PENDAHULUAN REVIEW Critical Review Jurnal Analisis Lokasi d 001

SANTIKA PURWITANINGSIH 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan penumpang dalam mencari akomodasi dan meningkatkan performa operasional, mengevaluasi dan memilih lokasi hotel yang sesuai telah menjadi isu yang paling kritis dalam industri perhotelan. Pemilihan lokasi telah menarik perhatian dari para akademisi dan komunitas bisnis dalam dua dekade terakhir ini. Pemilihan lokasi hotel mempunyai implikasi strategi yang penting karena pemilihan lokasi secara normal akan melibatkan komitmen sumber daya jangka panjang. Dari kondisi operasional sebuah hotel, kita dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh bagi suatu hotel untuk sukses adalah reputasi, style bangunan, struktur finansial, marketing, kualitas staf, dan pemilihan lokasi. Akan tetapi, lokasi merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi performa operasi di masa depan Yang dan Lee, 1997. Jadi, lokasi hotel yang baik tidak bisa hanya membantu menambah minat pasar dan keuntungan, tetapi juga bisa menambah kenyamanan untuk pelanggan. Selain itu, dalam era pelayanan berbasis pelanggan, memenuhi kebutuhan pelanggan atau meningkatkan kenyamanan pelanggan akan secara langsung dapat meningkatkan loyalitas dari pelanggan tersebut. 1.2 TUJUAN Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan lokasi hotel pariwisata internasional. 2. Mengetahui implikasi teori lokasi terhadap fenomena lokasi dan keruangan dalam lingkup wilayah dan kota. SANTIKA PURWITANINGSIH 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 TEORI LOKASI Teori Lokasi yang digunakan adalah teori lokasi Hotelling dan teori Alonso.

1. Teori Hotelling

Teori hotelling dikemukakan oleh Hotelling 1929 dan Fetter 1942. Teori hotelling muncul sebagai kelemahan dari teori lokasi yang mengasumsikan bahwa karakter demand dalam suatu ruang space adalah seragam. Teori modelling juga merupakan pengembangan dari konsep “least-cost location ” dengan mempertimbangkan “ketergantungan lokasi”. Dalam memilih lokasi industri, produsen berperilaku untuk menguasai market area seluas-luasnya yang dipengaruhi oleh perilaku konsumen dan keputusan berlokasi produsen lainnya. Locational Interdependence, pada kondisi inelastic demand :  Industri A pertama kali memasuki market, kemudian industri B berkompetisi dengan A.  Jika kesuanya berlokasi di tengah, maka market area terbagi sama dari kedua perdagangan.  Jika B berpindah ke kanan, harga di kanan lebih rendah dibandingkan harga di tengah.  Jika demand-nya inelastic, maka industri B tidak akan mendapatkan keuntungan apapun. Locational Interdepence, pada kondisi elastic demand :  Dua industri A dan B berkolusi untuk memonopoli pasar dan berlokasi di posisi kuartil.  Keduanya membagi market area sama luasnya perbandingan dengan lokasi di tengah, biaya angkut di lokasi kuartil lebih besar dibandingkan dengan lokasi yang di tengah.  Keuntungan berlokasi di kuartil melebihi berbagai kemungkinan alternatif lainnya.  Pemikiran Hotelling dikritik oleh Devletoglou 1965 bahwa market area yang dipisahkan oleh garis indiferen adalah tidak realistis.

