Hasil penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan hasil temuan Depkes 2004 yang mendapatkan hanya 25 bidan melakukan Asuhan
Persalinan Normal dengan baiktepat. Menurut Depkes 2004, pelaksanaan APN merupakan cara untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang meliputi membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan
dokumentasi, dan rujukan. Fokus utama pelaksanaan asuhan persalinan normal adalah mencegah terjadinya komplikasi yang merupakan suatu
pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi, menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Dari hasil penelitian ini yang masih ditemukan bidan dengan pelaksanaan dalam kategori kurang sebanyak 5. Walaupun angka tersebut
kecil namun dapat mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu. Selain itu, dengan rendahnya kinerja bidan dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat, berdampak pada masih tingginya angka kelahiran yang masih dibantu dukun. Alasannya, karena
dukun mudah dijangkau, merasa lebih nyaman dibantu, serta biaya persalinan oleh lebih murah dibandingkan dengan biaya persalinan oleh
bidan yang dianggap tinggi.
5.2.2. Pelaksanaan APN Berdasarkan Pendidikan
Dari hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 5.5. bahwa bidan yang berpendidikan D-I Kebidanan sebagian besar dalam kategori cukup 40,0,
Universitas Sumatera Utara
bidan yang berpendidikan D-III Kebidanan sebagian besar dalam kategori baik 30,0, dan bidan yang berpendidikan D-IV Kebidanan seluruhnya dalam
kategori baik 5,0. Menurut Hurlock 1999, tingkat pendidikan yang menjadi dasar
keberhasilan dalam bisnis atau bidang profesi yang akan membuka jalan bagi individu yang bersangkutan untuk menjalin hubungan dengan orang-orang
yang statusnya lebih tinggi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh akan semakin baik, dan
cenderung lebih banyak informasi daripada yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
Berdasarkan penelitian ini terlihat bahwa pada program D-III Kebidanan telah mempunyai kualifikasi dan keterampilan yang lebih jika
dibandingkan dengan bidan yang berpendidikan D-I Kebidanan. Dimana pada Program D-III kebidanan telah diperkenalkan APN yang lebih mutakhir. Bidan
yang berpendidikan D-I Kebidanan berpengetahuan cukup, disebabkan karena langkah-langkah yang dilakukan tidak berurutan. Pada bidan yang
berpendidikan D-IV sebanyak 2 orang, keduanya dalam kategori baik dalam pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal.
5.2.3. Pelaksanaan APN Berdasarkan Pengalaman Bekerja
Dari hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 5.6. menunjukkan bahwa bidan yang bekerja 5 tahun dalam kategori cukup 2,5, bidan yang bekerja
5-10 tahun dalam kategori baik dan cukup masing-masing 10,0, bidan yang
Universitas Sumatera Utara
bekerja 11-15 tahun sebagian besar dalam kategori baik 15,0, dan bidan yang bekerja 15 tahun sebagian besar dalam kategori cukup 32,5.
Menurut Notoatmodjo 2003 pengetahuan diturunkan atau diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman dari orang lain, pengalaman bekerja
seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan memiliki kaitan terhadap hasil kerja yang dilakukan, semakin lama seseorang melakukan bidang kerja tertentu
maka diharapkan bahwa hasil kerjanya semakin baik. Demikian juga menurut
Hurlock 1999, semakin lama seseorang menekuni suatu pekerjaan maka
motivasi kerja akan semakin baik, orang yang sudah lama menekuni pekerjaan akan mengetahui kelemahan dan teknik dalam melakukan suatu pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Notoatmodjo tersebut di atas, karena dalam penelitian ini penulis mendapati responden yang
bekerja 15 tahun sebagian besar kategori cukup, diduga hal ini disebabkan bidan belum dapat menerapkan ilmu baru asuhan persalinan normal, terkait
dengan banyaknya langkah-langkah 60 langkah yang harus dilakukan. Selain itu juga berkaitan dengan peralatan APN yang tergolong mahal.
5.2.4. Pelaksanaan APN Berdasarkan Pengetahuan