commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Kebudayaan merupakan perwujudan dari perilaku manusia sebagai anggota masyarakat. Satu konsep keindahan Jawa yang menyatakan bahwa
sesuatu yang halus adalah indah. Konsep tersebut berkaitan dengan sesuatu penilaian baik buruk ini berkaitan erat dengan cita rasa terhadap suatu hal. Halus
dan kasar pertama-tama merupakan katagori estetis. Apa yang halus itu juga indah dan yang kasar itu jelek. Dengan demikian penilaian baik buruk berdekatan
dengan penilaian estetis. Banyak ragam kebudayaan yang memiliki nilai estetik, salah satunya adalah karya sastra. Karya sastra merupakan hasil tanggapan
seseorang terhadap kehidupan, baik melalui pengalaman, pengetahuan, kebudayaan maupun hasil bacaan, yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Tulisan
itu dapat dipahami dan dinikmati oleh masyarakat pembaca. Hubungan antara pengarang, karya sastra, dan pembaca merupakan satu kesatuan, tidak dapat
dipisah-pisahkan. Karya sastra diciptakan pengarang pasti mengandung suatu ajaran. Ajaran
itu berfungsi sebagai bekal dalam menjalankan roda kehidupan yang selalu berputar. Ajaran-ajaran itu antara lain: moral, kepemimpinan, tanggung jawab,
sopan santun dan sebagainya. Lewat karya sastra ajaran yang disampaikan kepada pembaca sangat halus, yakni dalam bentuk kias dan perlambangan, bukan tembak
langsung Zainuddin fananie, 2000:46.
commit to user 2
Karya sastra bukanlah barang mati dan fenomena yang lumpuh, melainkan penuh daya imajinasi yang hidup. Karya sastra tidak berbeda jauh dengan
fenomena manusia yang bergerak, fenomena alam yang kadang-kadang ganas, dan fenomena apa pun yang ada di dunia dan akherat. Karya sastra dapat
menyebrang ke ruang dan waktu, yang kadang-kadang jauh dari jangkauan nalar manusia Suwardi Endraswara, 2003:22.
Karya sastra adalah budidaya manusia yang berupa lisan dan tulis. Karya sastra bentuk lisan di antaranya adalah folklor, dongeng, legenda, dan sebagainya. Karya
sastra seperti ini penyebarannya dari mulut ke mulut, sedangkan karya sastra bentuk tulis di antaranya cerbung, cerita pendek, drama, puisi, dan novel. Dengan
menggunakan bahasa yang indah sebagai ungkapan pikiran yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis Gorys Keraf 2004:113.Novel berbeda dengan
cerpen karena novel lebih kompleks dalam segi ceritanya. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak,
lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai masalah yang ada Burhan Nurgihantoro, 2000:11. Selain itu novel tidak bisa dibaca sekali duduk
berbeda dengan cerpen yang bisa dibaca dalam sekali duduk. Novel merupakan ungkapan realita kehidupan yang selalu menarik dan
pelik untuk diperhatikan. Banyak novel yang ditulis pengarang yang berkisah tentang asmara, misteri, kehidupan rumah tangga, kesetiaan, perjuangan, dan
sebagainya. Masalah tersebut merupakan realitas kehidupan dari seorang pengarang yang telah mewakili gejolak jiwanya kemudian dituangkan dalam
bantuk karya sastra. Novel Dom Sumurup ing Banyu karya Suparto Broto adalah
kisah nyata perjalanan beliau pada saat jaman kemerdekaan RI. Hanya saja Pak
commit to user 3
Brata panggilan akrap di lingkungan tempat tinggalnya menuangkan cerita tersebut dengan nama-nama tokoh yang fiksi atau Pak Brata membuat sendiri
tokoh-tokoh tersebut. Novel DSB menceritakan tentang seorang mata-mata Belanda yang berusaha masuk ke Indonesia. Seorang mata-mata tersebut diutus
oleh seorang perwira staf suatu organisasi Belanda yang berdiri di Surabaya bernama Luidelmeyer. Mata-mata tersebut berusaha masuk ke tanah Indonesia
lewat garis dhemarkasi Mojokerto. Belanda mengutus seorang mata-mata masuk ke Indonesia dengan tujuan mengambil gambar rumus bangunan pabrik
