Perilaku pasar market conduct Keragaan pasar market performance

36 c Marjin pemasaran dan Ratio Profit Marjin RPM Marjin pemasaran adalah perbedaan harga pada tingkat produsen Pf dengan harga di tingkat eceran atau konsumen Pr yang terdiri dari keuntungan dan biaya Hasyim, 2012. Secara matematis marjin dirumuskan sebagai : mji = Psi – Pbi, atau mji = bti + πi ....................................... ………15 Total marjin pemasaran adalah : Mji = n i mji 1 atau Mji = Pr – Pf ........................................... ………16 Konsep pengukuran dalam analisis marjin adalah: a Marjin pemasaran dihitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan harga jual dalam rupiah per kilogram pada masing-masing tingkat lembaga pemasaran. b Harga beli dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian per kilogram. c Harga jual dihitung berdasarkan harga rata-rata penjualan per kilogram. Penyebaran marjin pemasaran dapat dilihat berdasarkan persentase keuntungan terhadap biaya pemasaran Ratio Profit MarginRPM pada masing-masing lembaga pemasaran, yang dirumuskan sebagai: RPM = i i bt ........................................................................ ………17 37 di mana: mji = marjin lembaga pemasaran tingkat ke-i Psi = harga penjualan lembaga pemasaran tingkat ke-i Pbi = harga pembelian lembaga pemasaran tingkat ke-i bti = biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i πi = keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i Mji = total marjin pemasaran Pr = harga pada tingkat konsumen Pf = harga pada tingkat petani produsen Menurut Azzaino 1983, nilai RPM yang relatif menyebar merata pada berbagai tingkat lembaga pemasaran merupakan cerminan dari sistem pemasaran yang efisien. Jika selisih RPM antarlembaga pemasaran sama dengan nol, maka sistem pemasaran tersebut efisien. Sebaliknya, selisih RPM antarlembaga pemasaran tidak sama dengan nol, maka sistem pemasaran tidak efisien. d Korelasi harga Analisis korelasi harga adalah suatu analisis yang menggambarkan seberapa jauh perkembangan harga suatu barang pada dua tempat atau tingkat yang sama atau berlainan yang saling berhubungan melalui perdagangan Hasyim, 2012. Rumus korelasi harga adalah: r = ……………………………18 di mana: r = koefisien korelasi n =jumlah pengamatan Pf =harga pada tingkat produsen Pr = harga yang dibayar oleh konsumen akhir 38 Apabila koefisien korelasi r mendekati satu, maka keeratan hubungan harga pada dua tingkat pasar sangat tinggi. Sebaliknya, jika koefisien korelasi r mendekati nol, maka hubungan harga antara dua tingkat pasar kurang erat. e Elastisitas transmisi harga Analisis elastisitas transmisis harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang di satu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempattingkat pasar lainnya Hasyim, 2012. Rumus elastisitas transmisi harga adalah : Et = atau Et= .................................. ………19 Pf dan Pr berhubungan linier dalam persamaan: Pf = a + b Pr, sehingga b r f atau b f r 1 , dan E t Pr . 1 Pf b .................... ………20 di mana: E t = Elastisitas transmisi harga a = Intersep titik potong b = Koefisien regresi atau slope Pf = Harga di tingkat produsen Pr = Harga di tingkat konsumen Kriteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga adalah Hasyim, 2012 : 1 jika E t = 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen sama dengan laju perubahan harga di tingkat produsen. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku tataniaga adalah bersaing sempurna, dan sistem tataniaga yang terjadi sudah efisien, 39 2 jika E t 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dibanding dengan laju perubahan harga di tingkat produsen. Keadaan ini bermakna bahwa pemasaran yang berlaku belum efisien dan pasar yang dihadapi oleh pelaku tataniaga adalah bersaing secara tidak sempurna. 3 jika E t 1, maka laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar daripada laju perubahan harga di tingkat produsen. Pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna dan sistem pemasaran yang berlaku belum efisien.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Struktur pasar yang terjadi pada sistem pemasaran karet rakyat di Kecamatan Bahuga Kabupaten Way Kanan adalah struktur pasar tidak bersaing sempurna yang mengarah pada bentuk pasar oligopsoni dengan jumlah petani karet sebanyak 51 petani, lembaga perantara sebanyak 7 yaitu pedagang pengumpul I sebanyak 4 orang, pedagang pengumpul II sebanyak 1 kelompok, dan pedagang besar sebanyak 2 orang, serta pabrik olah karet sebanyak 1 unit. 2. Perilaku pasar menunjukkan bahwa petani karet rakyat tidak menghadapi kesulitan dalam memasarkan hasil panennya, sistem pembayaran dilakukan secara tunai. 3. Keragaan pasar menunjukkan bahwa: 1 Saluran pemasaran karet rakyat yang terdapat di lokasi penelitian terdiri dari 5, yaitu: a. Saluran pemasaran I karet kering 1 minggu yaitu petani – pedagang pengumpul I – pedagang besar – pabrik. 78 b. Saluran pemasaran II karet kering 2 minggu yaitu petani- pedagang pengumpul II – pabrik. c. Saluran pemasaran III karet kering 2 minggu yaitu petani-pedagang pengumpul I - pedagang besar – pabrik. d. Saluran pemasaran IV karet kering 1 bulan yaitu petani - pedagang besar – pabrik. e. Saluran pemasaran V karet kering 1 bulan yaitu petani – pedagang pengumpul II - pedagang besar - pabrik. 2 Marjin pemasaran realtif besar dan rasio profit marjin tidak merata yang mengindikasikan sistem pemasaran karet rakyat belum efisien. 3 Koefisien korelasi harga karet rakyat adalah 0,795, yang berarti ada hubungan yang cukup erat antara harga di tingkat produsen dengan konsumen akhir. 4 Elastisitas transmisi harga yang diperoleh adalah 0,64, yang menunjukkan bahwa pasar yang terjadi adalah pasar persaingan oligopsoni dan sistem pemasaran yang terjadi belum efisien.

