cinta dan kasih sayangnya selalu mendukung dan
mendoakan keberhasilanku
Dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan perhatian kepadaku, serta untuk almamater tercintaku
Universitas Lampung
Judul Skripsi : PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU
GURU TERHADAP MINAT SISWA MENURUT PERSEPSI SISWA DALAM
MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI
SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 20112012
Nama Mahasiswa : Taufiqurrahman
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743032043
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Adelina Hasyim, M.Pd M. Mona Adha, S.Pd, M.Pd
NIP 19531018 198112 2 001 NIP 19791117 200501 1 002
2. Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn
Drs. H. Iskandar Syah, M.H Drs. Holilulloh, M.Si
NIP 19571011 198703 1 001 NIP 19610711 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Taufiqurrahman, dilahirkan di Baradatu,
Waykanan pada tanggal 15 Januari 1990 yang merupakan putra pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Alm Bapak Sukman
dan Ibu Rumiana. Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:
1. Sekolah Dasar Negeri 1 Baradatu yang diselesaikan pada tahun 2001.
2. SMP Negeri 1 Baradatu yang diselesaikan pada tahun 2004.
3. SMA Negeri 1 Baradatu yang diselesaikan pada tahun 2007.
Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Ekstensi.
SANWACANA
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh sikap dan perilaku guru terhadap minat siswa
menurut persepsi siswa dalam mengikuti mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMA
Budaya Bandar Lampung tahun pelajaran 20112012”
. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi terselesaikan berkat dukungan dan
bimbingan, bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S Jaya, M.S., selaku pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si. selaku pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. H. Iskandar Syah, M.H. selaku pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, dan sekaligus Ketua
Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
dan sekaligus sebagai Pembahas I, terima kasih atas masukan, saran, dan kritikannya
kepada penulis. 6. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. selaku Pembimbing I, terima kasih atas
pengarahan dan bimbingan kepada penulis. 7. Bapak M. Mona Adha, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II, terima kasih
atas pengarahan dan bimbingan kepada penulis 8. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd selaku pembahas II, terimakasih atas
masukan, saran dan kritikannya kepada penulis. 9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
10. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung. 11. Bapak Drs. Joharuddin selaku Kepala SMA Budaya Bandar Lampung
yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.
12. Bapak dan Ibu guru serta staf tata usaha SMA Budaya Bandar Lampung.
13. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Alm Bapak Sukman dan Ibu Rumiana terimakasih atas keikhlasan, cinta dan kasih sayang, doa,
motivasi, dan dukungan moral yang telah diberikan. 14. Adikku tecinta, Sepika Ria Ningsih yang dengan cinta dan kasih
sayangnya selalu mendukung dan mendoakan keberhasilanku. 15. Sahabat-sahabat terbaikku Yogi Erlangga, Riyaldi, Irvan, Ade, Andre,
Masyuni, Heri Usmanto, Heri Anwar, Happy, Hastian, Febra, Selamet, Wagito, Bayu, Amri, Dwi, Shelly, Destri, Rani, Riri, Messi, Paulin, Santi,
Puput, Dewi Yuliana, Intan, yang selalu memberikan semangat dan
motivasi dalam kebersamaan kita. 16. Teman-teman PPKn angkatan 2007 reguler dan non reguler untuk
kekompakan dalam suka maupun duka selama masa perkuliahan. 17. Teman-teman seperjuangan PPL SMA Budaya Bandar Lampung tahun
2011 Ijal, Pupung, Yeni, Nina, Yuli, Fara, Tami, Dewi, Rina yang telah memberikan dukungan atas terselesaikannya skripsi ini.
18. Kakak tingkat serta adik tingkat PPKn 2004-2010 baik reguler maupun mandiri, Genap maupun Ganjil terima kasih atas motivasi dan segala
bantuan serta canda tawanya sehingga membuat hari-hari menjadi indah. 19. Seseorang yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan perhatiannya
kepada penulis. 20. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
Semoga amal baik yang telah BapakIbuSaudaraI serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Februari 2012
Penulis,
Taufiqurrahman
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, adalah Nama
: Taufiqurrahman NPM
: 0743032043 Program Studi
: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan JurusanFakultas
: Pendidikan IPSFKIP AlamatTelp
: Jl. Bumi manti I, Gang Pandan No.49 Kampung Baru Bandar Lampung 085769774377
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Februari 2012
Taufiqurrahman NPM. 0743032043
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam
pelaksanaan berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Semuanya berkaitan dalam suatu sistem
pendidikan yang integral.
