Hubungan Angka Kerapatan Panen dan Sistem Rotasi Panen dengan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera Utara

1

HUBUNGAN ANGKA KERAPATAN PANEN DAN SISTEM
ROTASI PANEN DENGAN PRODUKTIVITAS KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN TANJUNG JATI
PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II, SUMATERA UTARA

MUHAMMAD IRFAN MIRAZA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTRA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

1

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Angka
Kerapatan Panen dan Sistem Rotasi Panen Dengan Produktivitas Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera Utara adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

M Irfan Miraza
NIM A24100072

2

ABSTRAK
MUHAMMAD IRFAN MIRAZA. Hubungan Angka Kerapatan Panen dan Sistem
Rotasi Panen Dengan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di

Kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera Utara. Dibimbing oleh MEMEN
SURAHMAN.
Kegiatan magang memberikan ilmu, keterampilan, dan pengalaman
tambahan dalam aspek teknis budidaya kelapa sawit maupun manajerial dalam
mengkoordinasikan karyawan. Kegiatan berlangsung dari bulan Februari hingga
Juni 2014 di kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera Utara. Data hasil pengamatan
diuji menggunakan metode kuantitatif yang terdiri atas penjumlahan, rata-rata,
dan persentase dan sedangkan uji statistik menggunakan t-student. Rotasi panen,
angka kerapatan panen, manajemen tenaga panen, dan produktivitas panen
merupakan aspek penting dalam kegiatan panen. Dari hasil analisis yang
dilakukan, nilai AKP estimasi dengan realisasi tidak berbeda nyata. Tenaga panen
menjadi sangat menentukan bagi produksi kelapa sawit. Tingkat kedisiplinan
tenaga panen yang masih tergolong rendah sebagaimana terlihat pada mutu hanca
menjadi salah satu masalah yang harus diperhatikan untuk lebih meningkatkan
kualitas produksi perusahaan. Produktivitas kelapa sawit di kebun Tanjung Jati
PTPN II belum sesuai dengan standar Marihat.
Kata kunci : Kebun Tanjung Jati, Kelapa Sawit, Angka Kerapatan Panen, Sistem
Rotasi Panen
ABSTRACT
MUHAMMAD IRFAN MIRAZA. Relation of Number of Harvesting

Density and Harvesting Rotation With Productivity of Palm Oil (Elaeis guineensis
Jacq.) in Tanjung Jati Plantation PTPN II, North Sumatera. Supervised by
MEMEN SURAHMAN.
Internship provides knowledges, skills, and additional experiences in the
technical aspects of palm oil cultivation as well as managerial in coordinating
employees. Activity took place from February to June 2014 in the PTPN II
Tanjung Jati plantation, North Sumatra. Observations were tested used
quantitative method which consists of the sum, average, and percentage, while the
statistical test was using t-student. Harvesting rotation, number of harvesting
density, management of harvesting workers, and crop productivity were important
aspects of harvesting activities. Based on analysis conducted, the value of
estimated AKP with realization was not significantly different. Harvesting
workers became very crucial for the production of palm oil. The harvesting
workers level of discipline which was still relatively low, as seen in the quality of
hanca became one of the issues that must be considered to further improve the
quality of the production of the company. Productivity of palm oil in PTPN II
Tanjung Jati plantation was not yet in accordance with the Marihat standards.
Key words: Palm Oil, Tanjung Jati Plantation, Number of Harvesting Density,
Harvesting Rotation


3

HUBUNGAN ANGKA KERAPATAN PANEN DAN SISTEM
ROTASI PANEN DENGAN PRODUKTIVITAS KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN TANJUNG JATI
PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II, SUMATERA UTARA

MUHAMMAD IRFAN MIRAZA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


4

5

Judul Skripsi : Hubungan Angka Kerapatan Panen dan Sistem Rotasi Panen
dengan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera Utara
Nama
: Muhammad Irfan Miraza
NIM
: A24100072

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Memen Surahman, MSc. Agr
Pembimbing I

Diketahui oleh


Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

6

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi merupakan syarat kelulusan sarjana di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Skripsi merupakan hasil
dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang dilaksanakan selama empat
bulan di perkebunan kelapa sawit Kebun Tanjung Jati, PT Perkebunan Nusantara
II, Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang
tua dan seluruh keluarga besar atas doa dan dukungan yang diberikan kepada
penulis, Prof Dr Ir Memen Surahman, MSc.Agr selaku pembimbing skripsi yang
telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahannya selama pelaksanaan
magang dan penyusunan skripsi Dr Ir Suwarto selaku pembimbing akademik yang

telah membimbing penulis selama menjalankan studi. Drs Teruna Sinulingga,
MM selaku Manajer Kebun, dan keluarga besar PT Perkebunan Nusantara II,
Kebun Tanjung Jati, Sumatera Utara, terutama Bapak Herlanto selaku Asisten
Afdeling II dan Bapak Ir Sari Amin Tanjung selaku Asisten Kepala yang telah
memberi bimbingan dan masukan kepada penulis. Teman-teman magang
seperjuangan serta mahasiswa Agronomi dan Hortikultura angkatan 47 beserta
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun ke
arah yang lebih baik.

Bogor, September 2014
M Irfan Miraza

1

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar Belakang ....................................................................................................1
Tujuan
2
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................3
Botani Kelapa Sawit ............................................................................................3
Produksi dan Panen .............................................................................................4
METODE MAGANG ..............................................................................................6
Tempat dan Waktu ..............................................................................................6
Metode Pelaksanaan ............................................................................................6
Pengamatan dan Pengumpulan Data ...................................................................6
KEADAAN UMUM ................................................................................................8
Letak Geografis Kebun .......................................................................................8
Keadaan Iklim dan Tanah..................................................................................*8
Areal Konsesi dan Keadaan Tanaman .................................................................9
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ...........................................................9
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .........................................................11
Aspek Teknis .....................................................................................................11
Pemeliharaan Jalan Transportasi .......................................................................11
Pengendalian Gulma

11
Penanaman dan Pemeliharaan LCC ..................................................................13
Pemupukan ........................................................................................................14
Penunasan
16
Pemanenan
17
Aspek Manajerial
25
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................27
Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit
27
Rotasi Panen ......................................................................................................27
Angka Kerapatan Panen ....................................................................................28
Tenaga Panen ....................................................................................................29
Produktivitas Kelapa Sawit ...............................................................................30
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................32
Kesimpulan ........................................................................................................32
Saran ..................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................33

