EKSISTENSI DAN PERUBAHAN TARI ZAPIN ARAB MABUK DI DESA STABAT LAMA KECAMATAN SEI WAMPU KABUATEN LANGKAT.

EKSISTENSI DAN PERUBAHAN TARI ZAPIN ARAB MABUK DI DESA
STABAT LAMA KECAMATAN SEI WAMPU KABUATEN LANGKAT
SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

DESTARI FRIDA DIANTA
2113142015

PENDIDIKAN TARI
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

senantiasa

memberi

rahmat

dan

hidayahNya

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan penelitian ini dan menuliskannya dalam bentuk Skripsi. Tentu ini
memberi pelajaran yang sangat berharga bagi penulis, sebab penulisan ini
merupakan karya yang sangat fundamental dalam sejarah penulis untuk
berkontribusi dalam bermasyarakat, berbangsa maupun berbudaya.

Ketika penulis tetapkan Skripsi ini dengan judul Eksistensi dan Perubahan
Tari Zapin Arab Mabok Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan
Sei Wampu Kabupaten Langkat, yang terpikir oleh penulis adalah bagaimana
mengangkat judul ini dengan tuntas dengan dukungan dan respon yang maksimal
dari berbagai pihak. Dari tahapan-tahapan penelitian yang penulis kerjakan,
akhirnya sungguh diluar dugaan dukungan mengalir untuk membantu penulis
dalam menyelesaikan Skripsi ini. Oleh kareana itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada ;
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M. Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.
3. Uyuni Widiastuti, M. Pd selaku Ketua Jurusan Sendratasik.
4. Sitti Rahmah, S.Pd, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Tari
sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi I.
5. Martozet S,Sn M,A selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.
6. Dosen, staf pengajar khususnya Program Studi Pendidikan Tari yang telah
banyak memberikan

pengetahuan kepada

peneliti


selama proses

perkuliahan maupun ketika penelitian.
7. Orang Tua penulis yang paling istimewa yaitu Ayahanda Ananta Putra
dan Ibunda Elfrida Hrp. yang telah memberikan kasih sayang, serta
dukungan baik secara moral maupun material dalam menyelesaikan
perkuliahan di Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan.
8. Bapak Nasir, Bapak Junaidi, Keluarga Nat serta keluarga besar Sanggar
Sri wampu yang telah membantu penulis dalam mewujudkan tari Zapin
ii

Arab Mabuk di Desa Stabat Lama Kecamatan Sei Wampu Kabupaten
Langkat.
9. Para Sahabat lainnya yang dengan bersusah payah telah membantu penulis
untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan Skripsi ini.

Medan,

September 2015


Penulis,

Destari Frida Dianta

iii

ABSTRAK
Destari Frida Dianta, NIM 2113142015, Eksistensi dan Perubahan Tari Zapin Arab
Mabok Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sei Wampu Kabupaten
Langkat, Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan, 2015
Penelitian ini merupakan kajian mengenai Eksistensi dan Perubahan Tari Zapin Arab Mabok
Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sei Wampu Kabupaten Langkat. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Eksistensi dan Perubahan Tari Zapin Arab Mabok
Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sei Wampu Kabupaten Langkat.
Dalam pembahasan penelitian ini digunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik
penelitian seperti pengertian eksistensi, pengertian perubahan, dan teori bentuk penyajian.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Populasi pada penelitian ini
sekaligus menjadi sampel penelitian yaitu tokoh-tokoh tari Zapin Arab Mabok , yaitu 4 orang