Pendidikan sebagai suatu sistem, tidak lain dari suatu totalitas fungsional yang terarah pada suatu tujuan. Setiap subsistem tersusun dan tidak dapat
dipisahkan dari rangkaian unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan secara dinamis dalam suatu kesatuan. Menurut UU Sisdiknas
Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pada dasarnya pendidikan merupakan kegiatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seorang dan memiliki tujuan untuk menjadikan manusia
dewasa yang berkualitas serta dapat mengabdikan dirinya kepada masyarakat
sehingga berguna bagi bangsa dan negara. Kegiatan untuk mengembangkan potensi tersebut harus dilakukan secara berencana, terarah, dan sistematis agar
dapat mencapai suatu tujuan dan menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri anak didik. Oleh karena itu, pelaksanaannya haruslah dapat berjalan
dengan baik dan lancar agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan maksimal. Guru sebagai unsur manusiawi dalam pendidikan dan sebagai
orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik harus betul- betul memahami kebijakan-kebijakan pendidikan tersebut. Tanpa didukung
oleh mutu guru yang baik upaya peningkatan mutu pendidikan akan menjadi hampa, sekalipun di dukung oleh komponen lainnya yang memadai. Karena
itu sangatlah beralasan apabila pemerintah saat ini lebih memfokuskan peningkatan mutu guru sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Apalagi kondisi saat ini sangat menuntut perlunya keseriusan untuk meningkatkan mutu guru.
Pada pelaksanaan pendidikan terkadang tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal itu terbukti dengan masih adanya sebagian besar siswa yang
memiliki minat belajar terhadap mata pelajaran tertentu kurang berminat. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan.
sedangkan menurut Crow dan Crow dalam Sri Rukmini, 1998: 118, mengungkapkan “minat sangat erat hubungannya dengan dorongan, motif, dan
reaksi emosi.”
Berdasarkan uraian di atas, minat belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik yang bersifat internal maupun
eksternal. Penyebab utama kurangnya minat belajar siswa yang berasal dari faktor internal, yaitu perhatian, untuk mencapai hasil belajar yang baik, siswa
harus mempunyai perhatian terhadap materi yang dipelajarinya. Hal tersebut akan menimbulkan minat dalam diri peserta didik dan memiliki semangat
dalam belajar sehingga mencapai prestasi yang bagus, sedangkan yang berasal dari faktor eksternal yaitu lingkungan. Guru yang kurang memberikan
perhatian kepada siswa bahkan kurang terbuka terhadap siswa akan membuat siswa merasa takut bahkan acuh terhadap guru dan mata pelajaran yang
diajarkannya, sehingga minat belajar siswa tersebut kurang. Pada guru, sikap dan perilaku guru juga mempengaruhi minat belajar siswa. Minat, bakat,
kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik
secara individual. Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian siswa guna
menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia SDM.
Guru sebagai pendidik harus memberikan layanan yang terbaik kepada anak didik dalam pengelolaan kelas maupun keterampilan dasar mengajar, namun
pada kenyataannya masih ditemui kekurangan guru dalam mengelola kelas maupun keterampilan mengajar. Dalam keterampilan mengelola kelas guru
masih bertindak ragu-ragu dalam mengatasi keadaan kelas yang kurang kondusif,
Sementara pada keterampilan mengajar guru sering kali menggunakan metode dan model yang selalu sama dalam proses pembelajaran
seperti ceramah. Keterampilan guru dalam melakukan variasi juga sangat mempengaruhi minat belajar siswa seperti halnya bervariasi dalam gaya
mengajar, jika seorang guru tidak menggunakan variasi tersebut, siswa akan cepat bosan dan jenuh terhadap materi pelajaran. Pengelolaan kelas dan
keterampilan guru dalam mengajar tersebut mampu membentuk sikap dan perilaku guru yang professional, dengan sikap dan perilaku guru yang
menyenangkan dan menggairahkan minat belajar siswa. Sikap dan perilaku guru tersebut haruslah profesional. Konsep dasar sikap dan perilaku yang
bersumber dari
pendapat Thursthoen
dalam Walgito
2003:108 mendefinisikan “sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir
melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek”. Juga kutipan dari pendapat Berkowitz, dalam Azwar 2000:5
“ sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksirespon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai
reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang like atau tidak senang dislike, menurut dan melaksanakan atau
menjauhimenghindari
. sesuatu.”
