Pengelolaan panen kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina, PTP Nusantara IV Persero, Sumatera Utara

PENGE
ELOLAA
AN PANE
EN KELA
APA SAW
WIT (Elaeiis guineen
nsis
Jacq.) DI
D KEBU
UN ADOL
LINA PTP
P NUSAN
NTARA IV
V PERSE
ERO
SUM
MATERA
A UTARA
A

AMALIIA ALDINA THOHA


DE
EPARTEM
MEN AGR
RONOMII DAN HO
ORTIKU
ULTURA
FAKU
ULTAS PE
ERTANIA
AN
IN
NSTITUT
T PERTA
ANIAN BO
OGOR
2014
4

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Panen
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina PTP Nusantara IV
Persero, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Amalia Aldina Thoha
NIM A24090124

ABSTRAK
AMALIA ALDINA THOHA. Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Adolina, PTP Nusantara IV Persero, Sumatera Utara.

Dibimbing oleh SUDRADJAT.
Kegiatan magang dilakukan di Kebun Adolina PTP Nusantara IV Persero,
Sumatera Utara dari tanggal 21 Oktober sampai dengan 21 Februari 2014.
Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan secara khusus menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit yaitu pemanenan. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Kebun Adolina memiliki luas
areal 7 812 ha kelapa sawit. Tingkat produktivitas kebun rata-rata antara tahun
2009-2013 sebesar 23.65 ton ha-1 Tandan Buah Segar. Kebun ini memiliki 1 177
karyawan dan secara umum sudah menerapkan teknik budidaya kelapa sawit
sesuai dengan Prosedur Operasional Baku (SOB) yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Berdasarkan analisis statistik kapasitas pemanen karyawan potong
buah yaitu terdapat pada selang 145.75 ± 58.17 TBS pemanen-1.
Kata kunci: Kebun Adolina, minyak kelapa sawit, produktivitas, kerapatan panen,
rotasi panen
ABSTRACT
AMALIA ALDINA THOHA. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis
guineensis Jacq.) at Adolina Estate PTP Nusantara IV Persero, North Sumatera.
Supervised by SUDRADJAT.
The internship program has been conducted at Adolina Estate, PTP Nusantara IV
Persero, Sumatera Utara from October 21st 2013 to February 21st 2014. The

purpose of this internship program was to learn oil palm cultivation and
specifically to analyze the factors that influence the production of palm oil ei
harvesting. The data that has been collected consist of primary and secondary
data. Adolina Estate has 7 812 hectares of oil palm. Average Productivity of
Adolina Estate from 2009 until 2013 is 23.65 ton ha-1. Adolina Estate has 1 177
employee and generally have applied the technique of oil palm cultivation in
accordance with Standard Operating Procedures (SOP) that have been established
by the company. Based on statistical analysis, harvesting capacity of fruit cutting
employer is 145.75 fresh fruits bunch employee-1.
Keywords: Adolina estate, crop density, crop rotation, crude palm oil,
productivity

3

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq.) DI KEBUN ADOLINA PTP NUSANTARA IV PERSERO
SUMATERA UTARA

AMALIA ALDINA THOHA
Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

5

Judul
Nama
NRP

: Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun
Adolina PTP Nusantara IV Persero, Sumatera Utara
: Amalia Aldina Thoha
: A24090124


Disetujui oleh

Dr Ir Sudradjat, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

7

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun

Adolina PTP Nusantara IV Persero, Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini dan secara khusus penulis
sampaikan kedua orang tua yaitu Bapak Aminuddin Toha, Ibu Asnawati dan adik
Adriana Annisa Thoha serta seluruh keluarga besar. Dr Ir Sudradjat, MS selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan serta pengarahan
selama penulisan skripsi. Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc selaku dosen
pembimbing akademik, Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku koordinator magang dan
Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr selaku Ketua Departemen Agronomi dan
Hortikultura. Seluruh direksi, karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana PTP
Nusantara IV khususnya kebun Adolina yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas selama penulis mengikuti magang. Bapak Suharmansyah selaku Asisten
Divisi III yang telah memberikan arahan dan masukan selama pelaksanaan
magang. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada sahabat saya sejak di
bangku kuliah Winda Anggraini, Anindya Putri, Yodi Marthin, Vita Meilani,
Annisa Sendikia, Ayu Alhidayati, Yuliani Indrawati, Endro Pryherdityo, Bobby
Nasution, Rekha Mahendraswari, Tyo Nugroho, Aditya Maulana, Raymond
Bagintasyah, Ega Aprindah, Furi Febryanti dan keluarga IMMAM M. Iqbal