yang berasal dari sanggar Sri Wampu Desa Stabat Lama. Teknik pengumpulan data meliputi
studi kepustakaan, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa Tari Zapin Arab Mabok
telah diwarisi masyarakat Desa Stabat Lama. Eksistensi tari zapin ini dahulu sangat diminati oleh
masyarakat dimana tari ini bertujuan untuk menyiarkan agama Islam. Bentuk penyajian dalam
tari zapin ini memiliki 6 ragam dimana terdapat, gerak taksym, alif, langkah dasar, langkah tiga
dan tahtum. Dalam gerak zapin ini dilakukan pengulangan dari ragam gerak yang ada. Tata rias
dan busana yang digunakan dalam zapin ini menggunakan baju teluk belangga dan kain samping
bagi penari laki – laki, sedangkan pada penari perempuan menggunakan baju kebayak, selendang
dan jilbab sebagai penutup kepalanya. Pola lantai yang digunakan hanya satu pola dimana
mereka menari hanya ditempat saja. Alat musik yang digunakan dalam tari zapin ini
menggunakan alat musik gambus dan marwas. Dalam gerak hanya gerak taksym yang
mengalami perubahan, tata rias dan busana cukup banyak mengalami perubahan untuk
menunjang suatu penampilan, pada penari laki – laki mengalami perubahan baik warna maupun
modifikasi baju teluk belanga, sedangkan untuk penari perempuan memakai baju kebayak
modern. Pada alat musik mengalami penambahan yaitu, Accordion, biola dan gong. Perubahan
ini dilakukan di masa sekarang dan tari zapin ini dilakukan pada saat ini untuk hiburan.
Kata kunci : Masyarakat Melayu Langkat, Zapin Arab Mabok

i


DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4. 1 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Stabat Lama .............................. 29
Table 4.2 Ragam Gerak Tari ZApin Arab Mabok ............................................... 34
Tabel 4.3 Busana Tari Zapin Arab Mabuk .......................................................... 36
Table 4.4 Cara Melakukan Tari ZApin Arab Mabok .......................................... 39
Tabel 4.5 Ragam Gerak Tari ZApin Arab Mabok ............................................... 42
Tabel 4.6 Busana Laki – Laki ………………………………………………. .....43
Tabel 4.7 Busana Perempuan ………………………………………………........45

vi

DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar (Foto 4.1 Titi Sungai Wampu) ................................................................ 27
Gambar (Foto 4.2 Gerak Marwas) ....................................................................... 37
Gambar (Foto 4.3 Gerak Gambus)........................................................................ 37
Gambar (Foto 4.4 Gerak Pola Lantai) .................................................................. 38
Gambar (Foto 4.5 Gerak Taksym) ........................................................................ 39

Gambar (Foto 4.6 Gerak Alif) .............................................................................. 39
Gambar (Foto 4.7 Gerak Langkah Dasar) ............................................................ 40
Gambar (Foto 4.8 Gerak Pusing Sut ..................................................................... 40
Gambar (Foto 4.9 Gerak Langkah Tiga)............................................................... 41
Gambar (Foto 4.10.Baju Tahtum) ........................................................................ 41
Gambar (Foto 4.11 Taksym Dahulu ) ................................................................... 43
Gambar (Foto 4.12 Taksym Sekarang) ................................................................. 43
Gambar (Foto 4. 13 Baju Laki-Laki Dahulu) ...................................................... 43
Gambar (Foto 4. 14 Baju Laki-Laki Sekarang) ................................................... 43
Gambar (Foto 4. 15 Celana Laki-Laki Dahulu) ................................................... 44
Gambar (Foto 4.16 Celana Laki-Laki Sekarang).................................................. 44
Gambar (Foto 4.17 Kain Pelekat Laki-Laki Dahulu) .......................................... 44
Gambar (Foto 4.18. Kain Pelekat Laki-Laki Sekarang) ....................................... 44
Gambar (Foto 4.19 Topi Laki-Laki Dahulu) ....................................................... 44
Gambar (Foto 4.20 Topi Laki-Laki Sekarang) ..................................................... 44
Gambar (Foto 4. 21 Baju perempun Dahulu) ..................................................... 45
Gambar (Foto 4. 22 Baju perempuan Sekarang) .................................................. 45
Gambar (Foto 4. 23 Jilbab perempuan Dahulu) ................................................... 45
Gambar (Foto 4.24 Sanggul Perempuan Sekarang) ............................................. 45
Gambar (Foto 4.25 Rok Perempuan Dahulu) ...................................................... 46

