2.5 Otoacoustic EmissionOAE Otoacoustic emission pertama kali ditemukan oleh Gold pada tahun 1948 dan
diperkenalkan oleh Kemp pada tahun 1978. Otoacoustic emission adalah suara
yang terdapat pada kanalis akustikus eksternus dimana merupakan suatu proses yang terjadi didalam koklea. Selain menerima suara, koklea juga menghasilkan
suara dalam intensitas yang rendah. Otoacoustic emission dihasilkan hanya bila organ korti dalam keadaan mendekati normal, dan hanya dapat timbul dengan jelas
bila telinga tengah berfungsi dengan baik Robinette Glattke 1997; Kemp 2002; Campbell 2006.
Hal yang penting dalam OAE adalah stimulus bunyi tertentu yang diberikan melalui probe dan tidak memerlukan elektroda, dimana yang digunakan adalah
mikrofon untuk mendeteksi OAE kemudian diubah menjadi elektrik sehingga lebih mudah diproses Kemp 2002.
Otoacoustic emission dibentuk dari transmisi yang berasal dari koklea baik secara spontan atau dengan stimulus ke telinga tengah sehingga terjadi getaran
pada membran timpani. Menutup liang telinga merupakan bagian yang sangat penting agar pergerakan membran timpani efisien lebih padat, dan sedikit udara
yang bisa keluar masuk liang telinga Robinette Glattke 1997; Kemp 2002.
2.5.1 Tujuan pemeriksaan
Tujuan utama pemeriksaan otoacoustic emission adalah untuk menilai keadaan koklea, khususnya fungsi sel rambut luar telinga dalam. Hasil pemeriksaan dapat
berguna untuk Campbell 2006 a. Skrining pendengaran khususnya pada neonatus, infan atau individu dengan
gangguan perkembangan. :
b. Memperkirakan sensitivitas pendengaran dalam rentang tertentu. c. Membedakan gangguan sensori dan neural pada gangguan pendengaran
sensorineural. d. Pemeriksaan pada gangguan pendengaran fungsional berpura-pura.
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan dapat dilakukan pada pasien yang sedang tidur, bahkan pada keadaan koma, karena hasil pemeriksaan tidak memerlukan respon tingkah
laku.
2.5.2 Syarat – syarat untuk menghasilkan otoacoustic emission
a. Tidak ada obstruksi pada liang telinga b. Menutup rapat-rapat liang telinga dengan probe
c. Posisi optimal dari probe d. Tidak ada penyakit telinga tengah
e. Sel rambut luar masih berfungsi f. Pasien kooperatif
g. Lingkungan sekitar tenang Campbell 2006
Pemeriksaan otoacoustic emission sering digunakan untuk skrining menentukan ada atau tidaknya fungsi koklea, meskipun sebenarnya pemeriksaan dapat
dilakukan pada daerah koklea dengan frekuensi tertentu. Robinette Glattke 1999; Campbell 2006.
Otoacoustic emission dapat terjadi spontan sebesar 40-60 pada telinga normal, tetapi secara klinis yang memberikan respon baik adalah evoked otoacoutic
emissions Mainley, Ray Popper 2008.
2.5.3 Pembagian otoacoustic emission Otoacoustic emission dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Spontaneous otoacoustic emissions SOAEs, merupakan emisi suara tanpa adanya rangsangan bunyi secara spontan.
b. Transient otoacoustic emission TOAEs atau Transient evoked otoacoustic emissions TEOAEs, merupakan emisi suara yang dihasilkan oleh rangsangan
bunyi menggunakan durasi yang sangat pendek, biasanya bunyi click, tetapi dapat juga tone-bursts.
c. Distortion product otoacoustic emission DPOAEs, merupakan emisi suara sebagai respon dari dua rangsang yang berbeda frekuensi.
Universitas Sumatera Utara
d. Sustained-frequncy otoacoustic emission SFOAEs, merupakan emisi suara sebagai respon dari nada yang berkesinambungan kontinyu Robinette
Glattke 1999; Campbell 2006; Mainley, Ray Popper 2008.
2.5.4 Transient evoked otoacoustic emission TEOAEs