Syahputra, Melly Sari Ramadhani, M. Dahri Zikri, M. Irfan Miraza, Novade Nur
Arif, Adilla Ahmad, M Haris atas kebersamaan dan kekeluargaan serta kasih
sayangnya. Teman-teman AGH 46 atas segala nasehat dan doa.
Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, yang
telah membantu penulis selama perkuliahan dan magang. Semoga skripsi ini dapat
memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca.

Bogor, Oktober 2014

Amalia Aldina Thoha

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Panen
Rendemen Minyak Kelapa Sawit
RSPO dan ISPO
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan Magang
Pengumpulan Data dan Informasi
KONDISI UMUM KEBUN
Letak Geografis Kebun
Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi
Ketenagakerjaan
RSPO dan ISPO
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis
Aspek Manajerial
PEMBAHASAN
Panen
Kriteria matang panen
Peralatan Panen
Kerapatan Panen
Rotasi Panen
Pelaksanaan Panen
Kapasitas Panen
Kualitas Mutu Buah
Basis dan Premi Panen
Pengangkutan TBS ke PKS
Pengolahan Minyak dan Inti Sawit
SIMPULAN DAN SARAN

xii
xii
xii
1

1
2
2
2
3
3
5
5
6
6
6
7
7
7
8
8
8
9
9
10
10
10
17
19
19
19
20
20
21
21
22
23
24
26
28
29

Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

29
29
29
31
45

11

DAFTAR TABEL

1 Luas areal tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM)
2 Tingkatan dan jumlah karyawan di Kebun Adolina
3 Sertifikat RSPO PTPN IV
4 Deskripsi alat panen
5 Perbedaan antara buah mentah dan buah matang normal
6 Data Taksasi Produksi Panen
7 Pengamatan kapasitas panen dan prestasi keerja pemanen
8 Kualitas mutu buah di TPH
9 Data pengamatan kualitas hanca panen
10 Ketentuan basis dan premi panen Divisi III
11 Data pengamatan truk
12 Data pengolahan minyak dan inti sawit

8
9
10
16
20
20
22
23
24
25
27
28

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Aplikasi semprot piringan menggunakan knapsack sprayer
Kegiatan pemupukan
Kegiatan penyerbukan bantuan
Kegiatan pemanenan
Peralatan panen
Kegiatan pengangkutan tandan buah segar

11
12
13
14
16
27

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Jurnal harian kegiatan sebagai karyawan harian
Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping mandor
Jurnal harian kegiatan sebagai asisten divisi
Data curah hujan tahun 2009-2013 kebun Adolina
Luas areal kebun Adolina
Seksi panen
Produktivitas TBS kelapa sawit 5 tahun terakhir
Capaian produksi dan rendemen 5 tahun terakhir
Peta kebun Adolina divisi III
Struktur organisasi Kebun Adolina
Peta kebun Adolina