mesiusenjata di Batu Jamus yang dimiliki Indonesia. Pabrik mesiusenjata ini terletak di lereng gunung Lawu sebelah barat, yang rencananya akan dihancurkan
oleh Belanda. Dahulu belum seperti jaman modern sekarang ini, yang sudah ada
kamera untuk memudahkan mengambil sebuah gambar. Novel Dom Sumurup ing Banyu
diceritakan rumusan gambar tersebut dipotret oleh seorang mata-mata dengan mata telanjang, diingat dan kemudian dituangkan ke sebuah bentuk
gambar tangan. Herlambang adalah tokoh yang diceritakan mampu dan memiliki
kemampuan memotret dengan mata telanjang yang diingat dan kemudian digambarkan kembali dalam bentuk gambar tangan. Herlambang adalah tokoh
utama dalam novel Dom Sumurup ing Banyu, di novel ini diceritakan kepintaran
seorang Herlambang telah banyak dipakai untuk kepentingan perang, seperti di perang dunia ke II di Pasifik. Herlambang telah membantu pasukan US-Army
mengalahkan pasukan Jepang di pulau-pulau Saipan, Mariane, Iwo Jiwo, Tarakan, luzon yang dikomandani Jendral McArthur. Novel ini menceritakan tentang
pengalaman seorang Herlambang menjadi ” dom sumurup ing banyu ”, spionase
commit to user 4
yang masuk di tanah Republik Indonesia bulan Agustus 1948. Mojokerto awal mula Herlambang memulai petualangannya sebagai spion atau mata-mata dan
bertemu dengan van Grinsven perwira VDMB Belanda Veiligheids Dienst Mariniers Brigade yang merencanakan, mempersiapkan menyusup ke garis
dhemarkasi. Persiapan penyusupan tersebut telah matang dan harus dijalankan, Herlambang adalah seorang yang profesional, dia langsung menjalankan apa yang
diperitahkan hingga akhirnya Herlambang bertemu dengan seorang wanita bernama Ngestireni.mereka berdua berjalan bersama melewati rintangan kota
demi kota hingga akhirnya sampai ke Batu Jamus. Sesampai di Batu Jamus Herlambang harus menemui Raden Mas Yogyantara seorang petinggi keraton
Solo pada waktu itu, yang t ernyata dia juga seorang ”anthek” Belanda. Raden mas
Yogyantara adalah kakak Dyah Ngestireni wanita yang menemani perjalanan Herlambang. Di Batu Jamus terjadi ketegangan antara herlambang dan Raden
Yogyantara tentang rumusan bangunan pabrik mesiu, dimana Herlambang ternyata bukan Herlambang melainkan adalah Hartono yang menyamar menjadi
herlambang untuk mengelabui Belanda untuk menggagalkan
rencana menghancurkan pabrik mesiu batu Jamus dan menangkap Raden mas Yogyantara.
Pengarang Suparto Brata ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat melalui novel ini dengan harapan agar kita sebagai penerus bangsa tetap
menjunjung tinggi binneka tunggal ika, yang selama ini luntur karena pengaruh budaya barat masuk di negeri ini.
Novel Dom Sumurup ing Banyu karya Suparto Brata diangkat sebagai
objek penelitian ini didasari oleh beberapa alasan berikut.
commit to user 5
1.
Novel DSB menampilkan masalah sosial manusia yang meliputi
perjuangan manusia, penderitaan, kesetiaan, kecintaan terhadap negara, kebencian, serta segala sesuatu yang dialami seorang yang membela
negara hingga rela berpura-pura menjadi spion Belanda. 2.
Sepengetahuan peneliti dan pengarang, Novel DSB belum diteliti, baik
dari segi isi maupun bentuk. 3.
Pengarang novel DSB sangat produktif, selain itu memiliki pengetahuan
luas, dalam karyanya selalu menampilkan kehidupan atau sebuah perjuangan hidup yang memberikan contoh bagi pembaca.
Penulis sangat tertarik dengan permasalahan yang ada tentang kesetian terhadap tanah air dan pejuangan membela negara. Permasalahan yang muncul
dalam novel ini sangat kompleks, konflik-konflik yang dihadirkan sangat menantang dan menarik. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan atau analisis struktural untuk menemukan nilai-nilai estetika dan makna yang terkandung dalam Novel Dom Sumurup ing Banyu
B. Rumusan Masalah