Banyaknya siswa yang mengeluhkan terhadap sikap dan perilaku guru membuat minat belajar siswa rendah. Siswa beranggapan, perlukah ia untuk
mengikuti pelajaran dan memahami pelajaran dan kerap mengalami remedial. Kurangnya minat dan gairah siswa dari hasil pra survey dibuktikan dengan
siswa yang tidak berperan aktif, ribut, tugas terlambat. Hal ini dapat kita lihat dari hasil pengamatan bagaimana perilaku siswa yang mengikuti pelajaran
terutama pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas XI dan XII di SMA Budaya Bandar Lampung:
Tabel 1.Perilaku siswa dalam kegiatan Pembelajaran
No. ASPEK KETERAMPILAN PERILAKU SISWA
1. Menyimak
a. Tidak Fokus terhadap Pelajaran b. Tidak pernah berkomentar
terhadap apa yang didengarnya 2.
Berbicara a. Merasa sungkan bila disuruh
bertanya. b. Ketika proses KBM, lebih
cenderung berbicara dengan teman-teman yang lain.
c. Tidak berani berperan aktif dalam diskusi.
3. Menulis
a. Kurang bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugas
menulis b. Tidak antusias dalam tugas
menulis makalahpaperresume.
Sumber : Hasil Survei Peneliti
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa adanya minat yang rendah dari siswa dilihat dari aspek keterampilan dalam proses belajar mengajar. Pada
aspek komunikasi dapat dilihat bahwa siswa lebih cenderung tidak fokus pada pelajaran dan tidak pernah berkomentar atau memberikan jawaban pada saat
diberikan sebuah pertanyaan di luar kontek materi kompetensi dasar. Sehingga siswa tidak bisa menjawab pertanyaan dan kemudian mendapatkan hukuman
atau teguran yang membuat siswa kehilangan minat belajar pada saat itu. Seperti contoh seorang siswa A Kelas X.3 sepuluh tiga, ia memiliki minat
yang kurang terhadap mata pelajaran PKn, dikarenakan faktor guru atau pengajar. Siswa tersebut mengatakan sikap guru monoton dan selalu
mendominasi kelas dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Sehingga ia kurang memperhatikan pelajaran dan bahkan tak menutup kemungkinan ia
memilih untuk di luar kelas.
Berdasarkan hasil pra survey yang dilakukan di lapangan, beberapa siswa dari kelas X, XI, dan kelas XII mengungkapkan hal yang hampir sama seperti yang
diungkapkan oleh siswa A pada kelas X.3. Ketika guru dalam pembelajaran, selalu menggunakan metode, sikap dan perilaku yang sama terhadap semua
siswa, yang cenderung membuat siswa jenuh terhadap materi pelajaran. Sehingga, hasil yang didapatkan juga tidak memuaskan bahkan mungkin gagal
dalam studinya.
Dalam aspek berbicara, siswa lebih cenderung gaduh di dalam kelas dan tidak berani berperan aktif dalam diskusi. Sedangkan dalam aspek penugasan, siswa
sering kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Sehingga siswa tersebut cenderung lebih sering mendapatkan hukuman dibandingkan
mendapatkan nilai dari guru. Sementara itu, guru ragu-ragu dalam menyikapi keadaan siswa yang demikian. Seharusnya guru menyikapi dengan tegas dan
bertanggung jawab pada keadaan seperti di atas.
Tabel 2. Sikap dan Perilaku Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
No. ASPEK KETERAMPILAN SIKAP
DAN PERILAKU
GURU 1.
Komunikasi a. Kurang memberikan
kesempatan bertanya kepada siswa.
b. Memberikan pertanyaan yang belum siswa kuasai
sebelumnya. 2.
