commit to user
147. Sehingga perlu adanya pengkajian peraturan perundang-undangan dengan menggunakan teori hukum yaitu :
1. Principles of Legality Teori Fuller; 2. Aspek-aspek penegakan hukum Teori J.B.J.M Ten Berge;
3. Validitas Teori Hans Kelsen. Ketiga teori ini kemudian dijadikan landasan bagi penulis untuk
menganalisis ataupun meninjau secara yuridis normatif terhadap pengaturan malpraktek medis dan ketentuan yuridis terhadap terjadinya malpraktek medis
sesuai sitem hukum Indonesia hingga nantinya akan muncul beberapa fakta hukum yang mengarahkan penulis pada suatu kesimpulan yaitu bagaimanakah
kepastian hukum dalam menyelesaikan masalah hukum berupa malpraktek medis sesuai dengan sistem hukum di Indonesia.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengaturan Malpraktek Medis Dalam Sistem Hukum Indonesia
Pelaksanaan praktik kedokteran banyak menghadapi kendala, salah satunya dikenal dengan istilah malpraktek medis. Belum adanya hukum
normatif Undang-Undang yang mengatur malpraktek medis menyebabkan malpraktek medis sulit dibuktikan yang tentunya menimbulkan kerugian bagi
korban. Hal tersebut juga merugikan pihak tenaga kesehatan, karena tidak terdapat ketentuan yang jelas bagaimana kriteria perlakuan medis yang
dinyatakan sebagai malpraktek medis. Pada prinsipnya, malpraktek medis dapat dicegah apabila pihak tenaga
kesehatan menaati aturan praktik kedokteran dengan baik. Menurut Patricia M. Danzon,
“Physicians and other medical providers are subject to a negligence rule of liability. To prevail, a plaintiff must show that he or she sustained
damages that were caused by the failure of the physician to take due care, defined as a customary practice of physicians in good standing with the
profession, or a significant minority of such physicians. In a simple model, with perfect information and homogeneous physicians, a negligence rule of
commit to user
liability with an appropriately defined due care standard should induce complete compliance: there should be no malpractice, no malpractice claims
and no demand for malpractice insurance” “Patricia M. Daanzon, 1991:51- 69”.
Terjemahan bebas oleh penulis sebagai berikut “Dokter dan penyedia pelayanan medis lainnya tunduk terhadap ketentuan hukum yang mengatur
pertanggungjawaban medis. Untuk dapat mengajukan gugatan, penggugat harus mampu membuktikan terjadinya kelalaian yang disebabkan oleh
ketidakhati-hatian dokter, dalam melakukan perawatan yang tepat, pasti sebagaimana praktik dokter yang sesuai standar profesi medis secara umum
atau dalam hubungannya dengan profesi dokter itu sendiri. Secara sederhana, dengan adanya informasi yang lengkap dan seragam sebuah kelalaian
terhadap hukum dengan batas peraturan yang jelas dan standar yang tepat akan menyebabkan pemenuhan hukum yang lengkap. Itu seharusnya bukan
menjadi malpraktek, tidak ada klaim malpraktek dan tidak ada tuntutan untuk asuransi malpraktek”.
Sistem hukum Indonesia sebagai kesatuan dari komponen atau unsur sub-sistem terdiri dari: hukum materiil, hukum formil, hukum perdata,
hukum publik. Sistem hukum Indonesia terdiri dari: “http: id.wikipedia.orgwikiHukum Indonesia”
1. Hukum Perdata; 2. Hukum Pidana;
3. Hukum Tata Negara; 4. Hukum Administrasi Negara;
5. Hukum Acara Perdata; 6. Hukum Acara Pidana;
7. Hukum Adat; dan 8. Hukum Islam.
Hierarki sistem hukum Indonesia terdiri dari Undang-Undang No 10 tahun 2004 Pasal 7 ayat 1:
1 Undang-Undang Dasar 1945; 2 Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
commit to user
3 Peraturan Pemerintah; 4 Peraturan Presiden; dan
5 Peraturan Daerah. Aturan hukum untuk pengaturan malpraktek medis sudah dapat
dikatakan sebagai sistem hukum karena sudah memenuhi sebagian besar ukuran yang ditetapkan oleh Fuller. Setelah peraturan hukum dinyatakan
sebagai sitem hukum kemudian dilihat penegakan hukumnya, apakah aturan tersebut sudah dapat ditegakkan di masyarakat. Bedasarkan teori Ten Berge
dalam rangka penegakan hukum peraturan tersebut harus dapat diimplementasikan langsung untuk kasus di masyarakat. Pengaturan
menngenai malpraktek medis memenuhi ketentuan penegakan hukum karena aturan tersebut dapat diselesaikan untuk menyelesaikan kasus yang terjadi
dalam sengketa konsumen dan produsen contohnya: Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
1. Pengaturan Aspek Hukum Perdata Malpraktek Medis