Determinan Pemanfaatan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Pada Keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang

(1)

DETERMINAN PEMANFAATAN POS KESEHATAN DESA (POSKESDES) PADA KELUARGA DI KECAMATAN KUTALIMBARU

KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh

ZUHRINA AIDHA 127032154/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE DETERMINANT UTULIZATION OF RURAL HEALTH CARE (POSKESDES) BY THE FAMILIES IN KUTALIMBARU SUBDISTRICT

DELI SERDANG REGENCY

THESIS

By

ZUHRINA AIDHA 127032154/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCES STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBIC HEALTH

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA MEDAN


(3)

DETERMINAN PEMANFAATAN POS KESEHATAN DESA (POSKESDES) PADA KELUARGA DI KECAMATAN KUTALIMBARU

KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ZUHRINA AIDHA 127032154/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : DETERMINAN PEMANFAATAN POS KESEHATAN DESA (POSKESDES) PADA KELUARGA DI KECAMATAN

KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG

Nama Mahasiswa : Zuhrina Aidha Nomor Induk Mahasiswa : 127032154

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D) (

Ketua Anggota

Dra. Syarifah, M.S)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 16 Oktober 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

2. Drs. Tukiman, M.K.M


(6)

PERNYATAAN

DETERMINAN PEMANFAATAN POS KESEHATAN DESA (POSKESDES) PADA KELUARGA DI KECAMATAN KUTALIMBARU

KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2014

Zuhrina Aidha 127032154/IKM


(7)

Poskesdes merupakan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang didirikan untuk mengoptimalkan potensi yang ada di masyarakat dalam meningkatkan taraf kesehatan dan untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Poskesdes didirikan di lokasi yang mudah dijangkau masyarakat, dikelola oleh bidan desa dan kader, dan melayani masyarakat dalam bidang kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), gizi, imunisasi, dan pegobatan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan pemanfaatan pos kesehatan desa (Poskesdes) pada keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunkan metode kuantitatif dengan menggunakan metode analisis jalur (path analysis). Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner kepada 80 responden ibu yang dalam keluarga memiliki bayi/balita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% responden berusia 20-30 tahun, dan berhubungan negatif dengan pemanfaatan sebesar -0,288 (28,8%). Pendidikan responden mayoritas SMA sebanyak 48,7% dan memiliki hubungan dengan pemanfaatan sebesar 0,186 (18,6%). Pengetahuan masyarakat tentang Poskesdes baik yaitu 85% dan memiliki hubungan dengan pemanfaatan sebesar 0,222 (22,2%). Sikap responden terhadap Poskesdes baik (67,5%), sikap memiliki hubungan dengan pemanfaatan sebesar 0,494 (49,4%). Responden berpendapatan tinggi sebanyak 55%, dan memiliki hubungan negative dengan pemanfaatan sebesar -0,270 (27%). Responden memiliki dukungan keluarga kurang baik dalam memanfaatkan Poskesdes (62,5%), dan memiliki hubungan negatif dengan pemanfaatan sebesar -0,266 (26,6%). Jarak tempuh dari rumah ke Poskesdes mayoritas berjarak dekat yaitu 55%, dan berhubungan dengan pemanfaatan Poskesdes sebesar 0,246 (24,6%). Sebanyak 66,3% responden memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap Poskesdes, dan berhubungan dengan pemanfaatan sebesar 0,040 (4%).

Disarankan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam kegiatan kesehatan dan pemerian informasi sehingga masyarakat lebih memilih mengunjungi Poskesdes untuk memeriksakan kesehatan. Lebih banyak mengadakan penyuluhan dan pertemuan kepada masyarakat agar masyarakat mau mengoptimalkan Poskesdes.

Kata Kunci: Pemanfaatan, Poskesdes, Determinan Pemanfaatan, UKBM


(8)

Poskesdes (Rural Health Post) is a Community-Based Health Effort established to optimalize the potentials existing in the community to improve the health status and the utilization of health services. Poskesdes is established in a location easily accessible by the public, managed by rural midwives and the cadres, and serves the community members in the field of maternal and child health, Family Planning, nutrition, immunization and treatment.

The purpose of this quantitative study was to analyze the utilization determinant of rural health post by the families in Kutalimbaru Subdistrict, Deli Serdang District. The data for this study were obtained through questionnaire-based interview with 80 respondents comprising the mothers with babies/children under five years old.The data obtained were analyzed through path analysis method.

The result of this study showed that 50% of the respondents were of 20-30 years old and 28.8% had negative relationship with the utilization (-0.288). Majority of the respondents (48.7%) were SMA (High School) graduates and 18.6% had relationship with the utilization (0.186). The knowledge of the respondents (85%) about Poskesdes was good and 22.2% had relationship with the utilization (0.222). The attitude of the respondents (67.5%) towards Poskesdes was good and 49.4% had relationship with the utilization (0.494). 55% of the respondents had high income and 27% had negative relationship with the utilization (-0.270). 62.5% of the respondents had poor family support in utilizing the Poskesdes and 26.6% had negative relationship with the utilization (-0.266). The houses of the majority (55%) of the respondents were not far from the Poskesdes and 24.6% had relationship with the utilization of Poskesdes (0.246). 66.3% of the respondents had a high need to the Poskesdes and 4% had relationship with the utilization of Poskesdes (0.040).

It is suggested to improve the role of community members in health activities and the provision of information that the community members would prefer visiting the Poskesdes to have their health checked, to provide more extension and to hold more meetings with the community members that the community members are willing to optimalize the utilization of Poskesdes.

Keywords: Utilization, Poskesdes, Utilization Determinant, Community-Based Health Effort


(9)

Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya berupa rahmat iman dan kesehatan, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Determinan Pemanfaatan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Pada Keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.”

Tesis ini diajukan sebagai salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini, tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, terutama sekali dukungan moril dan bimbingan yang sifatnya membangun, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc (CTM)., Sp.A, (K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan arahan. Beliau dengan penuh


(10)

perhatian, kesabaran, dan ketelitian memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.

5. Dra. Syarifah, MS. selaku pembimbing kedua yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan arahan, dengan penuh perhatian, kesabaran, dan ketelitian memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.

6. Drs. Tukiman, M.K.M dan Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku anggota tim penguji yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

7. Drg. Mariani, MKes selaku Kepala Puskesmas Kutalimbaru beserta staff Puskesmas yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

8. Seluruh staf pengajar dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Universitas Sumatera Utara.

9. Teristimewa buat Ayah dan Ibu tercinta, Prof. DR. Ir. H. Abdul Rauf, MP dan Dra. Hj. Erlinawati, Kakak dan Adik, Bebby Meirina Rachmah, S.Sos dan Ridho Fahmi Abdul Azis, untuk calon pendamping hidup, Heri Yusuf Simbolon, SPd, dan seluruh keluarga atas curahan semangat, dukungan, pengertian, pengorbanan, serta do’a yang telah diberikan sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan penyusunan tesis ini.


(11)

10. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, khususnya minat studi PKIP angkatan 2012 atas bantuan yang diberikan berupa masukan, saran dan motivasi demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya, atas bantuannya sehingga tulisan ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap kiranya tesis ini dapat bermanfaat .

Medan, Oktober 2014 Penulis

Zuhrina Aidha 127032154/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Zuhrina Aidha, dilahirkan di Sei Semayang pada tanggal 21 Juli 1987, beragama Islam, bertempat tinggal di Jalan Binjai Km 13,5, Gg. Pribadi, No. 13, Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Penulis

merupakan anak kedua dari pasangan Prof. DR. Ir. H. Abdul Rauf, MP dan Dra. Hj.

Erlinawati.

Jenjang pendidikan formal penulis mulai di SD Swasta Tri Dharma Sei Semayang pada tahun 1994 dan tamat pada tahun 2000. Pada tahun 2003, penulis menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 2 Sunggal di Kabupaten Deli Serdang. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 4 Binjai. Selanjutnya penulis menyelesaikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan USU pada tahun 2010. Pada tahun 2012- 2014 penulis menempuh pendidikan pada Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pengalaman bekerja penulis yaitu pada tahun 2010-2011 sebagai staf administrasi pada Lembaga Riset Publik Indonesia (Larispa).