Penguasaan Bahan a. Kurang menguasai
metode-metode dalam penyampaian materi
pelajaran,sehingga cenderung monoton.
b. Dalam menyampaikan materi lebih sering pada
satu titik saja. c. Kurangnya kemampuan
guru dalam menyambungkan bahan
pelajaran yang akan diajarkan dengan
kebutuhan siswa.
3. Pengaruh Lingkungan
a. Kurang memiliki pemahaman tentang
anak didiknya. b. Kurang ketegasan
terhadap siswa yang melanggar.
c. Kurangnya perhatian terhadap siswa yang
nakal.
Sumber : Hasil Survei Peneliti
Pada tabel 2, dari aspek keterampilan, sikap dan perilaku guru masih belum sesuai. Seperti berkomunikasi dengan siswa, guru masih terlihat kurang
mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Sikap dan perilaku guru di dalam kelas tidak boleh dianggap sederhana, karena apabila
hal tersebut diabaikan dan dibiarkan, maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan, serta penilaian siswa
terhadap sosok pendidik atau guru tidak buruk. Sikap dan perilaku guru dalam
mendidik memiliki pengaruh terhadap perkembangan jiwa anak didik sehingga guru dituntut memiliki sikap dan perilaku yang tepat sesuai dengan
tuntutan tugas profesionalnya sebagai seorang pendidik yang bertanggung jawab. Karena seringkali anak didik akan mencontoh apa-apa yang dilakukan
oleh pendidiknya.
Minat bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh seorang begitu saja melainkan merupakan kesatuan yang dapat dikembangkan. Banyak upaya yang dapat
dilakukan oleh guru di sekolah untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar. Selain adanya variasi mengajar dengan media dan metode yang
dipakai sikap dan perilaku guru terhadap siswa baik di dalam ruang kelas maupun di luar kelas juga turut andil dalam hal menumbuhkan minat belajar
siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti beranggapan perlu mengetahui bagaimanakah pengaruh sikap dan perilaku guru terhadap minat
belajar siswa mengikuti mata pelajaran PKn di SMA Budaya Bandar Lampung tahun pelajaran 20112012.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa pada mata pelajaran Pkn;
2. Sikap dan perilaku guru terhadap minat belajar siswa;
3. Peranan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya, mengingat keterbatasan kemampuan, waktu dan dana yang ada,
maka peneliti membatasi masalah yang diteliti, yaitu : Pengaruh sikap dan perilaku guru terhadap minat belajar siswa mengikuti mata pelajaran PKn di
SMA Budaya Bandar Lampung tahun pelajaran 20112012, dikarenakan rendahnya minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn dibandingkan dengan
pelajaran lainnya.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimanakah pengaruh sikap dan perilaku guru terhadap minat belajar siswa
mengikuti mata pelajaran PKn di SMA Budaya Bandar Lampung tahun pelajaran 20112012.
1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh sikap dan perilaku guru terhadap minat belajar siswa
mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Budaya Bandar Lampung tahun pelajaran 20112012.
1.5.2 Kegunaan Penelitian
1.5.2.1 Kegunaan Teoretis
Secara teoretis kegunaan penelitian tentang pengaruh sikap dan perilaku guru terhadap minat belajar siswa mengikuti pelajaran pendidikan
kewarganegaraan di SMA Budaya Bandar Lampung adalah untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu pendidikan yang termasuk kedalam
ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan yang mengkaji tentang upaya pembentukan diri warganegara agar memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan sikap, dan nilai, serta perilaku nyata dalam masyarakat baik di sekolah maupun keluarga dan pematangan pada unsur-unsur pedagogik guru dalam
perbaikan pembelajaran.
1.5.2.2 Kegunaan Praktis
Secara praktis, kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai motivasi bagi peneliti pada khususnya dan bagi guru untuk
meningkatkan potensikemampuannya dalam dunia pendidikan. 2. Mengetahui sikap dan perilaku guru seperti apa yang profesional
yang mampu menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
3. Memberikan masukan kepada guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu ini adalah ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan, dengan tujuan membentuk warga negara yang memiliki
pengetahuan, keterampilan,
sikap dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
1.6.2 Ruang lingkup Objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah pengaruh sikap dan perilaku terhadap minat belajar siswa mengikuti pelajaran PKn di SMA
Budaya Bandar Lampung tahun pelajaran 20112012.
