commit to user tersebut tampak ketika guru menghendaki siswa agar memiliki buku atau
referensi tertentu. Guru harus berpikir ulang mengenai hal tersebut, apakah siswa mampu, apakah nanti tidak akan memberatkan siswa dan lain
sebagainya. Berbeda halnya apabila kondisi sosial dan ekonomi siswa menengah ke atas, tentu bisa diajak menggunakan referensi tertentu yang
menunjang proses belajar mengajar manakala itu dibutuhkan sebagai media pembelajaran.
Kendala-kendala tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan guru Mur yang dilakukan pada Kamis, tanggal 2 September 2010 pukul
10.00 – 11.00 WIB, sebagai berikut. “siswa kurang antusias mengikuti pelajaran, banyak siswa kurang
konsentrasi, antarkelas VIII dari kelas VIII B sampai kelas VIII E terdapat sekat atau pembatas ruangan menggunakan besi, masih ada siswa yang
kemampuannya masih jauh di bawah KKM, kesulitan dalam hal penilaian,
sebagian besar siswa berasal dari ekonomi menengah ke bawah.” lampiran 5.2 halaman 306-307.
5. Upaya Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Karangdowo untuk
Mengatasi Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran Membaca
Dalam menerapkan KTSP khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran membaca, kendala-kendala yang dialami guru selalu diupayakan untuk diatasi.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran membaca sebagai berikut.
commit to user a. Guru berusaha menggunakan strategi metode dan memberikan materi
pembelajaran yang menarik. Selain memotivasi siswa dengan nilai lebih, untuk meningkatkan antusiasme siswa, guru juga selalu menggunakan strategi
metode dan pemberian materi pembelajaran yang menarik. Misalnya guru menggunakan metode SQ3R dan SAS untuk pembelajaran membaca agar
siswa lebih tertarik. Selain itu guru juga tidak segan-segan untuk mengajak siswa ke luar kelas agar pikiran siswa lebih segar.
b. Guru menegur siswa yang gaduh atau berbicara sendiri kemudian menyuruh siswa tersebut agar membaca dengan keras membaca nyaring dihadapan
siswa lain, baik disuruh membaca di depan kelas maupun di tempat duduk masing-masing. Selain itu, guru juga memberikan pertanyaan agar siswa yang
gaduh atau berbicara sendiri tersebut menjawab pertanyaan sendiri tanpa bantuan dari teman. Hal tersebut dilakukan guru supaya siswa yang berbicara
sendiri atau gaduh selama berlangsungnya pembelajaran membaca merasa jera dan selanjutnya tidak akan mengulangi perbuatan tersebut selama
pembelajaran. c. Sebelum berlangsungnya pembelajaran, guru terlebih dahulu memberi
himbauan agar para siswa benar-benar memperhatikan penjelasan guru dan meningkatkan konsentrasi saat membaca sehingga para siswa mampu
mencapai nilai maksimal dalam kompetensi membaca. d. Guru memberikan pembinaan di luar jam pelajaran agar siswa mampu
membaca dengan lancar. Pembinaan tersebut dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia dibantu guru Bimbingan Konseling. Bentuk pembinaan yang
commit to user dilakukan guru hanya difokuskan pada kemampuan membaca sehingga siswa
diharapkan mampu membaca dengan baik setelah mengikuti pembinaan tersebut. Pembinaan yang dilakukan guru tersebut selama beberapa tahun yang
lalu dan terbukti berhasil walaupun kemampuan membaca siswa yang diberi pembinaan tersebut belum selancar kemampuan membaca siswa lain.
e. Guru mendalami konsep penilaian secara individu, dengan membeli buku-buku tentang dan macam penilaian atau model asesmen dalam pembelajaran.
Kemudian guru membaca buku-buku yang dibeli tersebut. Dengan banyak membaca buku-buku tersebut, guru berharap dapat mengetahui dan memiliki
pemahaman yang memadai tentang sistem atau macam penilaian yang sesuai dengan penerapan kurikulum yang berlaku, dalam hal ini adalah KTSP. Setelah
guru memahami, selanjutnya guru benar-benar mempraktikkan atau menerapkan penilaian tersebut secara perlahan-lahan. Di samping itu, upaya
yang dilakukan guru adalah mengikuti diklat, seminar, lokakarya, dan workshop yang didalamnya berisi tentang implementasi KTSP terutama
mengenai penilaian. Dengan bertambahnya pengetahuan dan wawasan tentang KTSP melalui diklat, seminar, lokakarya, dan workshop tersebut guru berharap
kemampuannya dalam mengimplementasikan KTSP akan meningkat. f. Guru tidak mengharuskan siswa untuk membeli dan memiliki buku atau
referensi tertentu. Guru memahami bahwa kondisi sosial ekonomi para siswa bukanlah berasal dari golongan menengah ke atas. Dengan kondisi tersebut
siswa tidak diwajibkan memiliki buku atau peralatan tertentu sebagai media atau alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar. Guru mengajak siswa untuk
commit to user lebih memanfaatkan fasilitas yang ada seperti perpustakaan. Koleksi buku-
buku yang terdapat di SMP Negeri 2 Karangdowo cukup lengkap. Hal tersebut hendaknya dapat dimanfaatkan siswa dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru telah mampu mengatasi kendala-kendala yang dialami penerapan KTSP dalam pembelajaran
membaca. Dengan upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut, guru berharap tujuan-tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya dan aspek
keterampilan membaca khususnya dapat tercapai, sehingga siswa benar-benar memiliki kompetensi sesuai dengan harapan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Persepsi Guru-guru Mengenai KTSP