Aspek Hukum Pengaturan Malpraktek Medis Berdasar Sistem

commit to user

4. Aspek Hukum Pengaturan Malpraktek Medis Berdasar Sistem

Hierarki Hukum Indonesia a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal-pasal dalam UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang berkaitan dengan malpraktek medis baik dari segi perdata, pidana maupun administratif antara lain: Pasal 32 1 Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Pasal 34 2 Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu. Pasal 35 1 Transfusi darah hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Pasal 36 1 Implan obat atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu. Pasal 37 1 Bedah plastik dan rekontruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu. Pasal 53 2 Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Pasal 54 1 Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin. Pasal 55 1 Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan Pasal 70 2 Bedah mayat dapat dilakukan oleh tenaga yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pasal 80 commit to user 1 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 1 dan ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling banyak Rp 500.000.000 lima ratus juta rupiah. Pasal 81 1 Barang siapa tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja: a. Melakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat 1; b. Melakukan implan alat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat 1; c. Melakukan bedah plastik dan rekontruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat 1; Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tujuh tahun dan denda paling banyak Rp. 140.000.000 seratus empat puluh juta rupiah Pasal 82 1 Barang siapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja: a. Melakukan pengobatan dan atau perawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat 4; b. Melakukan transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat 1; c. Melakukan implan obat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 1; d. Melakukan pekerjaan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat 1; e. Melakukan bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat 2; Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 seratus juta rupiah. Pasal yang memuat norma pidana yakni, pasal 80, 81, 82. Tetapi pengaturan tersebut sudah tidak belaku lagi karena, lahirnya Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran Beberapa pasal dalam Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang berkaitan dengan malpraktek medis, baik dari aspek hukum perdata, pidana dan administrasi antara lain: Pasal 29 1 Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi. commit to user Pasal 30 1 Dokter dan dokter gigi lulusan luar negeri yang akan melaksanakan praktik kedokteran di Indonesia harus dilakukan evaluasi. 3 Dokter dan dokter gigi warga negara asing selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 juga harus melengkapi surat izin kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kemampuan berbahasa Indonesia. Pasal 31 1 Surat tanda registrasi sementara dapat diberikan kepada dokter dan dokter gigi warga negara asing yang melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan di bidang kedokteran atau kedokteran gigi yang bersifat sementara di Indonesia. Pasal 32 1 Surat tanda registrasi bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis atau dokter gigi spesialis warga negara asing yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia. Pasal 36 “ Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik” Pasal 41 1 Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik dan menyelenggarakan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 wajib memasang papan nama praktik kedokteran. Pasal 42 “Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan praktik kedokteran di sarana pelayanan kesehatan tersebut” Pasal 44 1 Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi. Pasal 45 1 Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan. 5 Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan. Pasal 46 1 Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. commit to user Pasal 47 2 Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Pasal 48 1 Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedoketran Pasal 52 Pasien dalam menrima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak: a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat 3; b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain; c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; d. Menolak tindakan medis; e. Mendapatkan isi rekam medis. Pasal 53 Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban: a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya; b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau doker gigi; c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Pasal 66 1 Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. 3 Pengaduan sebagaimana dmaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melapor adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang danatau menggugat kerugian perdata ke pengadilan. Pasal 73 2 Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah- olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi danatau surat izin praktik. 3 Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode, cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi danatau surat izin praktik Pasal 75 merumuskan: commit to user 1 Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun atau denda paling banyak Rp 100.000.000 seratus juta rupiah 2 Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun atau denda paling banyak Rp 100.000.000 seratus juta rupiah 3 Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi bersyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun atau denda paling banyak Rp 100.000.000 seratus juta rupiah. Pasal 76: “Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun atau denda paling banyak Rp 100.000.000 seratus juta rupiah.” Pasal 77: “Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyrakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi dansurat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau denda paling banyak Rp 150.000.000 seratus lima puluh juta rupiah.” Pasal 78: “Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode, atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau denda paling banyak Rp 150.000.000 seratus lima puluh juta rupiah.” Pasal 79: “Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000 lima puluh juta rupiah setiap dokter atau dokter gigi yang: a. Dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat 1; b. Dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat 1; atau commit to user c. Dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.” Pasal 80: 1 Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun atau denda paling banyak Rp 300.000.000 tiga ratus juta rupiah 2 Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh koorporasi, maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman tambahan berupa pencabutan izin. Pasal-pasal diatas bila dilanggar oleh tenaga kesehatan memiliki potensi timbulnya malpraktek medis. Tindak pidana bidang kesehatan dirumuskan dalam Pasal 75-80. Berikut rumusan pasalnya: 1. Tindak pidana praktik kedokteran tanpa Surat Tanda Registrasi STR, Pasal 75; 2. Tindak pidana praktik kedokteran tanpa Surat Izin Praktik SIP, Pasal 76; 3. Tindak pidana menggunakan identitas gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan dokter yang memiliki STR dan SIP, Pasal 77; 4. Tindak pidana menggunakan alat, metode pelayanan kesehatan yang menimbulkan kesan dokter yang memiliki STR dan SIP, Pasal 78; 5. Tindak pidana dokter praktik yang tidak memasang papan nama, tidak membuat rekam medis, dan tidak berdasarkan standar profesi, Pasal 79; 6. Tindak pidana mempekerjakan dokter tanpa SIP, Pasal 80; Adami Chazawi, 2007:149 Tindak pidana berdasar pasal 75, 76, 79, dan 80 termasuk pelanggaran hukum administrasi kedokteran yang diberi ancaman pidana.

1. Tindak Pidana Praktik Dokter Tanpa STR Surat Tanda