1.6.3 Ruang lingkup Subjek
Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa SMA Budaya Bandar Lampung tahun pelajaran 20112012.
1.6.4 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMA Budaya Bandar Lampung.
1.6.5 Ruang Lingkup waktu
Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesainya penelitian ini.
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teoretis 2.1.1. Pengertian Sikap
Sikap dinyatakan dengan istilah attitude yang berasal dari kata latin aptus yang berarti keadaan sikap secara mental yang bersifat subjektif untuk melakukan
kegiatan. Sikap seseorang terbentuk karena ada objek tertentu yang memberikan rangsang kepada dirinya. S
ikap adalah bagian yang penting di dalam kehidupan sosial, karena kehidupan manusia selalu dalam berinteraksi dengan orang lain.
Sikap dapat bersikap positif, dan negatif. Sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati, menerima, atau bahkan
mengharapkan kehadiran kehadiran objek tertentu. Sedangkan sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, membenci, menghindari,
menghindari ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek. Menurut Aiken dalam Ramdhani 2009:11, mendefinisikan “sikap sebagai predisposisi atau
kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat atau memadai terhadap
objek, situasi, konsep atau orang lain.”
Sedangkan menurut Berkowitz, dalam Azwar 2000:5 menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua
adalah reaksirespon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang like atau tidak
senang dislike, menurut dan melaksanakan atau menjauhimenghindari sesuatu.
Pendapat lain dikatakan oleh Fishben 2009:141 bahwa sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten
terhadap suatu objek. Sementara itu, Chaplin 2009:141 menyamakan sikap sama dengan pendirian. Lebih lanjut dia mendefinisikan sikap sebagai
predisposisi bertingkah laku atau bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga atau persoalan tertentu.
Kemudian Thurstone dalam Bimo Walgito 2003:109 “sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif
dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif ialah afeksi
senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan.”
Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik
secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses
belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar siswa
tersebut, sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa akan kurang memuaskan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan kecenderungan seorang individu terhadap suatu objek tertentu,
situasi atau orang lain yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk sebuah respon kognitif, afektif, dan perilaku individu. Serta kesiapan seseorang
bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai untuk menentukan apakah orang harus pro atau kontra
terhadap sesuatu.
2.1.2 Ciri-ciri Sikap
Sikap merupakan suatu faktor yang ada di dalam diri manusia yang mendorongnya untuk melakukan perilaku tertentu.
Dan sikap yang ditimbulkan dapat berupa sikap yang positif bisa juga sikap yang bersifat
negatif, sesuai dengan pendorong-pendorong lain yang ada di dalam diri manusia tersebut.
Oleh karena itu, ada beberapa ciri atau sifat dari sikap tersebut. Ciri-ciri sikap menurut pendapat Marat 1981:76 yang menjelaskan tentang ciri-ciri
sikap sebagai berikut : 1.
Sikap tidaklah merupakan sistem fisiologis ataupun diturunkan.
2.
Sikap selalu dihubungkan dengan objek manusia, wawasan, peristiwa atau ide.
3. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan orang lain, baik di rumah, sekolah, tempat ibadah, atau tempat lainnya melalui nasehat teladan atau
percakapan. 4. Sikap merupakan kesiapan bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap
objek. 5. Perasaan dan afeksi merupakan bagian dari sikap akan tampak pada
pilihan yang bersangkutan apakah positif atau ragu. 6.
Tingkat intensitas sikap terhadap objek tertentu kuat atau juga lemah.
7.
Sikap mungkin hanya cocok pada situasi yang sedang berlangsung, akan tetapi, belum tentu sesuai pada lainnya.
8.
Sikap dapat bersifat relatif menetap dalam sejarah hidup manusia.
9.
Sikap merupakan bagian dan konteks persepsi ataupun kognisi individu.
10.
Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan.
11.
Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna, atau bahkan yang tidak memadai.