Gambar (Foto 4. 26 Celana Perempuan Sekarang) .............................................. 46
Gambar (Foto 4. 27 Kain Samping Perempuan Dahulu) ..................................... 46
Gambar (Foto 4.28 Kain Samping Perempuan Sekarang) .................................. 46
Gambar (Foto 4. 29 Rias Kepala) ........................................................................ 47
vii

Gambar (Foto 4. 30 Accordion) ........................................................................... 48
Gambar (Foto 4. 31 Biola) ................................................................................... 49
Gambar (Foto 4. 32 Gong) ................................................................................... 49
Gambar 4.33 Pola Lantai Berpasangan ................................................................ 50
Gambar 4.43 Pola Lantai Bentuk V ...................................................................... 50
Gambar 4.44 Pola Lantai Bentuk Lingkaran ....................................................... 50

viii

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Sumatera Utara adalah suatu kawasan yang banyak menyimpan bentukbentuk kesenian tradisional Melayu. Hal ini berkaitan dengan sejarah masa
lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur
yang dikenal sebagai pusat pemerintahan kesultanan Melayu seperti Langkat,
Deli, Serdang, Asahan, dan Batubara. Wilayah Sumatera Timur yang diuraikan
oleh TM. Lah Husny bahwa daerahnya menjulur dari dataran pantai barat hingga
sampai kedataran berbukit-bukit mulai dari kabupaten Aceh Timur, Langkat, Deli
Serdang, Asahan, sampai dengan daerah Labuhan Batu, sepanjang 280 km dari
barat laut ke tenggara. (TM. Lah Husni, 7 : 1975).
Sampai sekarang, masih banyak bentuk-bentuk kesenian tradisional
Melayu yang digunakan masyarakat. Meski tidak dapat dipungkiri banyak juga
diantaranya secara perlahan-lahan punah ditelan zaman. Hal ini karena nilai-nilai
yang dikandung dalam kesenian itu semakin tidak sejalan dengan kondisi
perkembangan sekarang.
Sementara itu, keberadaan kesenian tradisional yang dipertahankan oleh
suatu kelompok atau masyarakat pasti mempunyai hubungan yang kuat dengan
tata nilai yang berlaku di tengah masyarakat. Hubungan dan tata nilai itu
umpamanya

menyangkut


falsafah

yang

dimilikinya,

dikandungnya, syiar syariat yang disampaikannya,

semangat

yang

sampai kepada nilai-nilai

keindahan dari kesenian tersebut. Sepanjang hubungan itu memiliki keterkaitan
1

2


yang kuat,

kesenian tradisional Melayu tetap tumbuh sebagai bagian dari

kehidupan masyarakatnya.
Hubungan yang kuat tersebut menjadikan beberapa daerah di Sumatera
Utara itu masih sering dan bertahan menghadirkan kesenian-kesenian tradisional
Melayu. Seringkali kemudian bentuk-bentuk yang dihadirkan mendatangkan ide
baru yang dapat dikembangkan sebagai kreativitas kesenian masa kini.
Sebagaimana kata Kasim Ahcmad (1977:2) bahwa “Kesenian tradisional adalah
suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah dirasakan sebagai milik
sendiri oleh masyarakat lingkungannya. Pengolahannya didasarkan atas cita rasa
masyarakat pendukungnya”.
Salah satu bentuk kesenian tradisional Melayu yang masih ada adalah
kesenian Zapin. Zapin adalah salah satu genre kebudayaan Melayu yang awalnya
diserap dari kebudayaan Islam dari Timur Tengah. Zapin dibawa oleh pedagangpedagang Islam kemudian diolah menjadi bagian kebudayaan Melayu. Masingmasing daerah Melayu mengolah kesenian itu dengan perubahan-perubahan yang
diyakini dapat memberi nilai baru bagi keberlangsungan tari Zapin tersebut. Di
Sumatera Utara tari Zapin tersebar di seluruh daerah pesisir Melayu, termasuk di
Langkat yang kemudian tersisa di desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu.
Seni ini dalam kebudayaan Melayu difungsikan dalam berbagai aktivitas
yang umumnya berhubungan dengan upacara perkawinan, khitanan, festival, pesta
budaya, hari besar agama Islam, dan lainnya. Dari beberapa unsur seni yang
dimilikinya, diketahui bahwa tari Zapin pada awal dan asal usulnya sangat erat
berhubungan