LAMPIRAN………………………………………………………………….
35

2

DAFTAR TABEL
1Norma ketenagakerjaan Kebun Tanjung Jati, PTPN II .............................. 11
2 Produksi tandan buah segar periode Januari-Mei 2014 ............................ 17
3 Kriteria mutu tandan buah segar di Kebun Tanjung Jati, PTPN II ........... 17
4 Luas kapveld Afdeling II Kebun Tanjung Jati .......................................... 19
5 Basis borong semester I setiap tahun tanam ............................................. 22
6 Nilai premi bantuan pengganti alat panen ................................................. 22
7 Premi pengawas/petugas panen................................................................. 22
8 Besar nilai denda di lapangan ................................................................... 23
9 Besar nilai denda di TPH .......................................................................... 23
10 Rotasi panen Kebun Tanjung Jati, PTPN II ............................................ 25
11 Angka kerapatan panen per tahun tanam ................................................ 26
12 Luas areal dan jumlah pemanen di Afdeling II ....................................... 27
13 Produktivitas kelapa sawit tiga tahun terakhir ........................................ 28
14 Hasil uji t produktivitas antar kapveld .................................................... 28

DAFTAR GAMBAR
1 Pemeliharaan jalan (a) Road Grader (b) Road Roller
2 Pengendalian gulma manual
3 Pengendalian gulma secara kimia
4 Pembibitan Mucuna bracteata di lapang
5 Gudang pupuk
6 Muat pupuk dari gudang ke truk penempatan pupuk di truk
7 Supply Point
8 Pengambilan pupuk di supply point
9 Kegiatan penunasan kelapa sawit
10 Kegiatan panen kelapa sawit

12
13
14
15
15
16
17
17
18
23

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di PTPN II Tanjung Jati,
Sumatera Utara ........................................................................................ 33
2 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di PTPN II Kebun Tanjung
Jati, Sumatera Utara ................................................................................ 34
3 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di PTPN II Kebun Tanjung
Jati, Sumatera Utara ................................................................................ 35
4 Daftar Basis Borong Kebun Tanjung Jati ................................................. 40
5 Peta Kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera Utara .................................. 41
6 Data curah hujan 2009-2013 Kebun Tanjung Jati..................................... 39
7 Pembagian luas areal kelapa sawit Kebun Tanjung Jati ........................... 40
8 Produksi lima tahun terakhir Kebun Tanjung Jati..................................... 41
9 Struktur Organisasi Kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera Utara.......... 42

3

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
menghasilkan minyak dan sebagai komoditas ekspor non migas yang dapat
membantu perekonomian Indonesia. Tanaman kelapa sawit menghasilkan tiga
produk komersial yaitu minyak sawit (CPO : crude palm oil), inti sawit (PKO :
palm kernel oil), dan ampas inti sawit (Naibaho 1990).
Peranan kelapa sawit dalam pembangunan nasional merupakan komoditas
ekspor dan menjadi sumber devisa bagi negara. Industri Pengolahan Kelapa Sawit
masih memiliki prospek sangat bagus untuk memenuhi kebutuhan pasar baik
dalam maupun luar negeri. Kebutuhan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit
meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan CPO dunia. Minyak yang
berasal dari kelapa sawit ada dua macam yaitu CPO atau minyak kasar yang
berasal dari daging buah yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan serta
PKO (Palm Kernel Oil) atau minyak inti sawit yang berasal dari inti sawit (Lubis
1992).
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua terbesar di dunia
setelah Malaysia. Peningkatkan produksi kelapa sawit dapat dilakukan melalui
kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada, dan
intensifikasi. Khusus untuk perkebunan sawit rakyat. Permasalahan umum yang
dihadapi antara lain rendahnya produktivitas dan mutu produksinya.
Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16 ton tandan buah segar (TBS) per ha,
sementara potensi produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai
30 ton TBS/ha. Produktivitas CPO perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata
2.5 ton CPO per ha dan 0.33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha, sementara di
perkebunan negara rata-rata menghasilkan 4.82 ton CPO per hektar dan 0.91 ton
PKO per hektar, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3.48 ton CPO
per hektar dan 0.57 ton PKO per hektar. Tujuan dari penanaman kelapa sawit
yaitu menghasilkan produksi yang optimal. Produksi optimal didapatkan dengan
memahami faktor-faktor dan karakteristik yang mempengaruhi produksi dan
diusahakan berada pada level yang optimum (Pahan 2008).
Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya (seperti kacang kedelai, kacang tanah, dan lainlain), sehingga biaya produksi menjadi lebih rendah. Masa produksi kelapa sawit
yang cukup panjang (22 tahun) juga turut mempengaruhi ringannya biaya
produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha kelapa sawit. Kelapa sawit juga
merupakan tanaman yang paling tahan terhadap hama dan penyakit dibandingkan
tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Konsumsi per kapita minyak nabati
dunia mencapai angka rata-rata 25 kg/tahun setiap orangnya. Kebutuhan ini akan
terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya
konsumsi per kapita.
Volume ekspor minyak kelapa sawit menunjukan data yang terus
meningkat setiap tahunnya. Ekspor minyak sawit pada tahun 2010 mencapai 20
615 958 ton dengan nilai US$12 626 595 dan pada tahun 2013 mengalami

4

peningkatan yang signifikan dengan volume ekspor 21 200 000 ton dengan nilai
US$19 110 000 ( Ditjenbun 2011 ).
Teknik budidaya yang diterapkan di kebun terdiri atas kegiatan pembukaan
lahan hingga penanganan pasca panen. Salah satu teknik budidaya utama dalam
pengusahaan kelapa sawit adalah pemanenan. Panen adalah serangkaian kegiatan
mulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen,
mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan di tempat
pengumpulan hasil (THP) berikut brondolannya (SPO 2007). Menurut Lubis
(1992), pengolahan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi di pohon yang
tinggi tidak ada artinya jika panen tidak dilaksanakan secara optimal. Oleh karena
itu, apabila ada buah matang yang tidak terpanen, mutu buah yang tidak sesuai
dengan kriteria matang panen, dan buah yang dipanen tidak dapat segera dikirim
ke pabrik harus segera dicari solusinya.
Kegiatan pemanenan memiliki tujuan untuk mendapatkan hasil panen
dengan mutu yang baik. Tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pemanenan antara lain (a) pelaksanaan ketentuan panen seperti sistem panen,
rotasi panen, kriteria matang, panen dan persentase brondolan, (b) pelaksanaan
angkutan panen segera mungkin ke pabrik, dan (c) pelaksanaan pengolahan
secepat mungkin (Astra Agro Niaga 1996).
Tujuan Magang
Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa
dalam melaksanakan proses kerja secara nyata, meningkatkan pengetahuan
mahasiswa mengenai budidaya kelapa sawit, serta mempelajari manajemen kebun
kelapa sawit. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah mengetahui dan
mempelajari teknis pemanenan kelapa sawit serta berlatih mengatasi masalah
yang berkaitan dengan pemanenan tersebut dan mempelajari hubungan angka
kerapatan panen dan sistem rotasi panen dengan produktivitas kelapa sawit.