2.1.3 Perubahan Sikap
Pembentukan dan perubahan sikap seseorang dapat ditentukan dengan dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu intern berupa selektif
untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar,dan faktor dari luar ekstern berupa keadaan atau kondisi yang berasal dari luar
individu hasil dari interaksi individu dengan individu, maupun individu dengan kelompok. Lingkungan juga akan mempengaruhi aktivitas psikis
seseorang, dengan demikian, sikap terbentuk melalui interaksi individu
dengan lingkungannya. Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikis seseorang adalah lingkungan keluarga, terutama orang
tua. Hubungan sikap individu terhadap lingkungan antara lain dapat berupa: 1. Individu menolak lingkungan
Apabila individu tidak memiliki kesesuaian terhadap lingkungan, maka individu akan memberikan bentuk pada lingkungan sesuai dengan yang
diharapkan oleh individu yang bersangkutan. 2. Individu menerima lingkungan
Ialah apabila lingkungan sesuai atau cocok dengan keadaan individu akan menerima keadaan lingkungan tersebut.
3. Individual bersikap netral Apabila individu tidak cocok dengan keadaan suatu lingkungan dan ia
tidak mengambil langkah sebagaimana mestinya, maka individu akan bersikap diam terhadap lingkungan tersebut.
Menurut Bimo Walgito 2003:121 “Berkaitan dengan pembentukan atau pengubahan sikap, terdapat beberapa faktor yang mengubah sikap, antara lain:
1. Faktor kekuatan atau Force. Kekuatan atau force dapat memberikan situasi yang mampu mengubah
sikap. Kekuatan ini dapat bermacam-macam bentuknya, misalnya kekuatan fisik, ekonomi dan yang berujud peraturan sejenisnya.
2. Berubahnya norma kelompok Norma yang ada dalam kelompok menjadi norma dari orang yang
bersangkutan yang tergabung dalam kelompok tersebut, sehingga akan membentuk sikap tertentu, setiap langkah yang dapat diambil untuk
membentuk atau mengubah sikap dapat dengan cara mengubah norma kelompok.
3. Berubahnya membership group Individu yang tergabung dalam berbagai macam kelompok yang ada
dalam masyarakat, baik karena kepentingan bersama maupun karena alas an yang lain atau mampu mengubah norma yang ada dalam diri individu
karena berubahnya membership group.
4. Berubahnya reference group Berubahnya reference group atau kelompok acuan dapat mengubah sikap
seseorang, karena mereka mempunyai peranan penting dalam kehidupan individu.
5. Membentuk kelompok baru Terbentuknya kelompok baru berarti membentuk norma yang baru pula,
sehingga memungkinkan terbentuknya sikap. Dengan adanya norma- norma baru, masing-masing individu perlu mengadakan penyesuaian yang
baik, agar tidak menimbulkan persoalan-persoalan dalam kehidupan.
2.1.4 Komponen Sikap
Mengenai komponen sikap, ada tiga macam komponen yaitu kognisi, afeksi dan konasi, ketiga ranah tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Komponen kognisi berhubungan dengan keyakinan beliefs, ide dan konsep.
2. Komponen afeksi yang menyangkut emosional seseorang 3. Komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku
Komponen kognisi berhubungan dengan keyakinankepercayaan seseorang mengenai objek sikap. Kepercayaan terhadap sesuatu sebagai objek sikap akan
mempolapikirkan seseorang, artinya objek sikap dalam hal ini sangat berperan sekali terhadap tugas yang diembannya. Komponen afeksi yang menyangkut
emosional banyak ditentukan oleh kepercayaan. Bila seseorang telah memandang negatif terhadap orang lain, maka akan merasa malas dan
hasilnyapun sangat tidak sesuai dengan yang harapan. Komponen konasi
dalam sikap menunjukkan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan sikapnya terhadap orang lain. Bila seseorang
merasa tidak suka terhadap orang lain, maka wajar bila orang tersebut enggan menyapa dan berkomunikasi dengan orang tersebut.
Antara komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak itu tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu kesatuan yang selaras, saling
berhubungan dan berpadu satu sama lainnya menyebabkan dinamika yang cukup kompleks dan dapat mempengaruhi kecenderungan perilaku individu.