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Hipotesis ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1.Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 11

2.1.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 12

2.2. Pos Kesehatan Desa ... 17

2.2.1. Pengertian Pos Kesehatan Desa ... 17

2.2.2. Tenaga Poskesdes ... 18

2.2.3. Tujuan Poskesdes ... 18

2.2.4. Sumber Daya yang Terdapat dalam Poskesdes ... 19

2.2.5. Ruang Lingkup Kegiatan Poskesdes ... 19

2.2.6. Fungsi Poskesdes ... 20

2.2.7. Prioritas Pengembangan Poskesdes ... 21

2.2.8. Manfaat Poskesdes ... 21

2.2.9. Kedudukan dan Hubungan Kerja ... 22

2.3. Potensi Desa ... 24

2.4. Partisipasi Masyarakat ... 28

2.5. Landasan Teori ... 30

2.6. Kerangka Konsep ... 33

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Jenis Penelitian ... 34

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34


(14)

3.2.2. Waktu Penelitian ... 34

3.3. Populasi dan Sampel ... 34

3.3.1. Populasi ... 34

3.3.2. Sampel ... 35

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.4.1. Data Primer ... 36

3.4.2. Data Sekunder ... 36

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ... 40

3.5.1. Variabel Bebas ... 40

3.5.2. Variabel Terikat ... 41

3.6. Metode Pengukuran ... 41

3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 41

3.6.2. Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 44

3.7. Metode Analisis Data ... 45

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 47

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47

4.1.1. Keadaan Geografis ... 47

4.1.2. Demografis ... 48

4.1.3. Sumber Daya Kesehatan ... 49

4.1.4. Gambaran Pelaksanaan Poskesdes ... 50

4.2. Analisis Univariat ... 51

4.2.1. Distribusi Faktor Predisposisi terhadap Pemanfaatan Poskesdes di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang ... 51

4.2.2. Distribusi Faktor Pemungkin terhadap Pemanfaatan Poskesdes ... 56

4.2.3. Distribusi Faktor Kebutuhan ... 58

4.2.4. Distribusi Pemanfaatan Poskesdes pada Keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang ... 60

4.4. Hasil Uji Analisis Jalur ... 68

4.3.1. Diagram Jalur Variabel Umur terhadap Faktor Pemungkin (Pendapatan, Dukungan Keluarga, Jarak), Faktor Kebutuhan dan Pemanfaatan ... 69

4.3.2. Diagram Jalur Variabel Pendidikan terhadap Faktor Pemungkin (Pendapatan, Dukungan Keluarga, Jarak), Faktor Kebutuhan dan Pemanfaatan ... 73

4.3.3. Diagram Jalur Variabel Pengetahuan terhadap Faktor Pemungkin (Pendapatan, Dukungan Keluarga, Jarak), Faktor Kebutuhan dan Pemanfaatan ... 77 4.3.4. Diagram Jalur Variabel Sikap terhadap Faktor Pemungkin


(15)

Faktor Kebutuhan dan Pemanfaatan ... 81

BAB 5. PEMBAHASAN ... 85

5.1. Faktor Predisposisi (Umur, Pendidikan, Pengetahuan, Sikap dengan Pemanfaatan Poskesdes) ... 85

5.1.1. Umur dengan Pemanfaatan Poskesdes ... 85

5.1.2. Pendidikan dengan Pemanfaatan Poskesdes ... 87

5.1.3. Pengetahuan dengan Pemanfaatan Poskesdes ... 89

5.1.4. Sikap dengan Pemanfaatan Poskesdes ... 91

5.2. Faktor Pemungkin (Pendapatan, Dukungan Keluarga, Jarak) dengan Pemanfaatan Poskesdes ... 92

5.2.1. Pendapatan dengan Pemanfaatan Poskesdes ... 92

5.2.2. Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Poskesdes ... 94

5.2.3. Jarak dengan Pemanfaatan Poskesdes ... 95

5.3. Hubungan Faktor Kebutuhan dengan Pemanfaatan Poskesdes 97 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

6.1. Kesimpulan ... 98

6.2. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100

LAMPIRAN ... 106


(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar di Kecamatan Kutalimbaru Tahun

2012 ... 8 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38 3.2. Metode Pengukuran Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 45

4.1. Distribusi Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kutalimbaru

Kecamatan Kutalimbaru Deli Serdang Tahun 2012 ... 48

4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja

Puskesmas Kutalimbaru Kecamatan Kutalimbaru Tahun 2013 ... 49

4.3. Distribusi Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kutalimbaru

Kecamatan Kutalimbaru Tahun 2013 ... 49

4.4. Distribusi Faktor Predisposisi (Umur, Pendidikan Terakhir,

Pengetahuan, dan Sikap) Responden di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang ... 51

4.5 Distribusi Pengetahuan Ibu tentang Pemanfaatan Poskesdes ... 52

4.6 Distribusi Sikap Ibu terhadap Pemanfaatan Poskesdes ... 54

4.7. Distribusi Frekuensi Faktor Pemungkin (Dukungan Keluarga,

Pendapatan, Jarak) Responden terhadap Pemanfaatan Poskesdes di Kecamatan Kutalimbaru Kab. Deli Serdang ... 56

4.8. Distribusi Dukungan Keluarga terhadap Pemanfaatan Poskesdes ... 57


(17)

4.10. Distirbusi Frekuensi Faktor Kebutuhan Responden terhadap

Pemanfaatan Poskesdes di Kecamatan Kutalimbaru Kab. Deli Serdang .. 58

4.11. Distribusi Faktor Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Poskesdes ... 59

4.12. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Poskesdes pada Keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kab. Deli Serdang ... 60 4.13. Distribusi Pemanfaatan Poskesdes pada Keluarga di Kecamatan

Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang ... 60 4.14. Tabulasi Silang antara Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin, Faktor

Kebutuhan dengan Pemanfaatan Poskesdes ... 65 4.15. Penyajian dan Interpretasi (Umur, Pendapatan, Kebutuhan, terhadap

Pemanfaatan) ... 70 4.16. Penyajian dan Interpretasi (Umur, Dukungan Keluarga, Kebutuhan,

terhadap Pemanfaatan) ... 72 4.17. Penyajian dan Interpretasi (Umur, Jarak, Kebutuhan, terhadap

Pemanfaatan) ... 73 4.18. Penyajian dan Interpretasi (Pendidikan, Pendapatan, Kebutuhan,

terhadap Pemanfaatan) ... 74 4.19. Penyajian dan Interpretasi (Pendidikan, Dukungan Keluarga,

Kebutuhan, terhadap Pemanfaatan) ... 75 4.20. Penyajian dan Interpretasi (Pendidikan, Jarak, Kebutuhan, terhadap

Pemanfaatan) ... 77 4.21. Penyajian dan Interpretasi (Pengetahuan, Pendapatan, Kebutuhan,

terhadap Pemanfaatan) ... 78 4.22. Penyajian dan Interpretasi (Pengetahuan, Dukungan Keluarga,


(18)

4.23. Penyajian dan Interpretasi (Pengetahuan, Jarak, Kebutuhan, terhadap Pemanfaatan) ... 80 4.24. Penyajian dan Interpretasi (Sikap, Pendapatan, Kebutuhan, terhadap

Pemanfaatan) ... 82 4.25. Penyajian dan Interpretasi (Sikap, Dukungan Keluarga, Kebutuhan,

terhadap Pemanfaatan) ... 83 4.26. Penyajian dan Interpretasi (Sikap, Jarak, Kebutuhan, terhadap


(19)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Kedudukan Hubungan Kerja Poskesdes (Depkes, 2006) ... 22

2.2 Landasan Teori ... 32

3.3 Diagram Jalur Penelitian Determinan Pemanfaatan Poskesdes di

Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang ... 46

4.1 Diagram Jalur Umur, Pendapatan, Kebutuhan terhadap Pemanfaatan ... 70

4.2 Diagram Jalur Umur, Dukungan Keluarga, Kebutuhan terhadap

Pemanfaatan ... 71

4.3 Diagram Jalur Umur, Jarak, Kebutuhan terhadap Pemanfaatan ... 73

4.4 Diagram Jalur Pendidikan, Pendapatan, Kebutuhan terhadap

Pemanfaatan ... 74

4.5 Diagram Jalur Pendidikan, Dukungan Keluarga, Kebutuhan terhadap

Pemanfaatan ... 75

4.6 Diagram Jalur Pendidikan, Jarak, Kebutuhan terhadap Pemanfaatan ... 76

4.7 Diagram Jalur Pengetahuan, Pendapatan, Kebutuhan terhadap

Pemanfaatan ... 7

4.8. Diagram Jalur Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Kebutuhan terhadap

Pemanfaatan ... 78

4.9 Diagram Jalur Pengetahuan, Jarak, Kebutuhan terhadap Pemanfaatan ... 80


(20)

4.11 Diagram Jalur Sikap, Dukungan Keluarga, Kebutuhan terhadap Pemanfaatan ... 82


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kusioner Penelitian ... 106

2. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 115

3. Analisis Univariat ... 117

4. Hasil Uji Analisis Jalur ... 143

5. Dokumentasi Penelitian ... 179

6. Master Data Penelitian ... 182


(22)

PERNYATAAN

DETERMINAN PEMANFAATAN POS KESEHATAN DESA (POSKESDES) PADA KELUARGA DI KECAMATAN KUTALIMBARU

KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2014

Zuhrina Aidha 127032154/IKM


(23)