dengan penyebaran kebudayaan Islam ke Pesisir Nusantara.

3

Konsep gerak tari Zapin sebagai ungkapan dari masyarakat Melayu lebih banyak
didasarkan pada nama-nama gerak bernuansa Islam, antara lain gerak Alif , alif
sembah 1, alif sembah 2, bunga alif pusing 1, bunga alif pusing 2. Kata-kata alif
didasarkan pada abjad pertama huruf Arab yang bentuknya tegak lurus, maka
komposisi dari gerak alif adalah merupakan gerakan penari yang membuat garis
lurus. Jelas sekali dari nama-nama ragam itu Zapin dipengaruhi konsep Islam,
yang kemudian disesuaikan dengan jiwa lokal, yakni Alam Melayu, sebagai salah
satu kawasan yang menyumbang peradaban dunia Islam.
Tari Zapin kuat bertahan karena fungsi sosialnya masih berjalan erat
dengan nilai-nilai yang dipegang masyarakat pendukungnya. Ia menyatu dengan
sistem kemasyarakatan dan sistem religi dalam satu kesatuan. Maka ia selalu
hadir dalam acara-acara hari besar Islam dan acara-acara budaya yang
diselenggarakan masyarakat tidak hanya di kabupaten Langkat, tetapi juga di
seluruh pesisir Melayu Sumatera Utara. Bahkan di berbagai semenanjung Asia
Tenggara, tari Zapin muncul dengan perubahan-perubahan yang serba bervariasi.
Itu semata-mata agar tari Zapin tetap bertahan sebagai kesenian yang dapat
mewakili nilai dan ungkapan-ungkapan baru yang sekarang terus datang dan
berkembang di tengah masyarakat Melayu.
Tari Zapin sebagai kesenian tradisional terus hidup sampai sekarang.
Kehidupannya selalu diimbangi dengan perubahan-perubahan yang dibentuk
masyarakat pelakunya.

Pada suatu sisi perubahan itu bernilai positif, tapi disisi

yang lain perubahan itu bisa bernilai sebaliknya. Karena itu, sistem nilai
masyarakat kota secara moral kultural tidak bisa digunakan untuk menilai sistem

4

yang ada di desa. Bahkan juga sistem nilai yang ada di sekolah-sekolah (yang
belum tentu lebih baik) tidak bisa diterapkan pada masyarakat luar sekolah. (Endo
Suwanda, 2006:34). Dari kutipan itu mengisyaratkan bahwa perubahan-perubahan
dalam tari zapin tidak bisa dipandang dari luar saja, sebab,

bagaimanapun

perubahan itu akan bergantung dari masyarakat pendukungnya.
Pertunjukan

Zapin

biasanya

dimulai

dengan

bunyi

alat

musik

pembawa melody yaitu Gambus dengan gaya tunggal tanpa tempo musik. Pada
saat ini biasanya penari masuk ke pentas dengan disertai gerak sembah. Tari di
sini dikembangkan dengan berbagai ragam gerak dimana tiap daerah memiliki
nama ragamnya sendiri seperti alif, pecah, langkah, sut, anak ayam, dan tahto. Di
ujung