32
33
34
36
37
38
40
41
42
43
44

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) termasuk tanaman tahunan yang
merupakan tumbuhan tropis golongan palmae. Indonesia yang beriklim tropis dan
wilayahnya merupakan potensi besar sebagai produsen kelapa sawit terbesar di
dunia. Naibaho (1998) menjelaskan hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan
buah sawit adalah minyak sawit yang terdapat dalam buah (mesokrap) dan
minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Produk yang dihasilkan dari
pengolahan kelapa sawit sangat beragam, salah satunya adalah sebagai penghasil
minyak nabati atau sering disebut palm oil.
Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, yaitu
iklim, topografi, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik budidaya tanaman. Selain
itu umur tanaman, jumlah populasi per hektare, sistem penyerbukan, sistem
koordinasi panen, sistem pengamanan produksi serta sistem premi panen juga
berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit (Pusat Penelitian Kelapa Sawit
2006).
Potensi komoditas kelapa sawit perlu dikembangkan lebih lanjut agar
produksi dan keuntungan yang diperoleh semakin meningkat. Potensi
produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 7 ton CPO ha-1 namun produktivitas
rata-rata saat ini baru mencapai 3.7 ton CPO ha-1, sehingga masih dapat
ditingkatkan melalui penggunaan benih unggul dan teknologi budidaya yang
tepat.
Prospek pengusahaan kelapa sawit di Indonesia sangat baik karena
Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat menjadikan industri kelapa
sawit Indonesia kompetitif di perdagangan dunia (Pusat Penelitian Kelapa Sawit,
2007). Luas areal pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke
tahun terus meningkat. Pada tahun 2005 luas areal pengusahaan kelapa sawit di
Indonesia mencapai 5.6 juta ha dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 8.4 juta
ha dan pada tahun 2013 areal kelapa sawit mencapai 13.5 juta ha (Direktorat
Jenderal Perkebunan 2013).
Peranan kelapa sawit dalam pembangunan nasional merupakan komoditi
ekspor dan menjadi sumber devisa bagi negara. Industri pengolahan kelapa sawit
masih memiliki prospek sangat bagus untuk memenuhi kebutuhan pasar baik
dalam maupun luar negeri. Kebutuhan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit
meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan CPO (Crude Palm Oil) dunia.
Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua macam yaitu CPO atau minyak
kasar yang berasal dari daging buah yang dikeluarkan melalui perebusan dan
pemerasandan PKO (Palm Kernel Oil) atau minyak inti sawit yang berasal dari
inti sawit (Lubis 1992)
Peningkatan perkembangan kelapa sawit yang sangat pesat terkait erat
dengan masalah teknis agronomis. Leonard (2007) menjelaskan, manajemen yang
baik di mulai dari pembukaan lahan sampai pemanenan dan pengolahan hasil
akan memberikan keuntungan maksimal. Manajemen pemanenan berkaitan erat
dengan penentuan waktu panen. Waktu panen buah kelapa sawit sangat

2

mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Tandan buah telah siap
panen sekitar 5.5 bulan sejak terjadinya penyerbukan (Setyamidjaja 2006). Pada
umumnya kesiapan tandan buah mencapai berat sekitar 3 kg atu lebih untuk
dipanen. Pemanenan pada saat buah dalam keadaan lewat matang akan
meningkatkan asam lemak bebas (ALB). Meningkatnya asam lemak bebas karena
pemanenan yang melewati matang dapat menurunkan mutu minyak.
Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang
panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta
menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (THP) berikut berondolannya
(PTPN IV 2007). Lubis (1992) menjelaskan, pengolahan tanaman yang sudah
baku dan potensi produksi dipohon yang tinggi, tidak ada artinya jika panen tidak
dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu apabila ada buah matang yang tidak
terpanen, mutu buah yang tidak sesuai dengan kriteria matang panen dan buah
yang dipanen tidak dapat segera dikirim ke pabrik, agar segera dicari solusinya.
Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pemanenan adalah persiapan panen,
kriteria matang panen, sistem dan rotasi panen, ramalan produksi, pengawasan
dan denda, kebutuhan tenaga kerja dan angkutan panen, basis dan premi panen,
serta alat dan perlengkapan panen (Lubis, 2008).
Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan kemampuan dan
pemahaman mahasiswa dalam aspek teknis di perkebunan kelapa sawit dan
meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pengelolaan kebun kelapa sawit.
Tujuan khusus magang adalah mengetahui dan mempelajari teknis pemanenan
maupun pengelolaan kelapa sawit serta berlatih mengatasi masalah yang berkaitan
dengan pemanenan dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas panen.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Menurut Darlington & Wylie (PTPN IV 2007) bahwa kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) memilki jumlah kromosom n=16 atau 2n = 8A = 24C. Elaeis
berasal dari kata Elaion (Yunani = minyak), guineensis berasal dari kata Guinea
(Pantai Barat Afrika) dan Jacq singkatan Jacquin, seorang botanist Amerika
(PTPN IV 2007).
Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah :
Divisi
: Tracheophyta
Sub divisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Sub kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Cocoidae
Famili
: Palmae (Aracaceae)
Sub family
: Cocoidae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.