2.1.5 Pengukuran Sikap
Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi sosial adalah
bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap: antara lain: Skala Thrustone, Likert, Unobstrusive Measures, Analisis
Skalogram dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.
a. Skala Thurstone Method of Equel-Appearing Intervals
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorabel hingga sangat favorabel terhadap suatu objek
sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajad favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam
menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari masing-masing
pernyataan. Derajat ukuran favorabilitas ini disebut nilai skala.
Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih.
Penrnyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai judges. Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas
masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11. Sangat tidak setuju
1 2 3 4
5 6
7 8
9 10
11 sangat setuju tugas penilai ini bukan untuk
menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap pernyataan itu. Median atau rerata perbedaan penilaian antar penilai terhadap item ini kemudian dijadikan
sebagai nilai skala masing-masing item. Pembuat skala kemudian menyusun item mulai dari item yang memiliki nilai skala terendah hingga tertinggi. Dari
item-item tersebut, pembuat skala kemudian memilih item untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini
kemudian diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing item
sikap tersebut.
Teknik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran sikap seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala sama. Perbedaan
yang sama pada suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua adalah nilai skala yang berasal dari rating para penilai
tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Penilai melakukan rating terhadap item dalam tataran yang sama terhadap isu tersebut.
b. Skala Likert Method of Summateds Ratings
Likert 2007:102 mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri
dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang favorable dan yang unfavorable. Sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk
mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi tes yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan agreement atau
disagreemenn-nya untuk masing-masing item dalam skala yang terdiri dari 5 poin sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Semua item yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju
nilainya 1. Sebaliknya, untuk item yang unfavorable nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya
skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama equal-interval scale.
c. Unobstrusive Measures .
Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek- aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.
d. Multidimensional Scaling .
Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian,
pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensinal kurang valid terutama apabila diterapkan pada lain orang,
lain isu, dan lain skala item.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan Skala Likert Method of Summateds Ratings
2.1.6 Pengertian Perilaku
Perilaku manusia merupakan sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi,
danatau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.
Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial
manusia yang sangat mendasar.
Menurut Notoatmodjo 2003:15 “Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati pihak luar.”
Sedangkan Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003:15, merumuskan bahwa “perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.’’
Menurut Rogers dalam Palmer 2003:35, pendidikan menuntut perlunya perilaku guru yang menerima siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan
yang saling percaya dan nyaman, dan membangun hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri.
Sementara perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “tanggapan atau
. reaksi
. individu yang terwujud di gerakan sikap tidak saja
badan atau ucapan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku ialah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat
luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya,sebagai suatu stimulus terhadap organism
.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua Notoatmodjo, 2003 :16 :
1. Perilaku tertutup
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup convert. Respon atau reaksi terhadap stimulus
ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.1.7 Domain Perilaku
Bloom dalam Notoatmodjo 2003:15, membagi perilaku itu didalam 3 domain ranahkawasan, meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan
pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif
kognitif domain, ranah affektif affectife domain, dan ranah psikomotor pshychomotor domain.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan knowlegde
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
1 Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik.
2 Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
3 Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1 Tahu Know
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali recall terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2 Memahami Comprehension
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3 Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4 Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
dan ada kaitannya dengan yang lain.
5 Sintesa
Sintesa menunjukkan
suatu kemampuan
untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6 Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek.
2. Domain Kognitif
Bloom membagi domain kognisi menjadi 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: bagian pertama berupa adalah pengetahuan kategori 1 dan
bagian dua berupa kemampuan dan keterampilan intelektual kategori 2-6. a. Pengetahuan Knowledge
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar,
dan sebagainya. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manejemen kualitas, orang yang berada dilevel ini bisa menguraikan dengan baik
definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk dan sebagainya.
b. Aplikasi Application Di tingkat ini, seseorang memilki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab
meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab
turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
c. Analisis Analysis Ditingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu
memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap
penyebab ke dalam tingkat keparahan yang ditimbulkan. d. Sintesis Synthesis
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah scenario yang sebelumnya tidak
terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini
seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua
penyebab turunnya kualitas produk. e. Evaluasi Evaluation
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dan sebagainya dengan menggunakan kriteria yang
cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seseorang manajer kualitas harus
mampu menilai alternatif solusi yang sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dan sebagainya.
3. Domain Psikomotor