BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan di desa Sibolangit dan desa Tongging adalah untuk menjelaskan kondisi eksisting pengelolaan Ikan Keramba Jaring Apung dan
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada pemasaran ikan hasil budidaya Keramba Jaring Apung KJA serta menentukan srategi
pemasaran ikan hasil budidaya Keramba Jaring Apung KJA.
5.1. Kondisi Eksisting Internal dan Eksternal Pengelolaan Ikan Keramba Jaring Apung di Desa Sibolangit dan Desa Tongging.
5.1.1. Kondisi Eksisting Internal
Pembudidayaan ikan Nila dengan Keramba Jaring Apung KJA merupakan tempat budidaya ikan nila yang paling disukai petani. KJA digunakan
sebagai wadah untuk membiakkan ikan nila yang dibuat di areal danau Toba. Petakan untuk lahan pemeliharaan ikan nila dibangun dengan menggunakan tong
yang diikatkan pada rangka besi. Dengan dasar yang digunakan untuk pijakan atau jalan adalah papan. Jaring akan diikatkan pada bagian besi dan beberapa
jangkar dipasang untuk menahan petakan keramba yang dibuat agar keramba tidak terbawa arus danau. Penyediaan bahan-bahan untuk membuat keramba
secara keseluruhan mudah didapat. Petani biasa membeli bahan-bahan ini dari daerah Kabanjahe maupun langsung dari Medan. Didesa ini penyediaan sarana
produksi ikan seperti jaring, tong, besi, papan dan jangkar disediakan sendiri dengan modal sendiri hal ini berbeda jika dibandingkan dengan desa Sibolangit.
Universitas Sumatera Utara
Petani ikan nila dengan KJA di Desa Tongging menggunakan modalnya sendiri dalam pembudidayaan dan pemeliharaan ikan nila. Yang mana mereka
memulai usaha KJA tersebut dari 1-6 petakan dan lama kelamaan menjadi semakin bertambah disesuaikan dari hasil produksi dan penjualan ikan nila
tersebut. Dengan memiliki modal sendiri, ini menjadikan petani lebih tenang dalam membudidayakan usaha KJA nya karena mereka tidak harus memikirkan
cicilan ke BANK atau sumber modal pinjaman lainnya. Namun faktor modal tersebut menjadikan petani KJA membuat luas
kerambanya menjadi berbeda-beda, Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan dalam luas tumbuh ikan nila. Dengan luas keramba yang berbeda petani di daerah
ini tidak membedakan perlakuan terhadap ikan dan besarnya pemberian pakan pada keramba yang berbeda ini yang mana ini menjadi suatu kelemahan bagi
petani KJA di daerah penelitian. Bibit ikan nila diperoleh dari pembibitan ikan di Kerasaan, Simalungun.
Pembelian ikan dilakukan langsung oleh petani. Ikan yang dimasukkan ke keramba bervariasi ukurannya, berdasarkan keinginan si petani. Ada yang
berukuran 3-4 inci dengan kisaran harga Rp. 350 Rp. 450, untuk ukuran ini ikan dapat dipanen setelah berumur 5-6 bulan, dan ukuran 4-5 inci dengan kisaran
harga Rp. 450 Rp. 500, membutuhkan waktu cukup singkat yakni sekitar 4-5 bulan.
Petani membudidayakan ikan nila didalam keramba jaring apungnya masing-masing menggunakan jenis pakan yang berbeda-beda. Adapun jenis pakan
yang digunakan yakni pakan terapung dan tenggelam dengan variasi harga yang
Universitas Sumatera Utara
tentunya berbeda pula. Untuk pakan tenggelam kisaran harga Rp. 5.500kg Rp. 7.000kg, dan untuk pakan terapung harganya mulai dari Rp. 7000kg
Rp.7.500kg, namun kebayakan petani menggunakan jenis pakan tenggelam ini disebabkan oleh faktor harga pakan tenggelam yang lebih murah harganya. Jenis
pakan tenggelam dengan berbagai ukuran seperti L3 3 milimeter dan L2 2 milimeter ini menjadikan beberapa petani mendapatkan hasil ikan yang cepat
besar dan bobot ikan lebih padat. Pakan-pakan tersebut dipereroleh dari Medan, Kabanjahe dan Haranggaol. Beberapa petani ada yang sudah memiliki ijin
penjualan pakan, sehingga pakan ikan yang digunakan didatangkan langsung dari pabrik.
Tidak adanya ketetapan khusus mengenai besarnya jumlah pakan yang akan diberikan pada ikan nila menyebabkan petani tidak mampu membuat takaran
pasti dalam penaburan pakan ikan. Hal ini menjadikan petani membuat satuan tersendiri untuk memberi pakan ikan.
Secara umum ikan nila memiliki sifat yang tahan terhadap penyakit dan untuk daerah ini jarang sekali ditemukan penyakit pada ikan. Adapun Penyakit
yang sering diderita hanya satu yaitu penyakit mata keluar, dengan ciri mata ikan nila menonjol seperti melotot, hal ini disebabkan oleh faktor bakteri yang ada
diair dan seringkali ditemukan ikan tiba-tiba mati. Sedangkan ketahanan tubuh, ikan nila memiliki sifat cepat lemas sehingga disarankan ketika saat memanen
ikan diangkat secara perlahan agar tidak membuat stres pada ikan. Untuk masa pemanenan, petani KJA di Desa Tongging memanen ikan
nilanya tidak secara serentak. Waktu panen dilakukan pada saat ikan sudah berumur 3-4 bulan dan ada juga yang berumur 4-5 bulan,. Hal ini sangat
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh pada harga jual tolak ikan ke agen, sehingga agen tidak lagi terlalu menekan harga beli agen kepada petani karena produksi ikan dan permintaan
konsumen menjadi berimbang serta kebutuhan ikan untuk konsumen mencukupi setiap harinya. namun dibeberapa kondisi di tiap musim panennya harga tidak
selalu sama, ada juga harga jualnya yang bersaing, yakni mulai dari harga Rp. 16.500kg sampai Rp. 18.000kg.
Kurangnya pendidikan dan pelatihan dalam pembudidayaan dan pemasaran ikan hasil KJA. Hal ini menyebabkan rendahnya pemahaman dalam
mengelola usaha ikan di KJA. Pemasaran ikan nila yang berasal dari desa Tongging biasanya dijemput
oleh agen. Agen ini membeli ikan nila langsung pada petani. Harga ikan nila yang ditentukan oleh agen sangat bersaing. Dimana harga ikan berdasarkan pada harga
ikan yang ada dipasaran. Pembayaran hasil penjualan ikan nila dilakukan secara tunai, namun ada juga yang membuat penjualan ikan sebagai alat untuk membayar
pakan yang selama ini dipakai oleh petani. Dimana pakan yang digunakan oleh petani sebelumnya dibayar dengan harga ikan yang dijual.
5.1.2. Kondisi Eksisting Eksternal