3

Terdapat beberapa species dalam genus ini antara lain Elaeis guineensis
yang diusahakan secara komersial di Afrika, Asia Tenggara, Amerika Selatan dan
Pasifik Selatan. Elaeis melanococca (Elaeis oleivera), dan Elaeisodora
merupakan tanaman asli Amerika Selatan yang tidak ditanam di Indonesia.
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang
dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangan terdiri
dari bunga dan buah (Purwanto 2009).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit memerlukan persyaratan tertentu untuk tumbuh dan
berproduksi optimal antara lain letak tinggi tempat dari atas permukaan laut,
topografi dan iklim. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah pada lahan
dengan ketinggian diatas 500 m diatas permukaan laut. Namun secara ekonomis
tanaman kelapa sawit hanya akan menguntungkan bila ditanam di lahan dengan
ketinggian maksimum 400 m di atas permukaan laut. (Pahan 2013)
Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti podsolik, latasol,
hidromorfik kelabu, regosol, andosol dan aluvial. Jumlah curah hujan yang
optimal adalah 2000−2500 mm tahun-1, tidak mempunyai defisit air dan hujan
relatif merata sepanjang tahun. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada
daerah tropika basah lintang Utara–Selatan 12o. Suhu yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 24−28oC. Suhu terendah 18o dan yang
tertinggi 32oC. Kelembaban 80% dan lama penyinaran matahari 5−7 jam hari-1.
Angin dengan kecepatan rata-rata 5-6 km jam-1. (Lubis 2008)
Bentuk wilayah dan kondisi tanah sangat berpengaruh pada produktivitas
kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur,
berdrainase baik, permeabilitas sedang dan mempunyai solum yang tebal sekitar
80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah yang ringan dengan kandungan pasir
sekitar 20 - 60 %, debu 10 - 40 % dan liat 20 - 50 %. Tanah yang kurang cocok
adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang dianggap cukup
baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0 - 150 (Fauzi et.
al 2008).
Panen
Pelaksanaan proses pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria
tertentu untuk mencapai tujuan dari pemanenan yaitu diantaranya kriteria matang
panen, cara panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen harus diikuti.
Kriteria tersebut bertujuan untuk menciptakan produksi hasil yang maksimum dan
baik serta rendemen minyak yang tinggi (Satyawibawa dan Widyastuti 1999).
Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan
untuk dapat dipanen. Kriteria umum untuk tandan buah dapat dipanen adalah
berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah
(piringan) secara alami (Tyas 2008). Ciri tandan matang panen yang biasa
digunakan adalah apabila sedikitnya ada 5 brondolan per tandan di piringan.
Brondolan yang dimaksud sebagai kriteria matang panen adalah brondolan normal