2. Teori Alonso

William Alonso mengadaptasi konsep Von Thunen dan kemudian memasukkannya ke dalam konteks kota. Pasar pusat kota seperti pada teori Von Thunen diinterprestasikan oleh Alonso sebagai sebuah kota dengan Central Business District CBD di tengahnya. SANTIKA PURWITANINGSIH 3 Seperti beberapa teori sebelumnya, transportasi menjadi faktor utama dalam penentuan perumahan dan perusahaan. Teori ini juga disebut sebagai Bid-rent Theory yang mendasarkan penilaian pada penggunaan dan nilai lahan. Teori bid-rent adalah teori ekonomi geografi yang menunjukkan bagaimana harga dan permintaan berubah ketika jarak dengan CBD meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna lahan yang berbeda akan berkompetisi satu sama lain demi lahan yang dekat dengan pusat kota. Hal ini berdasarkan gagasan bahwa tujuan perusahaan ritel adalah untuk memaksimalkan keuntungan, maka mereka mau mengeluarkan biaya lebih untuk lahan yang dekat dengan CBD daripada yang jauh dengan CBD. Teori ini mengasumsikan bahwa semakin mudah aksesibilitas dari suatu area, maka area itu akan lebih menguntungkan. Gambar 1 Bid-rent Curve Sumber : Diktat Analisis Lokasi dan Keruangan, 2012 2.2 FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MODEL Fuzzy Multi-criteria Decision Model pada dasarnya menggunakan Analytic Hierarchy Process sebagai metode analisisnya, tetapi ditambahkan penggunaan teori fuzzy yang memungkinkan pengambil keputusan untuk menggabungkan informasi-informasi yang tidak dapat dihitung, tidak lengkap, informasi yang tidak didapatkan, serta fakta parsial ke dalam model keputusan Kroemer et al., 1999. Analytic Hierarchy Process atau biasa disebut AHP dikembangkan oleh Prof. Thomas L. Saaty, seorang Guru Besar Matematika dari University of Pittsburgh pada tahun 1970. Metode ini merupakan alat bantu sistem pendukung keputusan yang dinilai luas untuk penyelesaian problem keputusan multikriteria. Metode ini mensintesis perbandingan “judgement‟ pengambil keputusan yang berpasangan pada setiap level hirarki keputusan. Caranya dengan menetapkan bobot prioritas relatif setiap elemen keputusan, dimana bobot ini merepresentasikan intensitas preferensi atas suatu keputusan Saaty, 1993. SANTIKA PURWITANINGSIH 4 Prinsip dasar dari Analytic Hierarchy Process adalah prinsip berpikir analitis. Pengambilan keputusan dalam metodologi AHP didasarkan pada tiga prinsip pokok, antara lain : 1. Penyusunan hierarki yang disusun berdasarkan pandangan pihak-pihak yang memiliki keahlian expert dan pengetahuan di bidang yang bersangkutan. 2. Penentuan prioritas dari elemen-elemen kriteria berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak yang berkepentingan. 3. Konsistensi logis. Konsistensi dari hasil penilaian yang bisa diterima adalah yang mempunyai rasio konsistensi lebih kecil atau sama dengan 10. SANTIKA PURWITANINGSIH 5

BAB III REVIEW

3.1 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan antara lain studi literatur mengenai hotel pariwisata dan teori lokasi terkait untuk menentukan faktor-faktor dan kriteria dalam penentuan lokasi. Kemudian faktor-faktor dan kriteria yang diuji dan dilakukan pembobotan dengan metode analisis Fuzzy Analytic Hierarchy Process. 3.2 PEMBAHASAN Tahapan pemilihan lokasi yang dilakukan melaui studi literatur dan metode analisis Fuzzy Multi-Criteria Decision Model dijelaskan dalam diagram berikut ini : Gambar 2 Tahapan Pemilihan Lokasi Hotel Sumber : Hasil Analisa, 2015 Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan struktur hierarki dari kriteria. Sistem penentuan struktur hierarki dari kriteria diadopsi untuk menentukan lokasi hotel pariwisata internasional. Level pertama menunjukkan tujuan dari penelitan, level kedua adalah keempat perspektif yang dipertimbangkan untuk memilih lokasi. Level ketiga dan keempat menggambarkan faktor dan kriteria yang ditetapkan untuk setiap perspektif. Langkah kedua adalah melakukan pembobotan terhadap kriteria untuk setiap level menggunakan konsep Kahraman dkk., kemudian menggunakan metode dari Buckley 1985 untuk menggunakan metode rata-rata geometrik untuk mengkalkulasi bobot fuzzy dari setiap matriks fuzzy. Hasil pembobotan menunjukkan bahwa perspektif yang paling menentukan adalah karakteristik dari hotel, faktor yang paling menentukan adalah faktor pengembangan internal, serta kriteria yang paling dominan antara lain keamanan publik, kemudahan lalu lintas dalam menjangkau spot-spot pariwisata dan akulturasi dengan budaya lokal. SANTIKA PURWITANINGSIH 6 Langkah ketiga adalah melakukan tabulasi data atas peringkat evaluasi dari alternative lokasi versus kriteria menggunakan fuzzy number yang dimaksud fuzzy number di sini adalah segitiga fuzzy, dimana masing-masing nilainya sudah diurutkan menurut kriteria- kriteria tertentu. Langkah keempat adalah menghitung nilai ideal dan anti-ideal dari alternatif lokasi versus kriteria, langkah ini dilakukan untuk menilai apakah performa dari setiap kriteria itu baik atau tidak. Langkah selanjutnya adalah menentukan jarak antara alternatif lokasi dengan solusi ideal serta anti-ideal, dan langkah terakhir adalah menentukan indeks terdekat dari koefisien alternative lokasi dan dan kemudian koefisien itu digunakan untuk memilih alternatif lokasi terbaik. Setelah dilakukan berbagai proses analisa, diperoleh nilai akhir koefisien alternative lokasi, dimana alternatif yang memiliki nilai koefisien paling besar adalah alternatif 1, sehingga alternatif lokasi yang paling cocok untuk membangun sebuah hotel pariwisata internasional adalah di pusat distrik Taichung. Table 1 Hasil Akhir Koefisien Alternatif Lokasi Sumber : Jurnal, 2008 SANTIKA PURWITANINGSIH 7

BAB IV CRITICAL REVIEW