5

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah jenis tanaman yang
dibudidayakan di daerah tropis. Lubis (1992), kelapa sawit memiliki taksonomi
sebagai berikut,
Famil : Palmae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit pertama kali diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat.
Ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari Amerika,
tepatnya Brazil. Kenyataannya kelapa sawit justru berkembang pesat di Asia
Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, bukan di Afrika Barat atau
Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Bibit kelapa sawit yang masuk ke
Indonesia pada tahun 1848 hanya berjumlah empat pokok dan berasal dari
Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam. Keempat pokok bibit kelapa sawit tersebut
kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli
Sumatera Utara (Risza 1994).
Tanaman kelapa sawit bersifat monoecious atau berumah satu. Bunga jantan
dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman, namun tandan bunga jantan
terpisah dengan tandan bunga betina dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang, betina terlihat lebih besar apalagi saat sedang mekar.
Penyerbukan buatan pada tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan
menyemprotkan/menaburkan serbuk sari yang diambil secara sengaja dari bunga
jantan pada bunga betina yang sedang mekar atau fertil (Sianturi 1993).
Buah kelapa sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu hingga
merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang
muncul dari tiap pelepah. Buah inilah yang kemudian akan menghasilkan minyak.
Kandungan minyak dalam buah bertambah sesuai dengan kematangan buah. Buah
kemudian akan rontok dengan sendirinya setelah melewati fase matang karena
peningkatan kandungan asam lemak bebas (free fatty acid) (Fauzi et al. 2002).
Buah kelapa sawit terdiri atas tiga lapisan: eksokarp (bagian kulit buah
berwarna kemerahan dan licin), mesokarp (serabut/daging buah) dan endokarp
(cangkang pelindung inti). Endokarp adalah bagian inti/kernel kelapa sawit. Inti
sawit sendiri (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan
embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi (Soehardiyono 1998).
Kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan ketebalan
cangkang dan daging buahnya, yaitu : (1) Dura yang memiliki daging buah tipis
dengan rendemen minyak 16% dan cangkang yang tebal (2) Tenera memiliki
daging buah yang tebal dengan rendemen 23% dan cangkang tipis (3) Pisifera
memiliki daging buah yang tebal, bijinya kecil dengan rendemen yang tinggi
(>23%) dan cangkang yang sangat tipis.

6

Produksi dan Panen
Pada penanaman kelapa sawit produksi yang optimum merupakan tujuan
utama. Dalam membahas potensi produksi tanaman harus dapat memenuhi
asumsi-asumsi agronomi dan fisiologi, oleh sebab itu tanaman mampu beradaptasi
dengan lingkungan sebagai tempat tumbuh serta mendapatkan cukup pasokan hara
dan air tanpa gangguan dari hama dan penyakit.
Praktik manajemen produksi terbaik dapat dilakukan dengan beberapa hal
sebagai prioritas, yaitu : (1) Memanen seluruh buah masak dengan rotasi panen
setiap minggu, (2) Menjaga pertumbuhan tanaman dan produksi tandan buah
segar secara optimal melalui pengelolaan tajuk secara kuantitatif, (3) Menjaga
kebutuhan air dan hara pada seluruh tanaman kelapa sawit, (4) Memberikan
pupuk secara efektif (tepat dosis dan tepat tempat) dan efisien (tepat waktu) pada
piringan yang bersih (Pahan 2012).
Pelaksanaan proses pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria
tertentu untuk mencapai tujuan dari pemanenan yaitu diantaranya kriteria matang
panen, cara panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen harus diikuti.
Kriteria tersebut bertujuan untuk menciptakan produksi hasil yang maksimum dan
baik serta rendemen minyak yang tinggi (Satyawibawa dan Widyastuti 1999).
Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan
untuk dapat dipanen. Ciri tandan matang panen yang biasa digunakan adalah
apabila sedikitnya ada 5 brondolan per tandan di piringan. Brondolan yang
dimaksud sebagai kriteria matang panen adalah brondolan normal dan segar.
Brondolan di piringan yang kecil ukurannya, brondolan kering atau yang sakit
tidak bisa dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen. Dengan kriteria matang
panen 5 brondolan normal di piringan maka pelaksanaan panen menjadi lebih
mudah, baik bagi pemanen maupun pengawas.
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai
panen berikutnya pada tempat yang sama. Atas dasar pertimbangan bahwa hari
Sabtu dipergunakan untuk perawatan pabrik, maka panen diatur hanya pada hari
Senin sampai Jumat atau 5 hari dalam seminggu dan biasa disebut rotasi panennya
5/7. Jadi rotasi panen, jumlah hari panen dalam seminggu dan jarak waktu antara
panen pertama di satu blok sampai panen berikutnya di blok yang sama.
Menurut Pahan (2010) upaya untuk menjaga rotasi panen tetap normal
sangat penting sekali untuk terus menerus memantau daftar rotasi panen yang ada
di kantor afdeling. Disamping informasi mengenai umur tanaman dan kerapatan
buah masak/persentasi panen di setiap blok, jumlah tenaga potong buah, jumlah
borongan dan persentasi borong, serta curah hujan.