persembahan

musik

memainkan

bahagian

tahtim

atau

tahto

sebagai coda persembahan. Musik pengiringnya terdiri dari dua alat yang utama
yaitu alat musik petik gambus . Kemudian berakhirlah persembahan satu
penyajian tari dan musik Zapin tersebut. Ini pola umum pertunjukan Zapin di
Alam Melayu.
Tari Zapin Arab Mabuk adalah salah satu jenis tari tradisional Melayu
yang masih tersisa. Disebut Tari Zapin Arab Mabuk karena dua hal yang dapat
diindikasikan dalam tari ini. Pertama, bahwa tari Zapin dikenal sebagai kesenian
yang dipengaruhi oleh kebudayaan Arab Islam dan mulanya dikembangkan oleh
pedagang-pedagang Arab

lalu bersatu dan saling berinteraksi

dengan

kebudayaan setempat di pesisir daerah Melayu termasuk di Langkat.
Kedua, gerakannya selalu berputar-putar dan terhuyung-huyung seperti
akan jatuh. Bagian ini tak ubahnya seperti orang mabuk. Dari pengaruh dan kesan

5

yang tampak dalam tari ini, kemudian timbul nama Arab Mabuk yang diberikan
masyarakat untuk tari ini. Dalam masa perkembangannya, nama ini memberi
anggapan yang kurang baik. Lama kelamaan masyarakat beranggapan bahwa
menarikan tari ini sama seperti orang mabuk. Akhirnya karena nama itu, membuat
masyarakat pendukung tari ini semakin lama semakin berkurang.
Perubahan yang terjadi dalam tari Zapin Arab Mabuk dilakukan oleh
generasi pembawa Zapin di desa Stabat Lama demi mempertahankan eksistensi
Zapin tersebut. Seiring berjalannya waktu nara sumber menemui kesulitanuntuk
menjelaskan pada masyarakat awam, bahwa kata mabuk pada Zapin ini bukanlah
mabuk karena minuman keras.
Perubahan yang paling penting dalam zapin ini terdapat pada ragam gerak.
Ragam gerak ini memiliki transisi berpindah-pindah tempat dan arah hadap terlalu
banyak dengan gaya terhuyung-huyung seperti akan jatuh. Ragam gerak
penggantinya lebih sederhana dan kesannya

lebih tertib.

Meski adanya

perubahan demikian, tidak serta merta tari Zapin Arab Mabuk kemudian diminati
secara luas. Bahkan tahun-tahun berikutnya tari Zapin Arab Mabuk semakin
tenggelam.
Bagi masyarakat pendukung tari Zapin Arab Mabuk, perubahan yang
dilakukan pada tari Zapin Arab Mabuk menjadi bagian dari usaha untuk
mewariskan tari Zapin Arab Mabuk kepada generasi berikutnya. Dengan asumsi
yang kurang baik, akan semakin menyulitkan pewarisan itu kepada generasi
yang lebih muda. Akhirnya bagian-bagian yang memberi kesan kurang baik,

6

dilakukan perubahan yang memungkinkan tari Zapin Arab Mabuk diterima oleh
masyarakat secara luas.
Bagian yang paling penting dilakukan perubahan adalah ragam dan gerak
yang mengindikasikan perilaku seperti orang mabuk.Ragam dan gerak ini adalah
pola berputar-putar terlalu banyak dengan gaya terhuyung-huyung seperti akan
jatuh. Pola ragam dan gerak penggantinya lebih sederhana dan kesannya lebih
tertib. Meski adanya perubahan demikian, tidak serta merta tari Zapin Arab
Mabok kemudian diminati secara luas. Bahkan ditahun-tahun berikutnya tari
Zapin Arab Mabuk semakin tenggelam.
Dari kondisi ini penulis akhirnya tertarik mengangkat fenomena tari Zapin
Arab Mabuk menjadi materi penelitian. Sebab, disamping keunikannya, sebagai
kesenian tradisional tari Zapin Arab Mabuk perlu dilestarikan sebagai kesenian
yang masih difungsikan oleh masyarakat Melayu desa Stabat Lama Kecamatan
Sei Wampu Kabupaten Langkat.