Poskesdes merupakan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang didirikan untuk mengoptimalkan potensi yang ada di masyarakat dalam meningkatkan taraf kesehatan dan untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Poskesdes didirikan di lokasi yang mudah dijangkau masyarakat, dikelola oleh bidan desa dan kader, dan melayani masyarakat dalam bidang kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), gizi, imunisasi, dan pegobatan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan pemanfaatan pos kesehatan desa (Poskesdes) pada keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunkan metode kuantitatif dengan menggunakan metode analisis jalur (path analysis). Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner kepada 80 responden ibu yang dalam keluarga memiliki bayi/balita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% responden berusia 20-30 tahun, dan berhubungan negatif dengan pemanfaatan sebesar -0,288 (28,8%). Pendidikan responden mayoritas SMA sebanyak 48,7% dan memiliki hubungan dengan pemanfaatan sebesar 0,186 (18,6%). Pengetahuan masyarakat tentang Poskesdes baik yaitu 85% dan memiliki hubungan dengan pemanfaatan sebesar 0,222 (22,2%). Sikap responden terhadap Poskesdes baik (67,5%), sikap memiliki hubungan dengan pemanfaatan sebesar 0,494 (49,4%). Responden berpendapatan tinggi sebanyak 55%, dan memiliki hubungan negative dengan pemanfaatan sebesar -0,270 (27%). Responden memiliki dukungan keluarga kurang baik dalam memanfaatkan Poskesdes (62,5%), dan memiliki hubungan negatif dengan pemanfaatan sebesar -0,266 (26,6%). Jarak tempuh dari rumah ke Poskesdes mayoritas berjarak dekat yaitu 55%, dan berhubungan dengan pemanfaatan Poskesdes sebesar 0,246 (24,6%). Sebanyak 66,3% responden memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap Poskesdes, dan berhubungan dengan pemanfaatan sebesar 0,040 (4%).

Disarankan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam kegiatan kesehatan dan pemerian informasi sehingga masyarakat lebih memilih mengunjungi Poskesdes untuk memeriksakan kesehatan. Lebih banyak mengadakan penyuluhan dan pertemuan kepada masyarakat agar masyarakat mau mengoptimalkan Poskesdes.

Kata Kunci: Pemanfaatan, Poskesdes, Determinan Pemanfaatan, UKBM


(24)

Poskesdes (Rural Health Post) is a Community-Based Health Effort established to optimalize the potentials existing in the community to improve the health status and the utilization of health services. Poskesdes is established in a location easily accessible by the public, managed by rural midwives and the cadres, and serves the community members in the field of maternal and child health, Family Planning, nutrition, immunization and treatment.

The purpose of this quantitative study was to analyze the utilization determinant of rural health post by the families in Kutalimbaru Subdistrict, Deli Serdang District. The data for this study were obtained through questionnaire-based interview with 80 respondents comprising the mothers with babies/children under five years old.The data obtained were analyzed through path analysis method.

The result of this study showed that 50% of the respondents were of 20-30 years old and 28.8% had negative relationship with the utilization (-0.288). Majority of the respondents (48.7%) were SMA (High School) graduates and 18.6% had relationship with the utilization (0.186). The knowledge of the respondents (85%) about Poskesdes was good and 22.2% had relationship with the utilization (0.222). The attitude of the respondents (67.5%) towards Poskesdes was good and 49.4% had relationship with the utilization (0.494). 55% of the respondents had high income and 27% had negative relationship with the utilization (-0.270). 62.5% of the respondents had poor family support in utilizing the Poskesdes and 26.6% had negative relationship with the utilization (-0.266). The houses of the majority (55%) of the respondents were not far from the Poskesdes and 24.6% had relationship with the utilization of Poskesdes (0.246). 66.3% of the respondents had a high need to the Poskesdes and 4% had relationship with the utilization of Poskesdes (0.040).

It is suggested to improve the role of community members in health activities and the provision of information that the community members would prefer visiting the Poskesdes to have their health checked, to provide more extension and to hold more meetings with the community members that the community members are willing to optimalize the utilization of Poskesdes.

Keywords: Utilization, Poskesdes, Utilization Determinant, Community-Based Health Effort


(25)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembukaan UUD 1945, mencantumkan tujuan nasional bangsa Indonesia yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 menyebutkan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah

keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur dari produktivitas dalam arti mempunyai pekerjaan atau penghasilan secara ekonomi. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Batasan Kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa, dan Sosial yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2012, khususnya sub-sistem pemberdayaan masyarakat, salah satu tujuan SKN adalah terwjudnya upaya pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat dan upaya kesehtana pada hakekatnya merupakan fokus dari pembangunan


(26)

kesehatan. Prinsip pemberdayaan masyarakat berbasis masyarakat, terdapat unsur edukatif dan kemandirian, memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan memilih pelayanan kesehatan dan prinsip kemitraan dan gotong royong. Oleh karena itu dibentuklah berbagai upaya kesehatan yang berbasis masyarakat (UKBM).

Pembentukan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) bertujuan untuk membantu masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. UKBM dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). Perkembangan pemberdayaan masyarakat saat ini telah banyak UKBM yang berkembang antara lain: Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pondok Bersalin Desa (Polindes), Pos Obat Desa (POD)/Warung Obat Desa (WOD), Pos Upaya kesehatan Kerja (Pos UKK), dan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren). Untuk lebih menyempurnakan penyelenggaraan UKBM yang lebih baik, terbentuklah Poskesdes sebagai salah satu bentuk UKBM yang bersumber dari partisipasi masyarakat dan merupakan persyaratan untuk menjadi sebuah Desa Siaga. (Depkes, 2007).

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Inti dari kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.


(27)

UKBM adalah cara untuk membuat masyarakat mandiri sesuai dengan Visi Departemen Kesehatan yaitu “Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”. Adanya UKBM berfungsi untuk menggerakkan aspirasi masyarakat baik dari segi pemikiran, tenaga, maupun dana. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007).

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 diketahui bahwa rata-rata angka kematian Ibu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI tahun 2007 yang masih berada pada angka 228 per 100.000 kelahiran hidup. Kendati berbagai upaya dilakukan, namun disadari masih perlu dukungan penuh. Oleh karena itu pemerintah membuat suatu program pelayanan kesehatan masyarakat yang berbasis Upaya Kesehatan berbasis Masyarakat (UKBM) untuk kesehatan ibu dan anak yang disebut dengan Pos Bersalin Desa (Polindes), untuk memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal mengenai masalah kesehatan ibu dan anak.

Upaya untuk lebih memantapkan penyelenggaraan berbagai UKBM yang ada di desa, perlu dikembangkan suatu bentuk UKBM yang dapat mengkoordinasikan seluruh UKBM yang ada. Fungsi koordinasi ini diperlukan agar penyelenggaraan UKBM tersebut dapat sinergis dalam upaya mewujudkan desa siaga. Perwujudan Desa Siaga ini adalah untuk mempercepat pencapaian desa sehat. UKBM yang berfungsi koordinatif di desa tersebut adalah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)sesuai


(28)

dengan Kepmenkes No.564 Th.2006 tentang pedoman Pelaksanaan Pembangunan Desa Siaga.

Poskesdes dikelola oleh seorang bidan dan minimal satu orang kader. Untuk menyiapkan tenaga yang akan mengelola Poskesdes tersebut, diberikan pelatihan yang dilengkapi dengan kurikulum dan modul yang dikembangkan sesuai dengan kompetensi yang diperlukan. Poskesdes dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat atas dasar musyawarah yang bertujuan agar terwujudnya masyarakat sehat yang siaga terhadap permasalahan kesehatan di desanya. Sarana bangunan Poskesdes dapat berasal dari bangunan Polindes yang sudah ada, bangunan baru fasilitas dari pemerintah, atau dengan swadaya masyarakat atau dengan pendanaan pemetintah atau donator. Kegiatan yang dilakukan di Poskesdes meliputi promotif, preventif, dan kuratif antara lain pengamatan epiemiologis sederhana terhadap penyakit terutama penyakit menular dan berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), status gizi, serta kesehatan ibu hamil; penanggulangan penyakit; kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan; dan pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensi.

Poskesdes dibandingkan dengan UKBM lain merupakan upaya pemberdayaan masyarakat yang memiliki banyak cakupan. Pelayanan dilakukan mulai dari promotif, preventif, dan kuratif. Poskesdes yang merupakan wadah yang melingkupi UKBM lain seperti Posyandu dan Polindes bertujuan untuk menjadikan UKBM yang ada dalam sebuah desa menjadi lebih terorganisir dan berkesinabungan yang akhirnya bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Depkes, 2007).