7

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Pelaksanaan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Kebun
Tanjung Jati PTPN II, Sumatera Utara. Pelaksanaan magang dilaksanakan selama
empat bulan yakni pada bulan Februari sampai Juni 2014.
Metode pelaksanaan
Kegiatan magang yang dilakukan penulis di Kebun Tanjung Jati adalah
seluruh pekerjaan yang mengarah pada pengelolaan produksi di berbagai tingkat
jabatan secara teknis dan manajerial, dimulai dari karyawan harian lepas (KHL)
hingga asisten afdeling. Aspek teknis dilakukan pada tingkat jabatan sebagai
(KHL) selama satu bulan. Jenis kegiatannya adalah pemeliharaan dan pemanenan
kelapa sawit. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah pemeliharaan jalan,
penunasan (pruning), pemupukan, serta pengendalian gulma, hama dan penyakit.
Aspek manajerial penulis lakukan pada tiga bulan berikutnya dengan rincian
sebagai pendamping mandor yaitu mandor panen, mandor penyemprotan, mandor
babat gulma manual, dan mandor pemupukan selama satu bulan dan sebagai
pendamping asisten afdeling selama dua bulan terakhir magang (Lampiran 1, 2
dan 3).
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data dan informasi yang diperlukan berupa data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh melalui kerja dan pengamatan langsung ke lapangan seperti
turut aktif dalam kegiatan di kebun, wawancara, dan diskusi langsung dengan
mandor, asisten, dan karyawan kebun. Fokus utama pengumpulan data primer dan
informasi adalah rotasi panen, angka kerapatan panen, tenaga panen, dan
produktivitas panen. Data primer yang diperoleh diantaranya adalah :
a. Rotasi panen
Pengamatan rotasi panen dilakukan dengan membandingkan
rotasi panen pada semester I dan semester II.
b. Angka kerapatan panen
Pengamatan angka kerapatan panen (AKP) dilakukan pada
tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam yang berbeda. Data yang
diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus :
Jumlah pohon sampel
: 100%
Angka kerapatan Panen (AKP) =
Jumlah buah matang

c. Tenaga panen
Pengamatan jumlah pemanen bertujuan untuk melihat
kecukupan jumlah pemanen dibandingkan dengan luas areal Afdeling
II.

8

d. Produktivitas kelapa sawit
Pengamatan dilakukan pada tiga blok, setiap blok mengamati
tiga puluh tanaman contoh dengan total pengamatan sebanyak 90
tanaman.
Data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui arsip atau laporan
perusahaan yang terdiri atas :
a. Lokasi dan letak geografis
b. Keadaan tanah dan iklim
c. Luas areal dan tata guna lahan serta kondisi pertanaman
d. Data realisasi produksi TBS
e. Kandungan asam lemak bebas
f. Norma/aturan kerja
g. Struktur organisasi dan manajemen perusahaan

9

KEADAAN UMUM

Letak Geografis Kebun
Kebun Tanjung Jati merupakan salah satu unit usaha PT Perkebunan
Nusantara II yang berada di bawah kementrian BUMN (Badan Usaha Milik
Negara). Pada awalnya tanah Tanjung Jati dikuasai oleh pemerintah Belanda yang
disebut Kebun Tanjung Jati sampai dengan tahun 1958 di bawah naungan
perusahaan NV. Verenigde Deli Maatschappy dengan mengusahakan tembakau
seluas ± 3 000 ha. Kebun Tanjung Jati diambil alih oleh Pemerintah Republik
Indonesia dan tetap mengusahakan tanaman tembakau di bawah naungan PPN.
Sumut-I kemudian menjadi PT. Perkebunan IX dan tahun 1998 menjadi PT.
Perkebunan Nusantara II. Pada tahun 1987 Kebun Tanjung Jati mulai
mengkonversi tanaman tembakau ke komoditi tanaman kakao sampai tahun 2004.
Tahun 2000 sebagian areal tanaman kakao dikonversi menjadi tanaman tembakau
dan tebu sampai tahun 2005. Pada tahun 2002 tanaman kakao dikonversi menjadi
tanaman kelapa sawit dan tanaman tebu, serta sebagian areal menjadi pembibitan
tebu yang dikelola oleh Risbang PTPN II sampai dengan sekarang. Kebun
Tanjung Jati memiliki dua sumur gas Pertamina yaitu Begala-I dan Begala-II
dimana Begala-I berproduksi pada tahun 2013 dan Begala-II akan dilakukan
pengeboran pada tahun 2014.
Kebun Tanjung Jati terletak di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera
Utara yang terdiri atas dua kecamatan yaitu Kecamatan Binjai dan Kecamatan
Selesai dengan jarak dari Kotamadya Binjai ± 4 km yang diapit oleh dua sungai
yaitu Sungai Bingei dan Sungai Benang (Lampiran 4). Kebun Tanjung Jati
memiliki HGU seluas 1 881.25 ha yang terdiri atas perkebunan tebu seluas 503.27
ha, perkebunan kelapa sawit seluas 1 037.15 ha, dan luas areal lainnya 340.83 ha
(tanaman bera, kebun sayur karyawan, jalan, sungai, pasar kebun, perumahan,
lapangan olahraga, dan tanah kuburan). Kebun Tanjung Jati hanya memiliki dua
afdeling, afdeling I seluas 554.42 ha dan afdeling II 482.73 ha.
Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan curah hujan dan hari hujan selama tahun 2009-2013 Kebun
Tanjung Jati PTPN II memiliki curah hujan rata-rata tahunan 2 200 - 2 500 mm
tahun-1 dengan hari hujan 113 hari tahun-1. Jumlah rata-rata bulan kering sebanyak
satu bulan tahun-1 dan bulan basah 11 bulan tahun-1. Berdasarkan klasifikasi
Schmidth-Ferguson, Kebun Tanjung Jati termasuk tipe iklim A, yaitu tipe daerah
sangat basah (lampian 5). Keadaan cuaca atau iklim sering bertiup angin bahorok
yang datang dari arah dataran tinggi Karo melalui Sei Wampu pada umumnya
bulan Mei – Agustus. Angin ini bersifat “Fohn” yang meningkat suhu udara
mencapai 320C dan kelembaban 40%.
Areal Kebun Tanjung Jati secara geologis termasuk typic hapluduits
(podsolik merah kekuningan). Bentuk wilayah (topografi) pada umumnya datar.
Jenis tanah mineral yang terdapat di Kebun Tanjung Jati adalah andosol dengan
tekstur liat berpasir (sandy clay). Reaksi tanah tergolong sedikit masam-netral
dengan pH 6-7.