B. Identifikasi Masalah
Dari apa yang dapat tergambar dari kondisi latar belakang penelitian, maka
ada yang dapat dijadikan catatan untuk diidentifikasi. Identifikasi masalah sengaja
penulis munculkan untuk mengenal lebih dekat permasalahan apa yang menjadi
materi penelitian. Disamping itu juga dengan memunculkan identifikasi masalah
akan dapat mendekati permasalahannya lebih dekat, sehingga penelitian yang
akan dilakukan lebih terarah. Permasalahan yang muncul dalam penelitian
biasanya sangat beragam. Namun objek suatu penelitian harus mengetahui secara
benar masalah yang akan diteliti. Adapun kerangka yang akan dicapai dari adanya

7

identifikasi masalah terhadap materi penelitian adalah sejauh mana peran
eksistensi dan perubahan yang terjadi dalam tari Arab Mabuk pada masyarakat
Melayu Desa Stabat Lama kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat.
Kemudian yang jadi perhatian untuk di identifikasi adalah sebagai berikut :

1.

Bagaimana Eksistensi Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu
Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat ?

2.

Bagaimana Bentuk Penyajian Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat
Melayu

Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten

Langkat ?
3.

Bagaimana Perubahan yang Terjadi Pada Tari Zapin Arab Mabuk Pada
Masyarakat Melayu

Desa Stabat Lama kecamatan Sungai Wampu

Kabupaten Langkat ?
4.

Bagaimana Fungsi Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu
Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat ?

5.

BagaimanaperananTari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu
Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat ?

C. Pembatasan Masalah
Berkaitan dengan penelitian Eksistensi dan Perubahan Tari Zapin Arab
Mabuk Pada Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu
Kabupaten Langkat penulis ingin memberi batasan masalah. Batasan masalah
sangat penting dalam suatu kajian penelitian. Berkaitan hal itu Ali (1985:36)
menyatakan “Untuk kepentingan penelitian karya ilmiah suatu hal yang sangat

8

diperhatikan adalah bahwa penelitian sedapat mungkin tidak terlalu luas. Masalah
yang luas akan menghasilkan analisis yang sangat sempit dan sebaliknya jika
mengungkapkan permasalahan yang sempit dapat mengharapkan analisis secara
luas dan mendalam”. Hal mini diperkuat dengan pendapat Surakhmad (1982:31)
yang menyatakan bahwa ;
“Sebuah masalah yang dirumuskan terlalu luas tidak perlu dipakai
sebagai masalah penyelidikan tidak akan pernah jelas batasan-batasan
masalah pembatasan ini perlu bukan saja untuk mempermudah atau
menyederhanakan masalah bagi penyelidikan akan tetapi juga
menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan dalam
memecahkan segala sesuatu yang diperlukan dalam memecahkan
masalah waktu, ongkos dan lain sebagainya”
Berdasar pendapat di atas maka penulis membatasi masalah penelitian ini
sebagai berikut ;
1.

Bagaimana Eksistensi Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat Melayu
Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten Langkat ?

2.

Bagaimana Bentuk Penyajian Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat
Melayu

Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten

Langkat?
3.

Bagaimana Perubahan yang Terjadi Pada Tari Zapin Arab Mabuk Pada
Masyarakat Melayu

Desa Stabat Lama kecamatan Sungai Wampu

Kabupaten Langkat?

D. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah dan batasan masalah seperti yang telah
dikemukakan di atas, diambil hal yang sangat penting dalam penelitian ini yaitu

9

rumusan masalah. Rumusan masalah adalah untuk membatasi masalah penelitian
yang telah ditetapkan.
Rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut ;
“Bagaimanakah

Eksistensi

dan Perubahan Tari Zapin Arab Mabuk Pada

Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten
Langkat”.