(29)

Poskesdes didirikan di lokasi yang dekat dari jangkauan masyarakat pada suatu desa agar mendapatkan pelayanan yang optimal mengenai kesehatan ibu dan anak. Biaya yang dikenakan untuk pelayanan juga berdasarkan musyawarah masyarakat desa hingga dicapai kesepakatan yang tidak memberatkan masyarakat. Dua masalah sudah terselesaikan yaitu jarak dan biaya, namun ada penyebab lain yang belum terselesaikan yaitu masalah pengetahuan masyarakat mengenai Poskesdes. Banyak masyarakat yang belum paham mengenai fungsi Poskesdes, bagaimana cara mendapatkan pelayanannya dan sebagainya.

Pemanfaatan Poskesdes dan Bidan Desa dalam pelayanan kesehatan di daerah terpencil masih sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh keadaan geografis dan rendahnya kemampuan masyarakat untuk mencari pelayanan kebidanan yang professional yang memberikan kontribusi terhadap tingginya kematian ibu bersalin. Kondisi geografis wilayah kecamatan Kutalimbaru secara umum cukup menyulitkan dalam mengakses pelayanan kesehatan, karena sebanyak 9 desa dari 14 desa yang letaknya cukup jauh dari lokasi puskesmas. Desa Suka Makmur dan Desa Sei Mencirim merupakan desa yang paling jauh dari lokasi puskesmas yaitu 10 Km (Tarigan, 2005).

Penelitian Tarigan (2005) menyebutkan bahwa faktor geografis (jarak tempuh dan waktu tempuh) dan faktor sosial budaya (kebiasaan) sangat mempengaruhi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Terbukti dari hasil penelitian yang disebutkan bahwa jarak tempuh yang dekat dan waktu tempuh yang sedikit dari tempat pelayanan kesehatan membuat masyarakat mau memanfaatkan pelayanan


(30)

tersebut. Namun, faktor sosial budaya (kebiasaan) terkadang menyebabkan masyarakat enggan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Misalnya kebiasaan jika ibu hamil tidak boleh keluar rumah.

Tokoh masyarakat juga sangat berperan terhadap partiripasi masyarakat. Tokoh masyarakat hendaknya mengajak masyarakat untuk berkontribusi terhadap kegiatan desa dan memberikan informasi yang benar tentang kegiatan yang ada di desa. Anissatullaila (2010), di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan Poskesdes. Partisipasi masyarakat terdiri atas kontribusi pemikiran, kontribusi tenaga, dan kontribusi dana. Kontribusi pemikiran masyarakat dilakukan dengan diikutsertakannya masyarakat dalam rapat-rapat/pertemuan kegiatan-kegiatan di desa, sehingga masyarakat mengerti dan memahami kondisi yang ada di desa dan memahami tentang Poskesdes yang ada di desa mereka. Masyarakat akan lebih memahami dan berkontribusi lebih baik dari tenaga maupun dana iuran yang telah disepakati dalam rapat/pertemuan Poskesdes atau kegiatan desa lainnya.

Poskesdes di Kabupaten Deli Serdang, khususnya di Kecamatan Kutalimbaru merupakan peralihan dari Polindes (Pos Bersalin Desa) yang memberikan pelayanan khusus KIA dan KB. Misalnya pelaksanaan Posyandu, imunisasi, pemeriksaan kehamilan, persalinan, pelayanan gizi bayi dan balita, dan pemasangan alat kontrasepsi. Peralihan Polindes menjadi Poskesdes untuk memudahkan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan dasar seperti pengobatan penyakit, KIA, KB, gizi, dan imunisasi.


(31)

Poskesdes di Kecamatan Kutalimbaru memberikan pelayanan secara menyeluruh mulai dari promotif yang diberikan dengan cara mengadakan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, gizi, KIA, KB, dan lain sebagainya; preventif dilakukan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat untuk lebih tanggap dalam mencegah terjadinya duatu penyakit; dan kuratif yaitu pengobatan penyakit yang masih bisa ditangani di poskesdes dan mengadakan rujukan ke Puskesmas atau pelayanan kesehatan lain yang terdekat dengan Poskesdes tersebut.

Wilayah kerja Puskesmas Kutalimbaru terdapat 8 Poskesdes yang masih aktif. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, kondisi demografis yang jauh dari Puskesmas membuat masyarakat memanfaatkan Poskesdes. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan Deli Serdang tahun 2011 dan 2012, di Puskesmas Kutalimbaru cakupan kunjungan ibu hamil pada tahun 2011 sebanyak 98,56% (820 K1), terjadi peningkatan pada tahun 2012 sebanyak 98,71% (840 K1). Status gizi balita dalam kategori gizi lebih pada tahun 2011 mencapai angka 145 atau 4,80%, gizi kurang sebanyak 59 atau 1,95% dari jumlah balita yang ditimbang sebanyak 3.019 balita. Hal ini mengalami penurunan di tahun 2012 pada kategori gizi lebih sebanyak 53 (1,65%), gizi kurang sebanyak 49 (1,53%) dari jumlah balita yang ditimbang pada tahun 2012 sebanyak 3.207 balita.

Di bawah ini adalah data cakupan pelayanan kesehatan dasar (kunjungan K1 dan K4, pelayanan KB, gizi, imunisasi, dan pengobatan penyakit) di kecamatan kutalimbaru tahun 2012.


(32)

Tabel 1.1. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar di Kecamatan Kutalimbaru Tahun 2012

Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar 2012 (%)

K1 98,71

K4 95,65

KB 29,25

Gizi Baik Lebih Kurang Buruk

96,41 0,96 1,53 -

Imunisasi 87,06

Pengobatan Penyakit 83,06

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab. Deli Serdang 2012

Cakupan kunjungan Poskesdes di Kecamatan Kutalimbaru terbilang tinggi. Berdasarkan laporan Puskesmas Kutalimbaru terdapat lebih dari 60% masyarakat menggunakan Poskesdes sebagai pelayanan kesehatan yang pertama. Namun, terjadi penurunan di beberapa aspek. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat data mengenai bayi berat badan lahir rendah (BBLR) pada tahun 2012 terdapat 2 kasus (0,26%), dan ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang tidak terjadi kasus BBLR (0%). Kasus kematian bayi dan balita yang terjadi sepanjang tahun 2012 sebanyak 1 kasus yang mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang tidak terjadi kasus kematian bayi dan balita.

1.2. Permasalahan

Meningkatnya angka kejadian BBLR dan kematian pada bayi di Kecamatan Kutalimbaru menjadi permasalahan yang menarik untuk diteliti. Peningkatan ini disebabkan masih ada masyarakat yang belum memanfaatkan Poskesdes.


(33)

Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah penelitian adalah apakah yang menjadi determinan pemanfatan poskesdes pada keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan pemanfaatan Poskesdes pada keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.

1.4. Hipotesis Penelitian

Faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor kebutuhan berhubungan secara signifikan terhadap pemanfaatan poskesdes pada keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada :

1. Puskesmas, sebagai bahan pertimbangan dalam menemukan masalah berkaitan

dengan rendahnya kunjungan masyarakat ke Poskesdes.

2. Masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Poskesdes dan pelayanan kesehatan lain yang bisa didapatkan di desa tempat mereka tinggal, sebagai pendorong untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan secara mandiri.


(34)

3. Penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan faktor-faktor yang mendukung masyarakat memanfaatkan poskesdes.


(35)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas atau tenaga kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan layanan kesehatan tersebut (Depkes, 2006).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan pendayafungsian layanan kesehatan oleh masyarakat. Menurut Levey dan Loomba (1973) yang dimaksud dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama, dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku pencari pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di Negara sedang berkembang sangat bervariasi.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga yang disebutkan dalam Muzaham (1995) yang dikutip oleh Siregar (2012), tergantung pada predisposisi keluarga mencakup karakteristik keluarga cenderung menggunakan pelayanan


(36)

kesehatan meliputi variabel demografi, variabel struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, suku) serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis, dokter, dan penyakit (termasuk stress serta kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan).

Penelitian Saragih (2010) menyatakan sikap sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan (Puskesmas). Hal ini disebabkan karena perilaku petugas pelayanan kesehatan puskesmas dan sikap masyarakat yang lebih memiih pergi kebalai pengobatan bidan atau praktek dokter yang ada di desa tersebut daripada ke Puskesmas. Hasil penelitian ini juga hampir sejalan dengan basil penelitian Achmad Rifai (2005) tentang persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan pengobatan di Puskesmas Binjai. Menurut hasil penelitian yang dilakukan bahwa perilaku petugas sebanyak (68,0%), perilaku dokter sebanyak (62,0%), perilaku masyarakat sebanyak (58,0%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat benyak yang bertindak tidak mau memanfaatkan pelayanan puskesmas disebabkan oleh perilaku petugas kesehatan dan perilaku masyarakat yang lebih memilih ke balai pengobatan bidan atau praktek dokter yang ada di desa tersebut.