10

Areal Konsesi dan Keadaan Tanaman
Areal kondisi di Kebun Tanjung Jati PTPN II memiliki luas total 1 881.25
ha. Luas areal yang diusahakan untuk kelapa sawit seluas 1 037.15 ha yang dibagi
menjadi dua afdeling yakni afdeling I dan afdeling II. Setiap afdeling di pimpin
oleh satu asisten.
Tanaman kelapa sawit di Kebun Tanjung Jati ditanam mulai tahun 2002
hingga tahun 2013. Varietas kelapa sawit yang ditanam adalah varietas Tenera
yang merupakan hasil persilangaan antara Dura x Pisifera. Bibit berasal dari
penyedia bibit yang berbeda yaitu PPKS dan Marihat. Jarak tanam yang
digunakan di Kebun Tanjung Jati adalah 9.42 m x 8.16 m dengan jumlah populasi
sekitar 130 pokok. Data produksi TBS lima tahun terakhir dapat disajikan pada
Lampiran 8.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Tanjung Jati PTPN II dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan dan pengelolaan kebun yang
dipimpinnya. Seorang manajer kebun memiliki hak untuk mengambil keputusan
dalam pengelolaan suatu kebun yang dipimpin. Manajer kebun dibantu oleh staf
perkebunan diantaranya kepala dinas tanaman, asisten administrasi, asisten
afdeling, asisten DP-I, dan Satpam (pengawas keamanan kebun). Kepala dinas
tanaman bertugas untuk mengkoordinasikan asisten-asisten afdeling, mengelola
emplasmen, dan traksi. Asisten administrasi bertugas untuk mengurus
administrasi kebun, sedangkan Satpam bertugas untuk mengawasi keamanan
kebun. Asisten afdeling bertanggung jawab dalam mengelola afdeling, sedangkan
asisten DP-I bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pengawasan budidaya
tebu. Struktur organisasi Kebun Tanjung Jati disajikan pada Lampiran 9. Kebun
Tanjung Jati memiliki dua asisten afdeling yang memiliki tanggung jawab
terhadap semua kegiatan baik SDA, SDM, dan administrasi di afdeling masingmasing. Setiap asisten afdeling dibantu oleh staf-staf afdeling yaitu mandor I,
kerani afdeling, kerani produksi, pembantu kerani, mandor panen, mandor
pemeliharaan, mantri hama, penerima buah, dan kav.kontrol.
Situasi ketenagakerjaan di Kebun Tanjung Jati dibagi menjadi karyawan
staf/pimpinan dan karyawan pelaksana. Karyawan pimpinan terdiri atas manager,
kepala dinas tanaman, asisten afdeling, asisten DP I, asisten administrasi dan
anggota pengamanan, sedangkan karyawan pelaksana terdiri dari karyawan
administrasi kebun/afdeling, mandor afdeling, pemanen, pemeliharaan tanaman,
karyawan teknik/transport. Standard indeks tenaga kerja (ITK) untuk perkebunan
kelapa sawit adalah 0.16-0.2.Nilai ITK Kebun Tanjung Jati adalah 0.12, nilai
tersebut belum memenuhi tingkat standart tenaga kerja untuk perkebunan kelapa
sawit.

11

Tabel 1 Jumlah ketenagakerjaan Kebun Tanjung Jati, PTPN II
Uraian
Karyawan Pimpinan
Karyawan Pelaksana
Satpam
Total
ITK
Sumber : Kantor Kebun Tanjung Jati (2014)

Total (Orang)
5
119
1
125
0.12

12

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis
Pemeliharaan Jalan Transportasi
Pemeliharaan jalan diarahkan untuk mempertahankan kondisi jalan tetap
dalam keadaan baik sepanjang tahun, sehingga transportasi produksi dapat
berjalan lancar. Perbaikan jalan diselesaikan pada semester-I sebelum panen
puncak. Pemeliharaan jalan di kebun Tanjung Jati dilakukan terhadap tiga
klasifikasi jalan, yaitu main road, transport road, dan collecting road.
Pemeliharaan jalan dapat dilakukan baik secara mekanis maupun manual. Manual
dengan menggunakan tenaga manusia, meliputi pekerjaan menutup lubang-lubang
di jalan, pemeliharaan parit kiri dan kanan. Prestasi kerja atau norma kebun dalam
pelaksanaan kegiatan ini adalah main road 100 mHK-1, transport road 120
mHK-1, dan collecting road 150 mHK-1. Untuk pemeliharaan secara mekanis
menggunakan alat-alat berat seperti Road Grader dan Road Roller. Road grader
bertujuan untuk membuat badan jalan menjadi batok tengkurap sekaligus
menarik/meratakan batu kerikil kembali ke tengah jalan serta membentuk parit
jalan. Road roller digunakan untuk memadatkan permukaan/badan jalan sekaligus
meratakannya. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan dalam pelaksanaan
kegiatan ini adalah main road 250 mHK-1 dengan rotasi satu kali dalam tiga
bulan, transport road 300 mHK-1 dengan rotasi satu kali dalam empat bulan, dan
collecting road 300 mHK-1 rotasi satu kali dalam empat bulan. Road grader dan
road roller dioperasikan oleh dua orang, yaitu satu orang operator dan satu orang
pembantu operator yang diawasi langsung oleh asisten yang dibantu oleh mandor
centeng. Pemeliharaan jalan dengan road grader dan road roller disajikan pada
Gambar 1.

(a)

(b)

Gambar1 Pemeliharaan jalan: (a) Road Grader (b) Road Roller
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma yaitu kegiatan membuang tumbuhan yang merugikan
bagi tanaman. Pengendalian gulma sangat diperlukan karena dapat mempermudah
kegiatan yang lain seperti pemanenan, penunasan, pemupukan dan pengangkutan
tandan buah segar (TBS). Pengendalian gulma di PTPN II Kebun Tanjung Jati
dilakukan secara manual dan kimiawi yang memfokuskan pada daerah inklusif

13

pasar pikul, piringan, dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Tujuannya adalah
untuk mempertahankan kondisi tanaman menghasilkan kelapa sawit bebas dari
gangguan gulma sehingga pertumbuhan tanaman, pemupukan dan proses panen
lebih optimal.
Pengendalian gulma secara manual
Menggunakan alat cangkul, parang (Gambar 2), egrek, dan mesin babat
untuk membersihkan gulma yang merambat di pohon dan melakukan dongkel
anak kayu (DAK). Penulis melakukan kegiatan babat gulma dan mendongkel anak
kayu yang berada di gawangan dan piringan. Jenis gulma yang dijumpai
umumnya berupa rumput lunak, cabai-cabaian dan keladi. Jenis gulma berkayu
yang dibersihkan meliputi Melastoma malabatrhicum dan Mimosa pudica. Selain
itu, terdapat beberapa jenis paku-pakuan dan alang-alang (Imperata cylindrica).
Jenis paku-pakuan yang harus dibersihkan yaitu pakis lunak (Nephrolepis
biserrata). Pengendalian gulma manual di Kebun Tanjung Jati dilakukan dengan
rotasi 1 kali per tahun. Pekerjaan dimulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 13.00
WIB. Setiap pekerja diwajibkan untuk memenuhi standar pekerjaan yang telah
ditetapkan yakni 2.5 HK ha-1 dalam 7 jam kerja.
Pekerjaan pengendalian gulma secara manual dikerjakan oleh 10 orang
karyawan perempuan dan 2 orang karyawan pria. Kendala yang dihadapi dalam
pekerjaan ini adalah alat kurang memadai seperti cangkul dan alat babat yang
mengalami kerusakan yang mengakibatkan karyawan mengalami kesulitan untuk
membabat gulma, dan kurangnya kedisiplinan karyawan dalam menjalankan
tugas. Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara manual dengan
prestasi 2 HK ha-1 yang dilakukan baik sebagai karyawan maupun sebagai
pengawas di blok.