E. Tujuan Penelitian
Apapunkegiatan yang dilakukanintinyaadalahtujuan, karenatanpatujuan
yang jelasmakaarahkegiatantidakterarah. Ali (2009 : 9) mengemukakanbahwa;
“kegiatanseseorangdalammerumuskantujuanpenelitiansangatmempengaruhikeber
hasilanpenelitian

yang

dilaksanakan,

karenapenelitianpadadasarnyamerupakantitikanakdarititiktuju
akandicapaiseseorangdalamkegiatan

yang

Itusebabnyatujuanpenelitianharusmempunyairumusan

yang
dilakukan.

yang

tegas,

jelas,

operasional.
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1.

Mendeskripsikan Eksistensi Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat
Melayu

Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten

Langkat ?
2.

Mendeskripsikan Bentuk Penyajian Tari Zapin Arab Mabuk Pada
Masyarakat Melayu
Kabupaten Langkat ?

Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu

10

3.

Mendeskripsikan Perubahan Tari Zapin Arab Mabuk Pada Masyarakat
Melayu

Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten

Langkat ?

F. Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang telah ditetapkan akan pula mendatangkan
manfaat sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan. Manfaat penelitian juga
diharapkan dapat memberi dampak positif terhadap berbagai kalangan. Baik untuk
instansi dan institusi terkait, lembaga-lembaga kesenian formal maupun non
formal, maupun kalangan praktisi kesenian di Sumatera Utara. Adapun manfaat
penelitian terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1.

Menambah wawasan apresiatif terhadap keberadaan tari Zapin tradisional
khususnya di kabupaten Langkat.

2.

Menambah sarana edukatif terhadap keberadaan tari dan perubahannya.

3.

Dapat memberikan wawasan apresiasi bagi para praktisi seni.

4.

Menumbuhkan

kesadaran untuk memperhatikan dan mengangkat

keberadaan tari tradisional yang nyaris punah.
5.

Sebagai media informasi terhadap pengetahuan tentang sejarah, bentuk
dan perubahannya tari tradisional Sumatera Utara khususnya pada
masyarakat Melayu desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu
Kabupaten Langkat.

6.

Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan masyarakat umum.

11

7.

Menambah sumber kepustakaan, khususnya Prodi Pendidikan Seni Tari
Jurusan Sendratasik FBS UNIMED.

51

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian tentang Eksistensi dan Perubahan Tari Zapin Arab Mabuk pada
Masyarakat Melayu Desa Stabat Lama Kecamatan Sungai Wampu Kabupaten
Langkat sudah selesai. Namun banyak yang belum sempurna untuk dituangkan
dalam bentuk tulisan. Dari kegiatan penelitian yang penulis kerjakan, maka
penulis ingin menyampaikan simpulan dan saran sebagai penutup. Adapun catatan
kesimpulan dari pembahasan dan penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1.

Bahwa Eksistensi tari Zapin Arab Mabuk memiliki keberadaan yang
panjang dan kemudian diwarisi oleh masyarakat Melayu Stabat Lama.

2.

Perubahan-perubahan turut menyertainya sebagai usaha untuk melestarikan
tari tersebut kepada generasi yang baru.
a. Perubahanpadageraktarizapinarabmabukterdapatpadageraktaksym,
dimanagerakinidilakukanpadaawalmasuknyapenarikeataspanggung.
b. Perubahanpada

tat

arias

danbusanadilakukanuntukmenunjangpenampilansehingadilihatlebihmenari
k.
c. Perubahanpadairinganmusik
dilihatpadatarizapinarabmabukiniadalahpenambahanalatmusikberupa;
Accordion, Bioladan Gong.

yang

52

d. Perubahanpadapolalantai,
dimanadilakukanmembuattarianlebihmenarikjugamenambahkreatifitasdala
mpenampilan.

51

3.

Zapin Arab mabuk menjadi karakter Zapin di Kabupaten Langkat.

4.

Tari Zapin Arab Mabuk menjadi bagian sistem kemasyarakatan yang
diterima sebagai media pengungkapan kegembiraan dalam perayaan hari
besar atau pada hari kemenanangan lainnya.