2.1.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Cukup banyak pendapat-pendapat yang menyebutkan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh ut

Departement Of Education and Welfare, USA (1997) dalam Lapau (1997),

faktor-faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu, (1) Faktor regional dan


(37)

adanya fasilitas kesehatan lain, (4) faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosiodemografi (meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan), faktor sosial psikologis (meliputi sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan), faktor ekonomi dan kemudahan menjangkau pelayanan kesehatan.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh (1) Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan. Tempat pelayanan yang tidak strategis sulit dicapai, menyebabkan berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh para ibu hamil dan ibu balita. (2) Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia Jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai menyebabkan rendahnya akses ibu hamil dan ibu balita terhadap pelayanan kesehatan, (3) Keterjangkauan informasi Informasi yang kurang menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang ada, (4) Demand (permintaan) adalah pernyataan dari kebutuhan yang dirasakan yang dinyatakan melalui keinginan dan kemampuan membayar (Depkes, 1999).

Masyarakat saat ini sudah semakin selektif dalam memilih pelayanan kesehatan. Banyaknya pelayanan kesehatan mengharuskan masyarakat melihat kualitas dari pelayanan kesehatan tersebut. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan harus memiliki persyaratan pokok yaitu, tersedia dan

berkesinambungan, mudah dicapai, mudah dijangkau, dapat diterima dan


(38)

Pelayanan yang berkualitas memungkinkan masyarakat untuk menggunakan pelayanan tersebut, sehingga pemanfaatannya menjadi tinggi. Tinggi rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan (1) jarak yang jauh (faktor geografi), (2) tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi), (3) Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi), dan (4) tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya) (Depkes RI, 2002b).

Konsumen akan memutuskan menggunakan atau memanfaatkan saranan pelayanan kesehatan berdasarkan perilaku faktor-faktor yang memengaruhinya. Proses pengunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat atau konsumen, dijelaskan oleh Anderson (1974) dalam Notoadmodjo (2010) sebagai berikut:

1. Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristcs)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan kecenderungan untuk menggunkan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan ke dalam 3 kelompok.

a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.

b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras, dan

sebagainya.

c. Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat

menolong proses penyembuhan penyakit.


(39)

- Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik, mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.

- Setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial, mempunyai perbedaan

gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.

- Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan.

2. Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak untuk menggunakanya kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.

Hasil penelitian Madunde, at all (2013) menyatakan bahwa responden yang memiliki pendapatan rendah cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan (puskesmas) sebanyak 74%, dan responden yang memilik pendapatan tinggi lebih sedikit menggunakan pelayanan kesehatan (puskesmas) yaitu sebanyak 26%.

3. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristics)

Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan akan terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu


(40)

ada. Kebutuhan (need) disini dibagi menjadi 2 kategori, dirasa atau perceived (subject

assessment) dan evaluated (clinical diagnosis).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yuliah (2001) yang menunjukkan bahwa faktor pendidikan, persepsi sakit dan sikap petugas, penyandang dana, jarak, biaya transportasi berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan (puskesmas). Dari beberapa faktor diatas ternyata persepsi sakit yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Persepsi sehat dan sakit terbagi atas dua bagian, yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian maka kita berada dalam area sakit (Illness area), dan apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam areasehat (Wllness are). Jadi, status kesehatan selalu dinamis dan berubah setiap saat. Seperti yang diungkapkan Budijanto dan Roosihermiatie (2006) dari hasil penelitian kepada masyarakat di daerah pelabuhan Tanjung Priuk tentang persepsi sehat sakit dan pola pencarian pengobatan menyebutkan Persepsi sakit dari hasil studi ini terbagi menjadi 2 kategori yaitu sakit untuk diri sendiri dan sakit untuk anak. Persepsi sakit untuk diri sendiri narnpak dari hasil diskusi menunjukkan beberapa Variasi. Beberapa peserta menyatakan bahwa SEHAT itu jika keadaan jasmani dan rokhani tidak mengalami gangguan. Peserta lain menyebutkan bahwa SEHAT itu hanya secara fisik saja tidak terjadi gangguan. Akan tetapi masih belum ada yang menyatakan kriteria sehat seperti definisi dari WHO. Dari kedua kelompok diskusi (WUS dan AKL) ternyata ada sedikit perbedaan dalam


(41)

persepsi SEHAT, dimana pada kelompok AKL nilai sehat agak 'melebar' dibandingkan pada kelompok WUS.

2.2. Pos Kesehatan Desa

2.2.1. Pengertian Pos Kesehatan Desa

Pos Kesehatan Desa yang selanjutnya disingkat dengan Poskesdes adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes dibentuk dalam rangka mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat serta sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya masyarakat dan dukungan pemerintah (Depkes RI, 2007).

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah wujud upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat atas dasar musyawarah dalam rangka:

1. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat desa.

2. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap

dengan penyakit dan masalah-masalah kesehatan.

3. Meningkatkan kemampuan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri dalam

bidang kesehatan.

4. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh


(42)

5. Meningkatkan dukungan dan peran-aktif berbagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat desa.

Pelayanan Poskesdes meliputi upaya promotiv, preventif dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (teutama bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya. Pengertian “Desa” dapat berarti desa atau kelurahan atau nagari atau sebutan lainnya bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.

2.2.2. Tenaga Poskesdes

Tenaga masyarakat: kader penggerak ketrampilan keluarga, kader posyandu, tenaga sukarela lain. Tenaga kesehatan: bidan plus (bidan yang sudah mendapat pendidikan dan pelatihan tentang poskesdes), tenaga gizi, sanitarian. Tenaga lain: petugas-petugas sektor terkait (misal: petugas lapangan keluarga berencana).

2.2.3. Tujuan Poskesdes

a. Tujuan Umum

Terwujudnya masyarakat sehat yang siaga terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.

b. Tujuan Khusus

1. Terselenggaranya Promosi Kesehatan dalam rangka meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

2. Terselenggaranya pengamatan, pencatatan dan pelaporan dalam

rangka meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan


(43)

kejadian luar biasa (KLB) serta faktor-faktor risikonya (termasuk status gizi dan ibu hamil yang berisiko).

3. Terselenggaranya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di bidang kesehatan.

4. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh

masyarakat dan tenaga professional kesehatan.

5. Terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada di desa.

2.2.4. Sumber Daya yang Terdapat dalam Poskesdes

a. Sarana Bangunan Poskesdes

Sarana bangunan untuk Poskesdes dapat diupayakan dengan berbagai alternatif, yaitu :

1) Memanfaatkan/mengembangkan bangunan polindes yang sudah ada

2) Memanfaatkan/memodifikasi bangunan lain yang sudah ada

3) Membangun baru dengang fasilitasi dari pemerintah

4) Membangun baru dengan fasilitasi dari dunia usaha

5) Membangun baru melalui swadaya masyarakat, atau dengan pendanaan

dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donator.

2.2.5. Ruang Lingkup Kegiatan Poskesdes

Ruang lingkup kegiatan Poskesdes meliputi upaya kesehatan yang

menyeluruh mencakup upaya promotif, preventif dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela


(44)

lainnya. Kegiatan Poskesdes utamanya adalah, pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko, dan

surveilans lingkungan, dan masalah kesehatan lainnya), penanganan

kegawat-daruratan kesehatan, dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan dasar.

Kegiatan Poskesdes lainnya yang merupakan kegiatan pengembangan yaitu promosi kesehatan, penyehatan lingkungan, dan lain-lain. Sebagai bentuk pertanggung-jawaban maka kegiatan di Poskesdes didukung dengan pencatatan dan pelaporan. Poskesdes juga merupakan pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM, menumbuh-kembangkan partisipasi masyarakat, kemitraan dengan berbagai kepentingan (stakeholder) terkait. Kegiatan dilakukan berdasarkan pendekatan edukatif atau kemasyarakatan yang dilakukan melalui musyawarah dan mufakat yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi masyarakat setempat.

2.2.6. Fungsi Poskesdes

1. Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan.

2. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah

kesehatan.

3. Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan

pelayanan kepada masyarakat serta untuk meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan.


(45)

2.2.7. Prioritas Pengembangan Poskesdes

Mengingat Poskesdes merupakan salah satu upaya memeratakan pelayanan kesehatan yang sekaligus wahana partisipasi masyarakat, prioritas pengembangannya adalah:

1. Desa/kelurahan yang tidak terdapat sarana kesehatan (Puskesmas dan rumah

sakit).

2. Adapun desa yang terdapat Puskesmas Pembantu masih memungkinkan untuk

dikembangkan Poskesdes.

3. Desa di lokasi terisolir, terpencil, tertinggal, perbatasan atau kepulauan.

2.2.8. Manfaat Poskesdes

1. Bagi Masyarakat Desa

a. Permasalahan kesehatan di Desa dapat dideteksi secara dini, sehingga dapat ditangani dengan cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi, potensi dan kemampuan yang ada.

b. Masyarakat Desa dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang dapat

dijangkau (secara geografis). 2. Bagi Kader

a. Kader mendapatkan informasi awal dibidang kesehatan.

b. Kader mendapatkan kebanggaan, bahwa dirinya lebih berkarya bagi warga


(46)

3. Bagi Puskesmas

a. Memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas dengan mengoptimalkan segala

sumber daya secara efektif dan efisien.

b. Dapat mengoptimalkan fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

4. Bagi Sektor Lain

a. Dapat memadukan kegiatan sektornya dengan bidang kesehatan.

b. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan lebih efektif dan efisien.