Gambar 2 Pengendalian gulma secara manual
Pengendalian gulma secara kimia
Pengendalian gulma secara kimia atau dikenal dengan chemist adalah
pengendalian gulma dengan cara menyemprotkan herbisida ke tumbuhan
penggangu (Gambar 3). Alat yang digunakan yakni knapsack sprayer, yaitu alat
semprot dengan sistem pompa yang memiliki kapasitas 15 liter. Jenis nozzle yang
digunakan yaitu nozzle bewarna kuning dengan lebar semprot ±0.5 m. Adapun
jenis herbisida yang digunakan diantaranya herbisida kontak, herbisida sistemik,
dan herbisida pratumbuh yang bersifat selektif.
Herbisida yang digunakan berbeda-beda disesuaikan dengan jenis gulma
yang akan dikendalikan. Pengendalian lalang dengan sistem wiping menggunakan
larutan herbisida glyphosat dosis 20 cc ha-1 dengan rotasi 30 hari dengan norma

14

kerja 0.2 HK ha-1 rot-1. Pengendalian gulma jenis anak kayuan secara kimiawi
menggunakan campuran herbisida paraquat dosis 0.75 l ha-1 dan methil
metsulfuron dosis 0.05 g ha-1 dengan rotasi tiga kali setahun. Untuk pengendalian
gulma pakis kawat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia campuran
paraquat dosis 1.5 l ha-1 dengan methyl metsulfuron dosis 0.075 g ha-1 dengan
rotasi empat kali setahun norma kerja 2 HK ha-1.
Pengendalian secara kimia dilakukan pada piringan dan inklusif pasar pikul.
Karyawan yang bekerja sebagai penyemprot sekitar 6 orang yang terdiri atas 5
wanita dan 1 pria, dan dipimpin oleh 1 mandor semprot. Karyawan wanita
bertugas untuk menyemprot tanaman, sedangkan pria bertugas untuk mengambil
air, mencampur herbisida, dan mengisikan herbisida tersebut ke masing-masing
penyemprot. Setiap petugas semprot wajib memakai alat pelindung diri (APD)
berupa celana dan baju lengan panjang, topi, sarung tangan, sepatu boots, dan
masker. Rotasi pengendalian gulma secara kimia adalah setiap 3 bulan.
Tujuan penyemprotan gulma di gawangan adalah untuk mempermudah
kegiatan panen dan pemupukan. Kendala yang dialami dalam kegiatan
penyiangan di gawangan yakni pertumbuhan gulma terlalu cepat, alat yang kurang
memadai seperti tangki kap yang masih bocor dan kondisi cuaca yang tidak
menentu. Prestasi kerja yang telah ditetapkan yaitu 2.5 haHK-1. Namun, prestasi
kerja karyawan penyemprot adalah 3 ha HK-1. Selama kegiatan penyemprotan,
penulis tidak melakukan kegiatan tersebut namun mendampingi mandor semprot
untuk mengawasi para penyemprot.

Gambar 3 Pengendalian gulma secara kimia
Penanaman dan pemeliharaan LCC
Tanaman kacangan (Leguminosa) sebagai penutup tanah berguna untuk
memberi cadangan unsur hara, memperbaiki sifat hara, memperbaiki sifat fisik
tanah, mencegah erosi dan menekan pertumbuhan gulma. Untuk membangun
penutup tanah biasanya digunakan campuran dari beberapa jenis kacangan karena
masing-masing jenis mempunyai sifat pertumbuhan yang berbeda. Kebun
Tanjung Jati, PTPN II menggunakan Legume Cover Crop jenis Mucuna bracteata
dengan kebutuhan bibit 0.18-0.20 kg ha-1 (850 stha-1).
Proses penanaman Mucuna dimulai dari penanaman Mucuna bracteata pada
polybag di pembibitan Mucuna. Biji mucuna ini terlebih dahulu direndam dalam
air hangat dengan terlebih dahulu ujung biji Mucuna digunting dengan tujuan
menghilangkan masa dormansi biji. Setelah itu mucuna ditanam di polybag
dengan jumlah 2 biji polybag-1. Selama di pembibitan dilakukan pemeliharaan
terhadap Mucuna yaitu penyemprotan dengan larutan cytozyme 0.25% dengan
menggunakan larutan 100-200 lha-1. Tujuan perlakuan tersebut untuk merangsang

15

pertumbuhan kacangan di pembibitan. Setelah berumur 1-2 bulan kecambah yang
telah tumbuh besar pada polybag selanjutnya dipindah tanam ke lapang yaitu pada
TBM kelapa sawit. Sama halnya pada pembibitan Mucuna bracteata yang telah
ditanam di lapang juga harus mendapatkan pemeliharaan yang intensif karena jika
pemeliharaan tidak dilakukan secara berkala maka pertumbuhan Mucuna
bracteata yang cenderung lebih cepat dibandingkan dengan LCC lainnya dapat
tumbuh menjalar dengan cepat bahkan dapat tumbuh dan melilit pokok sawit
tersebut dengan polybag. Kondisi Mucuna bracteata di pembibitan dan di lapang
disajikan pada Gambar 4.

(a)
(b)
Gambar 4 Penanaman dan pemeliharaan LCC : (a) Pembibitan Mucuna bracteata
(b) Mucuna bracteata di lapang
Pemupukan
Penyimpanan pupuk. Pupuk yang akan diaplikasikan terlebih dahulu
disimpan di gudang pupuk. Gudang ini memiliki sirkulasi udara dalam ruangan
yang sudah cukup baik. Pupuk diletakkan di atas alas kayu agar tidak lembab.
Lantai didalam gudang juga disemen agar tidak mudah lembab. Pupuk disusun
rapi di dalam gudang agar memudahkan dalam pengangkutan. Kondisi gudang
pupuk kebun Tanjung Jati disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Gudang pupuk
Tenaga kerja pemupukan. Jumlah tenaga kerja yang ada di afdeling I
adalah 13 orang yang terdiri atas 9 tenaga pemupuk, 3 orang tenaga bongkar muat,
dan 1 orang tenaga pengecer. Selain sebagai bongkar muat pupuk, tenaga kerja
bongkar muat juga berkewajiban mengumpulkan karung pupuk yang sudah habis
dan melipatnya per 5 karung dan dikembalikan ke gudang setelah pelaksanaan
pupuk di lapang selesai.