B. Saran

Penelitian ini mengkaji tentang struktur pasar, perilaku pasar, saluran pemasaran, dan menganalisis efisiensi pemasaran karet rakyat dipandang dari aspek pangsa produsen, marjin pemasaran, korelasi harga dan koefisien regresi harga serta elastisitas transmisi harga karet rakyat di Kecamatan Bahuga Kabupaten Way Kanan. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar: 79 1. Bagi petani karet hendaknya menjual bahan olah karet dengan jenis karet kering 2 minggu karena kualitas karet tersebut mempunyai kadar karet kering cukup baik yang dapat diterima oleh pabrik olah karet dan tidak terlalu lama menunggu penirisan karet dibandingkan dengan karet kering 1 bulan, serta menjual karet tersebut langsung kepada pedagang pengumpul II. Hal ini sebaiknya didukung oleh instansi terkait dengan memberikan penyuluhan atau informasi kepada petani untuk lebih memperhatikan kualitas bahan olah karet. 2. Peneliti lain sebaiknya melakukan penelitian yang lebih mendalam dalam bidang produksi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemasaran karet di daerah penelitian.

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 64 58

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Pada Komposisi Media Dan Genotipe Berbeda

0 43 86

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muall, Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora casiicola Berk & Curt.) di Lapangan

0 34 64

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Analisis Pendapatan Karyawan Penderes Tanaman Karet.

9 104 44

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 65 57

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KARET ( Hevea Brasiliensis ) RAKYAT JENIS BOKAR DI KECAMATAN BANJAR AGUNG, KABUPATEN TULANG BAWANG, PROPINSI LAMPUNG

4 91 79

ANALISIS KUALITAS KARET RAKYAT KAITANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN PETANI KARET RAKYAT DI KECAMATAN BELAMBANGAN UMPU KABUPATEN WAY KANAN

4 29 73