2.2.9 Kedudukan dan Hubungan Kerja

Kedudukan dan hubungan kerja antara Poskesdes dengan unit-unit serta masyarakat, dapat digambarkan sebagai berikut:


(47)

1. Dinkes Kabupaten/ Kota, sebagai penyedia dan Pembina Puskesmas serta yang menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian desa siaga.

2. RSUD Kabupaten/ Kota, rujukan pasien yang tidak dapat ditangani oleh

puskesmas, termasuk pelayanan Obstetric dan Neonatal Emergensi

Komprehensif (PONEK).

3. Puskesmas, rujukan pasien yang tidak dapat ditangani oleh Poskesdes dan

memfasilitasi pengembangan desa siaga khususnya Poskesdes.

4. Poskesdes, sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM

(Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat) sehingga permasalahan kesehatan di Desa dapat dideteksi secara dini, dan dapat ditangani dengan cepat sesuai kondisi, potensi dan kemampuan yang ada terutama dalam tanggap darurat dan bencana berupa dibentuknya:

a. Donor Siaga

Yaitu warga yang sukarelawan memenuhi syarat untuk menjadi donor darah dan menyepakati dengan ibu hamil, pentingnya mengetahui golongan darah untuk disesuaikan dengan golongan darah ibu hamil. Kader berperan memotivasi serta mencari sukarelawan, apabila ada salah seorang warga yang membutuhkan darah. Membuat daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir, kumpulkan nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu hamil. Catat nama dan alamat mereka ataupun cara menghubungi yang tercepat dari semua warga yang bergolongan darah sama


(48)

dengan ibu hamil, pendampingan ini minimal empat warga/orang dengan satu orang ibu hamil.

b. Ambulan Siaga

Ambulan desa adalah suatu alat tranportasi yang dapat digunakan untuk mengatar warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan kesehatan. Ambulan desa dapat berupa alat-alat tranportasi yang dimiliki warga desa tersebut seperti becak, gerobak, andong, perahu, motor, mobil, dll.

Peran kader disini memotivasi warga agar apabila suatu saat ada warga yang membutuhkan pertolongan untuk pergi ketempat pelayanan kesehatan dengan segera, dapat menggunakan alat transportasi yang dimilikinya sebagai ambulan Desa.

2.3. Potensi Desa

Potensi Desa adalah kemampuan (potensi) yang dimiliki oleh masyarakat di dalam penggerakan dan pemberdayaan masyarakat untuk menyelesaikan masalah, agar dapat diatasi oleh masyarakat itu sendiri dengan menggunakan sumber daya (poternsi) yang dimiliki oleh masyarakat di desanya (Depkes, 2006).

Potensi desa ada yang berupa fisik terdiri dari tanah, air, iklim, manusia dan hutan, serta yang non fisik antara lain gotong royong, kekeluargaan, dan lembaga sosial (Elfindri, 2003). Maju mundurnya desa akan tergantung pada beberapa faktor yaitu potensi desa, interaksi desadengan kota tau antara desa dengan desa dan lokasi


(49)

desa terhadat daerah sekitarnya yang lebih maju.

Kemampuan (potensi) yang dimiliki masyarakat dapat berupa:

a. Tokoh-tokoh Masyarakat

Yang tergolong sebagai tokoh masyarakat adalah semua orang yang memiliki pengaruh di masyarakat setempat baik yang bersifat formal (Ketua RT, Ketua RW, Ketua Kampung, Kepala Dusun, Kepala Desa) maupun tokoh non formal (Tokoh Agama, tokoh adat, tokoh pemuda, kepala suku). Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan kekuatan yang sangat besar yang mampu menggerakkan masyarakat di dalam setiap upaya pembangunan (Depkes, 2006).

Dalam pengembangan desa siaga, tokoh masyarakat berperan sebagai pemberdaya masyarakat dan penggali sumber daya untuk kesinambungan dan kelangsungan desa siaga, serta Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) lainnya, dan mempunyai fungsi:

a. Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan desa siaga.

b. Menaungi dan membina kegiatan desa siaga.

c. Menggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan desa siaga.

d. Memberikan dukungan dalam pengelolaan desa siaga.

e. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan dan UKBM yang ada.


(50)

b. Kader

Menurut Pemerintah Dalam Negri No.7 tahun 2007 tentang kader pemberdayaan masyarakat adalah anggota masyarakat Desa/Kelurahan yang memiliki pengetahuan dan kemauan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan hasil pembangunan di desanya

c. Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat di bawah atap dalam keadaan saling ketergantungan yang berada di Desa, baik yang aktif berpartisipasi dan mau memanfaatkan fasilitas yang ada di Poskesdes maupun yang tidak mau berpartisipasi dan tidak mau memanfaatkan fasilitas yang ada di Poskesdes (Depkes, 2006).

d. Organisasi Kemasyarakatan

Organisassi yang ada di masyarakat seperti PKK (Pemberdayaan dan Kesehatan Keluarga), Karang Taruna, Pengajian, dan lain sebagainya merupakan wadah berkumpulnya para anggota dari masing-masing organisasi tersebut, sehingga upaya pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil guna apabila pemerintah/tenaga kesehatan memanfaatkan-nya dalam upaya pembangunan kesehatan.

e. Dana Masyarakat

Pada golongan masyarakat tertentu, penggalangan dana masyarakat merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya. Tetapi pada golongan masyarakat yang tidak mampu ekonominya, pra-sejahtera, penggalangan dana masyarakat


(51)

hendaknya dilakukan sekedar agar mereka merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab terhadap upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatannya. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan model tabungan-tabungan atau sistem asuransi yang bersifat subsidi silang. Potensi dana yang ada di masyarakat antara lain jimpitan, iuran dana sosial RT (dana sehat, tabungan ibu bersalin) koperasi, kelompok usaha (pembuatan telur asin, keripik singkong, minuman sehat, dll) (Elfindri, 2003).

f. Sarana dan Material yang Dimiliki Masyarakat

Identifikasi sarana dan material yang dimiliki oleh masyarakat seperti peralatan, batu kali, bambu, kayu dan lain sebagainya untuk pembangunan kesehatan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan ikut memiliki dari masyarakat (Seminar Nasional, 2008).

g. Teknologi yang Dimiliki Masyarakat

Masyarakat juga telah memiliki teknologi tersendiri dalam memecahkan masalah yang dialaminya, teknologi ini biasanya bersifat sederhana tapi tepat guna untuk pembangunan fasilitas kesehatan di wilayahnya misal penyaluran air menggunakan bambu dll. Untuk itu pemerintah sebaiknya memanfaatkan teknologi yang dimiliki masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya.

h. Pengetahuan Masyarakat

Menurut pendapat Cambers (1996) dalam Anisatullaila (2010) masyarakat

memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi pembangunan kesehatan


(52)

pengetahuan mengenai penerapan teknologi tepat guna. Pengetahun yang dimiliki oleh masyarakat tersebut akan meningkatkan keberhasilan uapaya pembangunan kesehatan yang dimiliki masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya.

2.4. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi yang berarti keturut-sertaan setiap orang di dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan, pengawasan dalam menguasai dan memelihara alam, bukan sekedar melaksanakan apa yang telah orang (kelompok) lain rencanakan dan putuskan (Sihombing, 1980).

Menurut WHO (1979), memberikan pengertian bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan masyarakat merupakan hak dan kewajiban anggota masyarakat baik sebagai individu maupun dalam kelompok, sebagaimana dinyatakan. Sedangkan Davis dan Newstorm (1993) dalam Tangkilisan (2005), memberikan pengertian partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam suatu kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan itu.

Sepanjang perjalananya, partisipasi masyarakat memiliki faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Seperti yang diungkapkan oleh Soetomo (2010) yang

mengutip pendapat Honaddle et al, menyebutkan faktor-faktor keberhasilan partisipasi masyarakat memiliki sejumlah kriteria agar suatu program dari luar


(53)

dapat melahirkan institusi yang dapat menjadi sarana tumbuhnya keberlanjutan adalah: (1) dapat menjadi saluran yang meningkatkan arus komunikasi dua arah (2) mereduksi faktor resiko sampai minimal (3) mengembangkan sumber daya lokal. (4) mendorong independensi keputusan ekonomi dan politik masyarakat lokal (5) mengkoordinasikan dan mendistribusikan keuntungan dan kemanfaatan berbagai bentuk bantuan dari luar.

