88
berperan sebagai
pembawa pesan
mengekspresikan secara
bersamaan. Di sini akan terlihat perbedaan ekspresi walaupun dengan kondisi emosi yang sama. Kemudian teman-teman yang lain
menerkanya untuk memahami situasi emosi yang dimaksud.
b. Latihan Mengekspresikan Emosi secara Wajar
Ekspresi wajah dan tubuh dapat menjadi bahasa nonverbal yang menyatakan sesuatu yang dialami, dirasakan, dan dikomunikasikan
seseorang kepada orang lain. Demikian pula dengan anak-anak perlu adanya latihan yang membantu mereka mengkomuniksikan kondisi emosinya dalam
bentuk gerak tubuh. Latihan bahasa tubuh ini diawali dengan penguasaan anggota tubuh
serta fungsinya. Setelah itu, guru mencontohkan gerakan-gerakan yang dapat mengkomuniksikan tentang situasi emosi yang dirasakan dan diikuti oleh
anak-anak. Adapun ekspresi yang dilatihkan adalah sebagai berikut. 1
Senang, dengan gerakan kedua telunjuk di samping bibir sambil tersenyum-senyum.
2 Tertawa, karena bahagia dengan gerakan kedua tangan di dekat mulut,
dan mulut terbuka sambil tertawa. 3
Sedih, dengan gerakan tutup mata seolah-olah menangis.
89
4 Marah, dengan gerakan kedua tangan di pinggang, mata melotot, dada
agak ditarik ke depan. 5
Takut, dengan gerakan jari-jari tangan di depan mulut, sambil mengatakan hiiiiiiii…
Dalam pelaksanaan latihan ini menggunakan metode praktek langsung. Kegiatannya terdiri dari tiga tahap, yaitu mengenali emosi
gambar dan emosi diri, permainan gerak dan lagu, serta relaksasi. a
Mengenali emosi gambar dan emosi diri Kegiatannya yakni guru mengenalkan gambar-gambar emosi
dan anak memahami ekspresi wajah yang ada pada gambar. Setelah itu, anak bercermin secara sendiri-sendiri dan giliran untuk
mengekspresikan bentuk-bentuk emosi yang sesuai dengan gambar- gambar yang sudah disiapkan oleh guru. Hal ini tentu akan lebih
efektif dalam mengekspresikan emosi mereka. Ketika mereka bercermin, anak akan melihat perubahan ekspresi yang mereka
bentuk sendiri melalui wajah. Latihan mengubah mimik-mimik wajah yang berbeda inilah yang menjadi pengalaman yang berharga
untuk dapat memahami kondisi emosi dirinya sendiri dan orang lain. b
Permainan Ekspresi Bebas Permainan ini merupakan salah satu strategi dalam
mengenalkan ekspresi emosi kepada anak. Dinamakan ekspresi
90
bebas, karena memang dalam pelaksanaannya anak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan emosinya. Guru sebagai pemberi
aba-aba, dapat melihat bagaimana anak mengekpresikan emosi mereka sendiri-sendiri. Pelaksanaannya yaitu Guru mengajak anak
untuk mengeksprsikan emosi bersama, misalnya “satu, dua, tiga, tertawa”. Anak-anak dan guru pun tertawa bersama-sama
“ha..ha..ha..”. Lalu guru memberi aba-aba kembali “satu, dua, tiga, menangis…”,
“….tersenyum”, “….bersedih”,
“…takut”, “….marah”, “….kaget”, dan lain-lain sebagainya yang selalu diikuti
oleh ekspresi bebas anak-anak. c
Permainan Gerak dan Lagu Permainan gerak dan lagu merupakan aktivitas bermain
musik sambil menari. Anak-anak sangat menyukai permainan ini terutama jika kita memodifikasi lagu-lagu yang diperdengarkan.
Kegiatannya yakni anak-anak bergerak bebas mengikuti alunan musik. Kemudian musik diberhentikan di tengah-tengah dan anak-
anak pun berhenti bergerak seolah-oleh menjadi patung. Pola irama yang diberikan berbeda-beda, pertama diperdengarkan musik klasik,
kemudian musik pop, musik dangdut, hingga musik tradisi seperti Jaipongan. Semakin beraneka macam irama musik, kegiatan akan
semakin menyenangkan, dan emosi anak semakin terekspresikan. Di
91
akhir kegiatan, anak dapat merasakan perasaan yang lega dan menyenangkan.
d Relaksasi dengan Musik
Proses latihan melalui relaksasi dengan musik dinilai cukup efektif untuk latihan pengenalan emosi diri mereka sendiri. Kegiatan
ini dapat mengeluarkan emosi-emosi yang ditekan, menciptakan ketenangan, dan meningkatkan produktivitas pembelajaran pada
anak. Pelaksanaannya yaitu guru menyiapkan lagu-lagu lembut dan
meminta anak-anak untuk mendengarkan dan menghayatinya dengan seksama. Untuk membantu proses penghayatan, anak diminta untuk
berbaring sambil memejamkan mata. Setelah itu, guru menyiapkan karton yang berisi gambar-gambar emosi diri, lalu anak
menunjukkan kondisi emosi mereka, dalam hal ini guru dapat menanyakan atas kondisi emosi mereka, namun tidak semua dari
mereka dapat mengungkapkan alasan mereka berada pada kondisi emosi yang dimaksud. Tentu saja guru tidak berhak untuk memaksa
anak menanyakan alasannya. Inilah yang memerlukan kedekatan antara guru dan siswa mengenai memahami kondisi emosi dirinya
dan kemampuan untuk mengekspresikannya.
92
Di akhir perlakuan tahap ini diadakan refleksi untuk mengetahui tingkat pencapaian yang telah dilakukan berepengaruh pada penyelesaian masalah. Refleksi
pun pada data-data proses akan menjadi dasar perbaikan pada perencaan selanjutnya.
b. Tahap Penerapan Pembelajaran Gerak Berirama