16

Teknis pemupukan. Teknis pemupukan di Kebun Tanjung Jati
menerapkan aplikasi pupuk 5T (Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Waktu, Tepat
Cara, dan Tepat Tempat).
Persiapan dan pengambilan pupuk di gudang. Kegiatan ini dilakukan
oleh tenaga bongkar muat. Pengambilan pupuk dilakukan pada pagi hari dan
dilakukan 3 orang. Sebelum melakukan pengambilan pupuk terlebih dahulu
mandor pupuk harus membuat perencanaan mengenai kebutuhan pupuk yang
dibutuhkan untuk luasan yang akan dipupuk. Kemudian laporan perencanaan yang
telah diketahui asisten afdeling dan kepala dinas tanaman kebun selanjutnya
disetujui oleh Manajer Kebun. Kemudian surat pengambilan pupuk tersebut
diserahkan ke kantor gudang sehingga pihak dari kantor gudang mengetahui
berapa ton pupuk yang harus dikeluarkan pada hari itu. Kemudian pupuk dimuat
ke truk dengan kapasitas 5 ton. Jumlah pupuk yang diaplikasikan berbeda-beda
pada setiap harinya tergantung jumlah pokok dan dosis pupuk. Situasi muat
bongkar pupuk di gudang disajikan pada Gambar 6.

(a)
(b)
Gambar 6 Persiapan dan Pengambilan pupuk di gudang: (a) muat pupuk dari
gudang ke truk (b) penempatan pupuk di truk
Pelangsiran pupuk. Pupuk yang sudah dimuat ke dalam truk lalu
ditempatkan di supply point . Supply point adalah titik peletakan zak pupuk. Pada
Kebun Tanjung Jati tidak dilakukan kegiatan pengeceran dari supply point besar
ke supply point kecil. Tugas tenaga pengecer pupuk adalah meletakkan pupuk
yang diambil dari truk muat pupuk ke pinggir pasar tempat dilakukan pemupukan.
Banyaknya karung pupuk yang diletakkan disesuaikan dengan dosis pupuk dan
jumlah pokok yang dipupuk yang sebelumnya telah ditentukan oleh mandor
pupuk. Apabila pelangsiran pupuk disupply point sudah selesai, tenaga pengecer
pupuk mengumpulkan karung pupuk yang sudah kosong dan menggulung per 5
karung untuk dibawa kegudang lagi. Pupuk yang sudah dilangsir harus habis
diaplikasikan pada hari itu juga dan jangan sampai ada karung pupuk yang
tertinggal di lapangan. Supply point dan disajikan pada Gambar 7.

17

Gambar 7 Supply Point
Pengambilan pupuk di supply point. Para penabur pupuk mengambil
pupuk langsung di supply point. Sebanyak lima karung pupuk yang diletakkan di
masing-masing supply point akan dibagi rata terhadap 9 orang penabur. Pupuk
tersebut diisi ke dalam ember para penabur. Setelah ke-9 penabur selesai mengisi
pupuk ke ember pupuknya, mereka mulai untuk memupuk tanaman sawit.
Pengambilan pupuk oleh penabur di supply point disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Pengambilan pupuk di supply point
Pengawasan kualitas pemupukan. Pengawasan kegiatan pemupukan
dilakukan oleh mandor pupuk dan asisten afdeling. Tujuan pengawasan kualitas
pemupukan yaitu untuk memastikan bahwa kegiatan pemupukan yang dilakukan
sudah terlaksana sesuai dengan Instruksi Kerja (IK) pemupukan tanaman
menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM).
Penunasan (Pruning)
Penunasan adalah kegiatan memotong pelepah daun yang tidak produktif
dengan tujuan untuk mempertahankan jumlah pelepah daun sesuai umur tanaman,
mempertahankan luas permukaan daun untuk proses fotosintesis, mempermudah
pelaksanaan panen dan mencegah kehilangan brondolan yang tersangkut di ketiak
pelepah.
Jenis penunasan kelapa sawit terdiri atas tiga yaitu tunas selektif, tunas
periodik, dan tunas progresif. Penunasan selektif dilaksanakan pada tanaman
menghasilkan 1 sampai dengan tanaman menghasilkan 2 dengan melakukan
penunasan pelepah yang rata dengan tanah dan pelepah yang telah menguning
atau kering. Jumlah pelepah yang dipertahankan adalah 56-64 pelepah. Rotasi
kegiatan tunas selektif dilakukan selama 2 kali per tahun. Penunasan periodik
dilakukan pada saat kondisi tertentudan tidak bersamaan dengan kegiatan panen.
Penunasan periodik dilaksanakan pada tanaman menghasilkan >4 tahun. Pelepah

18

yang harus dipertahankan dalam 1 pokok kelapa sawit berdasarkan umur tanaman
tersebut yaitu untuk tanaman 8 tahun jumlah
pelepah yang dipertahankan 48-56 atau songgo dua yakni mempertahankan
minimal 2 pelepah dibawah tandan tertua. Rotasi kegiatan tunas periodik
dilakukan selama 9 bulan.
Penunasan progresif dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen, yaitu
memotong pelepah terlebih dahulu sebelum menurunkan TBS. Penunasan tersebut
dilakukan oleh pemanen pada hancak panennya. Pemotongan pelepah dilakukan
rapat ke pangkal pelepah dan bidang potongan berbentuk tapak kuda yang miring
keluar membentuk sudut 15°-30° terhadap bidang datar. Pangkal pelepah bekas
tunasan yang menempel pada pohon harus kurang dari 5 cm bertujuan mencegah
tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah. Pelepah yang telah ditunas dipotong
tiga bagian lalu dikumpulkan dan ditumpuk diantara tanaman pada areal datar
sampai bergelombang dengan membentuk huruf “U”. Pada areal miring pelepah
tidak dipotong namun ditumpuk diantara barisan tanaman dengan posisi tegak
lurus terhadap kemiringan yang bertujuan untuk mengurangi erosi permukaan.
Penulis tidak melakukan kegiatan penunasan namun mendampingi mandor panen
untuk mengawasi para pemanen melakukan penunasan. Kegiatan penunasan
dilakukan oleh setiap pemanen (Gambar 9).