Hasil Studi Kasus Henri Soekirdi, dkk (2009), Partisipasi Masyarakat Terhadap Praktek Kebidanan Komunitas dengan memanfaatkan Poskesdes, di Desa Timbulharjo Kecamatan Sewon Bantul, menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dilakukan sejak dari penyusunan rencana, pembekalan mahasiswa, pelaksanaan program, hingga evaluasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Abe (2005), bahwa partisipasi masyarakat dilakukan atas dasar kesadaran sendiri untuk membantu keberhasilan program pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat (Poskesdes), tidak mengharapkan besarnya sumbangan yang akan diterima dan partisipasi tersebut dilakukan sejak perencanaan, implementasi, pengendalian dan evaluasi program.

WHO dalam Deklarasi Alma Ata, memberi batasan mengenai pengertian partisipasi masyarakat pada program pembangunan kesehatan masyarakat sebagai proses individu dan keluarga merupakan bagian dari masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap pengembangan kapasitas masyarakat melalui kotribusinya (WHO, 1978).

Dari batasan tersebut, jelas bahwa yang dimaksud sebagai partisipasi masyarakat dalam program kesehatan adalah merupakan (1) suatu proses yang


(54)

dinamis yang anggota masyarakatnya baik secara individu maupun kelompok, (2) ikut aktif bertanggung jawab pada kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri dan masyarakat pada umumnya, dan (3) meningkatkan kemampuan mereka dalam memberikan kontribusi pada pembangunan kesehatan.

Beberapa pengertian tentang partisipasi masyarakat tersebut dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud partisipasi masyarakat dalam program kesehatan adalah: “Suatu proses keterlibatan yang bertanggung jawab dalam suatu kegiatan dari suatu individu yang merupakan suatu kegiatan (unit of action) pada

proses pengambilan keputusan, kontribusi dalam pelaksanaannya dan

pemanfaatan hasil kegiatan, sehingga terjadi peningkatan kemampuan

kelompok tersebut dalam mempertahankan perkembangan yang telah dicapai serta mengembangkan derajat kesehatan dan kesejahteraan secara mandiri”.

2.5. Landasan Teori

Pemanfaatan pelayanan Poskesdes terdapat beberapa teori yang mengungkap faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Poskesdes erat kaitannya dengan faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat. Pendekatan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori Anderson (1968).

Andersen (1968) dalam bukunya berjudul A behavioral Model of Families’

Use of Health Services’ mengemukakan :

“Developed a model of health care utilization (Figure 3) which looks at three categories of determinants: 1) predisposing characteristics. This category represents the proclivity to utilize health care services. According to Andersen, an individual is more or less likely to use health services based on


(55)

demographics, position within the social structure, and beliefs of health services benefits. An individual who believes health services are useful for treatment will likely utilize those services; 2) enabling characteristics. This category includes resources found within the family and the community. Family resources comprise economic status and the location of residence. Community resources incorporate access to health care facilities and the availability of persons for assistance; 3) need based characteristics. The third category includes the perception of need for health services, whether individual, social, or clinically evaluated perceptions of need.”

Menurut Anderson R (1968) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (2010) menggambarkan model sistem kesehatan (health system model) berupa model kepercayan kesehatan (health belief model). Dalam model Anderson ini terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu:

1. Komponen predisposisi, menggambarkan kecenderungan individu yang

berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan seseorang. Komponen terdiri dari:

a. Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar

keluarga dan lain-lain)

b. Faktor struktural sosial (suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan)

c. Faktor keyakinan/kepercayaan (pengetahuan, sikap dan persepsi)

2. Komponen enabling (pemungkin/pendorong), menunjukkan kemampuan

individual untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Di dalam komponen ini termasuk faktor-faktor yang berpengaruh dengan perilaku pencarian:

a. Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar pelayanan,

keikutsertaan dalam asuransi, dukungan suami, informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan).


(56)

b. Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan, lokasi/jarak transportasi dan sebagainya).

3. Komponen need (kebutuhan), merupakan faktor yang mendasari dan merupakan

stimulus langsung bagi individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan apabila faktor-faktor predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan pelayanan kesehatan dapat dikategorikan menjadi:

a. Kebutuhan yang dirasakan/persepsikan (seperti kondisi kesehatan, gejala

sakit, ketidakmampuan bekerja)

b. Evaluasi/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit

didasarkan oleh petugas kesehatan (tingkat beratnya penyakit dan gejala penyakit menurut diagnosis klinis dari dokter).

Model pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson (1968) digambarkan seperti di bawah ini:

Gambar 2.2. Landasan Teori

Sumber : Andersen’s Behavioral Model of Health Services Utilization (1968)

Predisposing Characteristics Enabling Characteristics Need Based Caracteristics Utilized Health Services • Demograp hics • Social structure • Health beliefs • Family resources • Community resources • Perceived needs • Clinically evaluated needs


(57)

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teoritis yang telah dipaparkan, maka didapat kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian Komponen

Predisposisi

• Umur

• Pendidikan

• Pengetahuan

• Sikap

Pemanfaatan Poskesdes Komponen

Pemungkin

• Pendapatan

• Dukungan

keluarga

• Jarak

Komponen Kebutuhan


(58)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross

sectional yang bertujuan untuk melihat determinan pendukung pemanfaatan

Poskesdes pada keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kutalimbaru yang merupakan kecamatan yang letaknya jauh dari perkotaan yang memungkinkan sedikitnya akses untuk mendapakan pelayanan kesehatan lain, sehingga kunjungan Poskesdes di Kecamatan Kutalimbaru tinggi.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Oktober tahun 2014.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang ada di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2014. Berdasarkan data survey awal


(59)

diketahui bahwa pada tahun 2013 jumlah keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang berjumlah 9.143 rumah tangga.

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi di atas, dengan besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis satu populasi dengan data kuntinyu (Hidayat, 2012):

Keterangan:

n = besar sampel minimum

Z1-α/2

Z

= nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu (1,96) 1-β

σ

= nilai distribusi normal baku (table Z) pada β tertentu (18,3) 2

µ

= harga varians di populasi

0- µa

Sehingga:

= perkiraan selisih nilai mean yang diteliti dengan mean di populasi

 sampel digenapkan menjadi 80 Responden.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Sampel merupakan keluarga (ibu) yang memanfaatkan poskesdes Kutalimbaru dalam enam bulan terakhir.


(60)

3.4.Metode Pengumpulan Data 3.4.1.Data Primer

Data primer diambil dengan cara wawancara kepada responden mengenai pemanfaatan Poskesdes. Data primer dikumpulkan langsung dengan cara wawancara dan observasi meliputi faktor-faktor yang mendukung pemanfaatan poskesdes oleh keluarga di Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 dengan menggunakan instrumen (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, Puskesmas Kutalimbaru, Poskesdes di wilayah kerja Puskesmas Kutalimbaru dan referensi buku-buku serta hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan dan Poskesdes.

3.4.3. Validitas dan Reliabilitas

Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang mewakili variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu penelitian. Pada penelitian uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 orang responden.

a. Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui tingkat kehandalan dan kesahihan suatu alat ukur dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel


(61)

tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Dengan kata lain bila rhitung lebih besar dari rtable(r hitung > rtabel) maka variabel valid sebaliknya bila rhitung

lebih kecil dari rtable(r hitung < rtabel

b. Uji Reliabilitas.

) artinya variabel tidak valid (Hastono, 2007)

Pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid secara bersama-sama diukur reliabilitasnya.

Untuk mengetahui reliabilitas caranya dengan membandingkan nilai rhitung dengan

nilai rtabel. Dalam uji reliablitas sebagai nilai rtabel adalah nilai ‘Cronbach’s Alpha’.

Ketentuannya adalah apabila nilai ‘Cronbach’s Alpha’ > rtabel

Berdasarkan tabel nilai r dengan taraf signifikan 5 % diperoleh nilai r tabel dengan menggunakan df = n-2, maka nilai r tabel adalah 0,361. Di bawah ini merupakan tabel hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan kepada 30 responden di Desa Suka Rende Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

maka pertanyaan tersebut reliable (Hastono, 2010).


