Tujuan dan Jenis Pemeriksaan

12. Laporan Hasil Pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil Pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup tujuan Pemeriksaan. 13. Pemeriksaan Ulang adalah Pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak dari hasil Pemeriksaan Pajak sebelumnya untuk jenis pajak dan masatahun pajak. 14. Kuesioner Pemeriksaan adalah formulir yang berisikan sejumlah pertanyaan dan penilaian oleh Wajib Pajak yang terkait dengan pelaksanaan Pemeriksaan. 15. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana dibidang perpajakan.

D. Tujuan dan Jenis Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan yang diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-10PJ.042008 hanya meliputi tujuan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dilakukan dengan menguji Surat Pemberitahuan, pembukuan atau pencatatan, danatau pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya dibandingkan dengan kegiatan usaha, pekerjaan bebas, danatau keadaan, yang sebenarnya dari Wajib Pajak. Pelaksanaan dan hasil pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dituangkan dalam bentuk laporan Hasil Pemeriksaan yang diikuti dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pemeriksaan untuk tujuan lain diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-116PJ2009 merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk melaksanakan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dan bukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak serta tidak dimaksudkan untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak. Jenis pemeriksaan dipengaruhi oleh bobot risiko ketidakpatuhan dari Wajib Pajak yang diperiksa serta ruang lingkup pemeriksaan. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan danatau untuk tujuan lain dapat dilaksanakan melalui 2 jenis pemeriksaan, yaitu: 1. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan ditempat kedudukan, tempat usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak. 2. Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan dikantor Direktorat Jenderal Pajak. Kriteria Pemeriksaan merupakan alasan atau dasar dilakukannya pemeriksaan terhadap Wajib Pajak. Terdapat 2 kriteria pemeriksaan yang mendasari dilakukannya pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib Pajak, yaitu: 1. Pemeriksaan Rutin merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak danatau pelaksanaan kewajiban perpajakannya atau karena diwajibkan oleh undang-undang KUP. Pemeriksaan rutin yang pelaksanaannya diprioritaskan merupakan pemeriksaan yang dilakukan Universitas Sumatera Utara terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP. 2. Pemeriksaan berdasarkan risiko risk based audit yang selanjutnya disebut Pemeriksaan Khusus merupakan pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak. Analisis risiko terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak dapat dilakukan secara komputerisasi atau secara manual. Pemeriksaan khusus dibagi menjadi 2 kriteria, yaitu: a. Pemeriksaan Khusus dengan analisis risiko bersifat bottom up dari bawah ke atas yaitu Pemeriksaan Khusus berdasarkan hasil analisis risiko terhadap profil Wajib Pajak yang dilakukan secara manual oleh Kantor Pelayanan Pajak dan disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP untuk mendapatkan persetujuan. b. Pemeriksaan Khusus dengan analisis risiko bersifat up down dari atas ke bawah yaitu Pemeriksaan Khusus yang dilakukan berdasarkan: 1. Hasil analisis dan pengembangan atas informasi, data, laporan dan pengaduan yang dilakukan oleh Kepala Kanwil DJP atau Direktur Intelijen dan Penyidikan. 2. Hasil analisis risiko secara komputerisasi selama ini disebut kriteria seleksi yang berupa skor risiko ketidakpatuhan dengan memperhatikan variabel-variabel tertentu serta adanya data dan informasi; atau 3. Pertimbangan Direktur Jenderal Pajak. Universitas Sumatera Utara

E. Jangka Waktu Pemeriksaan