Gambar 9 Kegiatan penunasan kelapa sawit
Pemanenan Kelapa Sawit
Panen adalah kegiatan menurunkan tandan buah segar (TBS) dengan
menggunakan alat egrek atau dodos. Kriteria matang panen merupakan salah satu
kriteria untuk menentukan TBS yang dapat dipanen. Urutan kegiatan pemanen
yaitu pemotongan TBS di pohon kelapa sawit, mengutip brondolan dengan
menggunakan ember, memotong pelepah, mengumpulkan TBS ke tempat
pengumpulan hasil (TPH), penomoran di setiap TBS, dan pengangkutan TBS ke
pabrik. Kebun Tanjung Jati menerapkan target dan realisasi produksi untuk setiap
afdeling. Target dan produksi Afdeling II (dua) tersaji pada Tabel 2.

19

Tabel 2 Produksi tandan buah segar periode Januari-Mei 2014
Produksi TBS
Periode

Target

Realisasi

Realisasi terhadap
target (%)

Kg
Januari

500 820

425 120

84.88

Februari

387 851

334 040

86.13

Maret

484 544

313 690

64.74

April

558 579

337 500

60.43

Mei
674 825
537 050
Sumber : Kantor Afdeling II, Kebun Tanjung Jati (2014)

79.59

Sistem Panen. Sistem panen yang dilakukan di Afdeling II Kebun Tanjung
Jati adalah pemanenan yang dilakukan dan diselesaikan pada satu kapveld per hari
kerja berdasarkan interval yang telah ditentukan. Satu kapveld terdiri atas
beberapa blok dan dibagi menjadi beberapa hanca yang harus diselesaikan oleh
pemanen dalam jangka waktu satu hari. Pemanen melakukan kegiatan pemanenan
dengan cara menurunkan TBS sekaligus mengutip brondolan yang berada di
sekitar pohon kelapa sawit. Metode yang digunakan dalam kegiatan pemanenan di
Afdeling II adalah sistem hanca giring tetap dimana pemanen sudah memiliki
hanca setiap harinya di setiap kapveld.
Kriteria Matang Tandan Buah Segar. Kriteria matang panen merupakan
syarat utama untuk menentukan TBS yang akan dipanen. Kriteria tersebut dapat
dilihat dari jumlah brondolan yang jatuh di sekitar piringan. Brondolan yang jatuh
secara alami dan bukan karena oleh serangan hama. Kebun Tanjung Jati
menerapkan TBS yang dapat dipanen dengan kriteria jumlah brondolan yaitu
untuk areal tanah rata minimal satu brondolan per TBS. Kriteria mutu buah di
PTPN II disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kriteria mutu tandan buah segar di Kebun Tanjung Jati, PTPN II
Kriteria mutu TBS

Keterangan
Buah normal

Buah mentah

Buah tidak membrondol berwarna hitam pekat

Buah matang

12.5%-50% buah luar membrondol berwarna merah mengkilat

Buah lewat matang

50%-100% buah luar atau sebagian buah bagian dalam

membrondol

Buah abnormal
Buah banci

Muncul bunga jantan atau bunga betina dalam satu tandan

Sumber : Kantor Afdeling II, Kebun Tanjung Jati (2014)

Selama melakukan kegiatan magang, penulis menemukan beberapa buah
yang dapat digolongkan menjadi buah abnormal yaitu buah batu, buah busuk, dan
buah landak. Buah batu memiliki ciri tidak jatuhnya brondolan walaupun warna
buah merah mengkilat atau fraksi 2 (matang). Buah busuk memilki ciri warna
buahnya sudah kecoklatan dan berbau busuk. Buah landak memiliki ciri adanya
bunga betina di bagian buahnya.

20

Rotasi Panen. Rotasi panen adalah interval yang dibutuhkan untuk kembali
ke kapveld atau blok yang sudah dipanen sebelumnya. Rotasi panen berkaitan
dengan penyebaran kematangan buah, dimana variasi penyebaran kematangan
buah dari bulan ke bulan berbeda berakibat faktor iklim, umur tanaman, tempat,
dan pemupukan. Untuk mencapai hasil panen yang optimal diperlukan suatu
modifikasi rotasi yang berdasarkan kepada angka kerapatan buah. Rotasi panen
dilakukan 7 hari dengan rumus standard 5/7 untuk semester I dan 6/7 untuk
semester II sehingga Afdeling II Kebun Tanjung Jati pada semester I menerapkan
rotasi panen 5/7 yang terdiri atas 5 kapveld panen dalam seminggu.
Kapveld Panen. Kapveld panen adalah luasan areal terdiri atas beberapa
blok yang terbagi menjadi beberapa hanca dan harus dipanen dalam jangka waktu
satu hari. Afdeling II (dua) Kebun Tanjung Jati memiliki 5 kapveld panen pada
semester I dan 6 kapveld pada semester II. Penetapan kapveld panen ini dilakukan
pada tanaman menghasilkan (TM) dan membagi hanca panen kepada setiap
pemanen sehingga mempermudah pekerjaan panen dan pengontrolan oleh asisten
dan supervise. Penomoran kapveld menggunakan angka romawi, yakni kapveld I,
kapveld II, kapveld III, kapveld IV, dan kapveld V. Kegiatan panen pada setiap
kapveld dimulai pada hari senin hingga jumat. Luas masing-masing kapveld
panen di Afdeling II dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan tabel, terdapat
perbedaan antara luas kapveld yang telah ditentukan dengan realisasi luas
kapveld. Perbedaan tersebut diperngaruhi oleh keadaan areal atau topografi dan
posisi masing-masing blok. Selain itu, jumlah luasan panen ditentukan oleh
jumlah blok yang akan dipanen sedangkan rata-rata luas panen ditentukan oleh
jumlah blok yang akan dipanen dalam satu afdeling. Afdeling II Kebun Tanjung
Jati memiliki luas areal tanaman menghasilkan (TM) 482.73 ha.
Tabel 4 Luas kapveld Afdeling II Kebun Tanjung Jati
Kapveld

Hari

Rata rata luas kapveld panen (ha)

Luas (ha)

I

Senin

56.85

59.20

II

Selasa

59.23

56.90

III

Rabu

57.15

59.20

IV

Kamis

57.52

54.52

V