(62)

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Faktor Predisposisi (Pengetahuan, Sikap), Faktor Pemungkin (Dukungan Keluarga, Jarak),

Faktor Kebutuhan dan Pemanfaatan Poskesdes

No Variabel rtabel rhitung ralpha Keterangan

1 Pengetahuan

Pengetahuan1 0,361 0,496 0,895 Valid dan reliabel

Pengetahuan2 0,361 0,601 0,892 Valid dan reliabel

Pengetahuan3 0,361 0,590 0,893 Valid dan reliabel

Pengetahuan4 0,361 0,555 0,893 Valid dan reliabel

Pengetahuan5 0,361 0,726 0,888 Valid dan reliabel

Pengetahuan6 0,361 0,611 0,892 Valid dan reliabel

Pengetahuan7 0,361 0,548 0,893 Valid dan reliabel

Pengetahuan8 0,361 0,482 0,895 Valid dan reliabel

Pengetahuan9 0,361 0,515 0,894 Valid dan reliabel

Pengetahuan10 0,361 0,416 0,897 Valid dan reliabel

Pengetahuan11 0,361 0,377 0,898 Valid dan reliabel

Pengetahuan2 0,361 0,449 0,896 Valid dan reliabel

Pengetahuan13 0,361 0,610 0,892 Valid dan reliabel

Pengetahuan14 0,361 0,654 0,890 Valid dan reliabel

Pengetahuan15 0,361 0,594 0,892 Valid dan reliabel

Pengetahuan16 0,361 0,532 0,894 Valid dan reliabel

Pengetahuan17 0,361 0,374 0,898 Valid dan reliabel

Pengetahuan18 0,361 0,544 0,894 Valid dan reliabel

Pengetahuan19 0,361 0,445 0,897 Valid dan reliabel

Pengetahuan20 0,361 0,415 0,897 Valid dan reliabel

2 Sikap

Sikap1 0,361 0,604 0,942 Valid dan reliabel

Sikap2 0,361 0,759 0,936 Valid dan reliabel

Sikap3 0,361 0,617 0,941 Valid dan reliabel

Sikap4 0,361 0,836 0,933 Valid dan reliabel

Sikap5 0,361 0,746 0,937 Valid dan reliabel

Sikap6 0,361 0,665 0,940 Valid dan reliabel

Sikap7 0,361 0,764 0,936 Valid dan reliabel

Sikap8 0,361 0,826 0,934 Valid dan reliabel

Sikap9 0,361 0,800 0,934 Valid dan reliabel

Sikap10 0,361 0,800 0,934 Valid dan reliabel


(63)

Tabel 3.1. (Lanjutan)

No Variabel rtabel rhitung ralpha Keterangan

3 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga1 0,361 0,709 0,792 Valid dan reliabel

Dukungan keluarga2 0,361 0,709 0,792 Valid dan reliabel

Dukungan keluarga3 0,361 0,437 0,843 Valid dan reliabel

Dukungan keluarga4 0,361 0,495 0,835 Valid dan reliabel

Dukungan keluarga5 0,361 0,717 0,790 Valid dan reliabel

Dukungan keluarga6 0,361 0,635 0,808 Valid dan reliabel

4 Jarak

Jarak1 0,361 0,732 0,785 Valid dan reliabel

Jarak2 0,361 0,713 0,794 Valid dan reliabel

Jarak3 0,361 0,814 0,747 Valid dan reliabel

Jarak4 0,361 0,494 0,881 Valid dan reliabel

5 Kebutuhan

Kebutuhan1 0,361 0,442 0,782 Valid dan reliabel

Kebutuhan2 0,361 0,633 0,751 Valid dan reliabel

Kebutuhan3 0,361 0,455 0,780 Valid dan reliabel

Kebutuhan4 0,361 0,434 0,782 Valid dan reliabel

Kebutuhan5 0,361 0,660 0,753 Valid dan reliabel

Kebutuhan6 0,361 0,477 0,777 Valid dan reliabel

Kebutuhan7 0,361 0,433 0,783 Valid dan reliabel

Kebutuhan8 0,361 0,584 0,759 Valid dan reliabel

6 Pemanfaatan

Pemanfaatan1 0,361 0,401 0,944 Valid dan reliabel

Pemanfaatan2 0,361 0,442 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan3 0,361 0,401 0,944 Valid dan reliabel

Pemanfaatan4 0,361 0,711 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan5 0,361 0,497 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan6 0,361 0,442 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan7 0,361 0,684 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan8 0,361 0,442 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan9 0,361 0,442 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan10 0,361 0,711 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan11 0,361 0,684 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan12 0,361 0,684 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan13 0,361 0,711 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan14 0,361 0,711 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan15 0,361 0,711 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan16 0,361 0,711 0,941 Valid dan reliabel


(64)

Tabel 3.1. (Lanjutan)

No Variabel rtabel rhitung ralpha Keterangan

Pemanfaatan18 0,361 0,684 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan19 0,361 0,684 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan20 0,361 0,383 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan21 0,361 0,711 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan22 0,361 0,490 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan23 0,361 0,490 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan24 0,361 0,431 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan25 0,361 0,431 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan26 0,361 0,431 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan27 0,361 0,711 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan28 0,361 0,442 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan29 0,361 0,401 0,944 Valid dan reliabel

Pemanfaatan30 0,361 0,711 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan31 0,361 0,490 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan32 0,361 0,711 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan33 0,361 0,711 0,941 Valid dan reliabel

Pemanfaatan34 0,361 0,497 0,943 Valid dan reliabel

Pemanfaatan35 0,361 0,401 0,944 Valid dan reliabel

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Bebas

Adapun definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor predisposisi adalah karakteristik yang digunakan untuk menggambarkan

fakta bahwa tiap individu punya kecenderungn untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda, yang meliputi:

a) Umur adalah usia responden saat penelitian dilakukan.

b) Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh


(65)

c) Pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah responden melakukan penginderaan terhadap suatu objek (dalam hal ini Poskesdes). Pengetahuan responden meliputi pelayanan kesehatan dasar (KIA, KB, gizi, imunisasi, pengobatan), waktu kunjungan, fasilitas, manfaat, dan dana iuran Poskesdes.

d) Sikap adalah reaksi atau respon masyarakat terhadap Poskesdes. Sikap

meliputi penerimaan responden, dan sikap petugas,

2. Faktor pendukung yaitu menunjukkan kemampuan untuk menggunakan

pelayanan kesehatan, meliputi:

a) Pendapatan adalah penghasilan yang didapat keluarga selama sebulan yang

sesuai dengan Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho No.188.44/711/KPTS/2012 tertanggal 29 November, ditetapkan UMP Smatera Utara tahun 2013 sebesar Rp 1.375.000.

b) Dukungan keluarga adalah dorongan yang didapat responden untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang didapat dari keluarga (orang tua, mertua, Suami/istri).

c) Jarak adalah jauhnya (Km) tempat tinggal responden dari Poskesdes.

3. Faktor kebutuhan yaitu hal yang mendasari seseorang untuk menggunakan

pelayanan kesehatan setelah responden merasakan suatu tanda atau gejala penyakit.

3.5.2. Variabel Terikat

Pemanfaatan Poskesdes adalah tindakan atau aktivitas yang dilakukan responden dalam memanfaatkan Poskesdes yang ada disekitar tempat tinggal


(1)

(Sikap, Jarak, Kebutuhan dengan Pemanfaatan) Correlations

total sikap total jarak total kebutuhan

total sikap

Pearson Correlation 1 .035 .132

Sig. (2-tailed) .758 .244

N 80 80 80

total jarak

Pearson Correlation .035 1 -.114

Sig. (2-tailed) .758 .315

N 80 80 80

total kebutuhan

Pearson Correlation .132 -.114 1

Sig. (2-tailed) .244 .315

N 80 80 80

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 total jarak, total sikapb . Enter

a. Dependent Variable: total kebutuhan b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .177a .031 .006 1.172


(2)

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression 3.424 2 1.712 1.246 .293b

Residual 105.776 77 1.374

Total 109.200 79

a. Dependent Variable: total kebutuhan

b. Predictors: (Constant), total jarak, total sikap Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 12.326 1.195 10.316 .000

total sikap .052 .043 .136 1.210 .230

total jarak -.115 .109 -.119 -1.056 .294

a. Dependent Variable: total kebutuhan

Correlations total sikap total jarak total kebutuhan Total pemanfaatan total sikap Pearson

Correlation 1 .035 .132 .492

**

Sig. (2-tailed) .758 .244 .000

N 80 80 80 80

total jarak

Pearson

Correlation .035 1 -.114 .201

Sig. (2-tailed) .758 .315 .074

N 80 80 80 80

total kebutuhan

Pearson

Correlation .132 -.114 1 -.015

Sig. (2-tailed) .244 .315 .893

N 80 80 80 80

Total pemanfaatan

Pearson

Correlation .492

**

.201 -.015 1

Sig. (2-tailed) .000 .074 .893

N 80 80 80 80


(3)

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 total kebutuhan, total

jarak, total sikapb . Enter

a. Dependent Variable: Total pemanfaatan b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .528a .279 .251 2.915

a. Predictors: (Constant), total kebutuhan, total jarak, total sikap

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression 250.211 3 83.404 9.812 .000b

Residual 645.989 76 8.500

Total 896.200 79

a. Dependent Variable: Total pemanfaatan

b. Predictors: (Constant), total kebutuhan, total jarak, total sikap Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 39.574 4.587 8.627 .000

total sikap .547 .109 .494 5.018 .000

total jarak .491 .273 .177 1.799 .076

total

kebutuhan -.173 .283 -.060 -.609 .544


(4)

(5)

(6)