B.

Saran

1.

Tari Zapin Arab mabuk perlu direvitalisasi agar keberlasungannya dapat
digenerasikan kepada pelaku yang baru.

2.

Perlu usaha-usaha yang lebih maksimal agar jenis-jenis kesenian seperti
tari Zapin Arab Mabuk dapat terangkat lagi.

3.

Instansi terkait terutama pemerintah kabupaten Langkat perlu lebih aktif
membuat program-program yang berkaitan dengan keberadaan kesenian
tradisional Melayu.

4.

Harus dilakukan kegiatan yang lebih permanen untuk mengangkat
kesenian tradisional agar bentuk-bentuk kesenian tersebut dapat menjadi
saran evaluatif bagi semua kalangan.

53

53

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2007. Analisis Esensial. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Ali, Muhammad (2009: 9). PenelitianKependidikanProsuder&Strategi. Bandung;
Angkasa
Alwi Hasan, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud. Balai
Pustaka Jakarta.
Anis, Mohd. 2000. Zapin Melayu di Nusantara. Yayasan Warisan Johor.
Arikunto, Suharsimi. 1978. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Aziz, AlimutHidayat, 2007.Teknik Analisis Data. Jakarta ;PT RinekaCipta
Husny, TM Lah. 1975. Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk
Melayu Pesisir Deli Sumatera Timur 1612 – 1950. BP. Husny Medan.
Langer K, Suzanne.1988. Problem of art, terjemahan F.X Widaryanto, Bandung;
Akademi
Kasim, Achmad. 1977. Teaterdan Drama, Ujung Pandang; BadanPenerbit IKIP
Unjung Pandang
Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi dan Masyarakat. Sinar Harapan:Jakarta.
Koetjaraningrat, 1976. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Malcdm, Waters, 2005. Modern Sociological Theory. Terjemahan Prof. Y.
Sumandiyo Hadi. Bandung : STSI Press.
Maryaeni, 2005.MetodePenelitianKebudayan, Jakarta; BumiAksara
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi
Aksara Jakarta.
Nasution, S.1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito.
Nazir, Moh, 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Jakarta.
53

54

Neumen. 2003.MetodePenelitianKualitatif; Penulis:Septiawan Santana K.,
Penerbit: YayasanObor Indonesia, Jakarta,
Nurwani, 2006. Pengetahuan Tari. Diktat Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan Seni
Tari Unimed : Medan.
Sedyawati, Edi. 1984. Tari Tinjauan dari berbagai Segi. Jakarta : PT. Dunia
Pustaka Jaya.
Sedyawati, Edi, 1993. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan.
Sinar, T. Lukman, 1990. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Perwira
Medan,
Soedarsono, 1977. Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta. Lagaligo.
Soedarsono. 1977. Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta : Proyek pengembangan
Media kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Sugiono. 2009. MetodePenelitianPendidikan ;PendekatanKuantitatif, R & D,
Bandung; Alfabeta
SumadiSuryabrata. 1990. PsikologiPendidikan, Jakarta; Rajawali
Sumaryono, Drs. M.A, 2003. Restorasi Seni Tari dan Transformasi Budaya.
Yogjakarta : Elkaphi.
Surakhmad, Winarno, 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.
Suparta, IGA Soepardjan, N. 1982. Pengantar Pengetahuan Tari. Surabaya.
Suwanda, Endo. 2006. Tari Tontonan. Pelajaran Kesenian Nusantara. Jakarta.
Pendidikan Seni Nusantara.
Sztompka( 2012 : 2). Sosiologiperubahansosial,persprektifklasik, modern.
Jakarta, Rajawali.
Takari, Drs. Muhammad dan Heristina. 2008. Budaya Musik dan tari Melayu
Sumatera Utara. Medan : USU Press.
Poerwadarminta, WJS. 1966. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Wibowo. 2006. Manajemen Perubahan.Jakarta. Raja Grafindo Persada