4

dan segar. Brondolan di piringan yang kecil ukurannya, brondolan kering atau
yang sakit tidak bisa dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen. Dengan
kriteria matang panen 5 brondolan normal dan segar per-tandan di piringan maka
pelaksanaan panen menjadi lebih mudah, baik bagi pemanen maupun pelaksana
sortasi/pengawas. Mangoensoekarjo (2005) menyatakan bahwa waktu panen buah
kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan.
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai
panen berikutnya pada tempat yang sama. Atas dasar pertimbangan bahwa hari
Sabtu dipergunakan untuk perawatan pabrik, maka panen diatur hanya pada hari
Senin sampai Jumat atau 5 hari dalam seminggu dan biasa disebut rotasi panennya
5/7. Jadi rotasi panen, jumlah hari panen dalam seminggu dan jarak waktu antara
panen pertama disatu blok sampai panen berikutnya di blok yang sama. Pahan
(2010) menjelaskan upaya untuk menjaga rotasi panen tetap normal sangat
penting sekali untuk terus menerus memantau daftar rotasi panen yang ada di
kantor divisi, disamping informasi mengenai umur tanaman dan kerapatan buah
masak/persentasi panen di setiap blok, jumlah tenaga potong buah, jumlah
borongan dan persentasi borong, serta curah hujan.
Hal lain yang perlu diperhatikan pada waktu akan melakukan kegiatan
panen adalah kerapatan panen. Kerapatan panen merupakan perkiraan jumlah
pokok yang akan dipanen pada suatu blok dalam satu hari panen. Kerapatan panen
yang tinggi biasanya terjadi pada bulan panen puncak dan sebaliknya, kerapatan
panen yang rendah terjadi pada bulan panen trek atau rendah. Perhitungan
kerapatan panen oleh mandor panen dilakukan sehari sebelum pelaksanaan panen
dengan melakukan pengambilan contoh yaitu 15% dari luas blok yang dipanen.
Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi
yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi. Oleh karena itu
pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan
kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu 1991). Ada empat hal yang menjadi sasaran
kelancaran transport buah; yaitu, menjaga agar asam lemak bebas (ALB) produksi
harian 2-3%, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS di
lapangan dan biaya transport (Rp kg-1 TBS) yang minimum. Menurut
Setyamidjaja (2006) buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya
mengandung 0.1% asam lemak. Buah-buah yang sudah memar atau pecah dapat
mengandung asam lemak bebas sampai 50%, hanya dalam waktu beberapa jam
saja. Oleh karena itu, pengangkutan tandan buah segar (TBS) sangat
mempengaruhi kualitas dari TBS.
Menurut Pahan (2007) pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan
pengangkutan dari tempat penampungan hasil (TPH) ke pabrik kelapa sawit pada
setiap hari panen. Pada prinsipnya TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya
ke PKS untuk diolah pada hari itu juga. Hal ini dilakukan supaya minyak yang
dihasilkan tetap bermutu baik. Oleh karena itu, pengangkutan panen merupakan
unsur yang sangat penting agar tandan dapat masuk segera ke pabrik untuk diolah
pada hari panen.

5

Rendemen Minyak Kelapa Sawit
Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua
aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam
lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa,
aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ,
Special Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari
2% pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung
tidak lebih dari 5% FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan
menghasilkan rendemen minyak 22.1% ‐ 22.2% (tertinggi) dan kadar asam lemak
bebas 1.7% ‐ 2.1% (terendah) (PTPN IV 2007).
Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama,
benar‐benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak
kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat‐sifat fisiknya, yaitu
dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua,
pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur
berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air,
kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku
industri pangan dan non pangan masing‐masing berbeda. Oleh karena itu keaslian,
kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih Diperhatikan.
Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.
Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan
pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan (PTPN IV
2007).
RSPO dan ISPO
Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) dimulai pada tahun 2002 dengan
pertemuan untuk membahas kerjasama informal antara WWF (World Wild Fund),
Aarhus, Golden Hope, MPOA, Migros, Sainsbury, Unilever dalam membentuk
RSPO. Tanggal 21-22 Agustus 2003 pertemuan pertama (Roundtable 1) di Kuala
Lumpur - Malaysia dengan peserta 200 orang dari 16 negara sebagai cikal bakal
terbentuknya RSPO. Tanggal 8 April 2004 RSPO secara resmi berdiri dengan
sekretariat berlokasi di Kuala Lumpur. Bulan Desember 2006 diresmikan kantor
perwakilan RSPO (RSPO Indonesian Liaison Office/RILO) berlokasi di Jakarta
(PTPN IV 2013).
RSPO memiliki 8 prinsip dan 39 kriteria dengan indikator 143 indikator
(62 indikator mayor dan 81 indikator minor) sebagai penilaian bagi perusahaan
untuk memperoleh sertifikat RSPO. Apabila dalam proses audit oleh Badan
Sertifikasi masih ditemukan indikator mayor maka sertifikat RSPO tidak
diterbitkan, sedangkan indikator minor adalah perbaikan yang harus segera
dilakukan untuk memperoleh sertifikat RSPO. Prinsip RSPO adalah sebagai
berikut: transparansi, mematuhi peraturan, kelayakan ekonomi, praktek terbaik,
tanggung jawab lingkungan, tanggung jawab sosial, penanaman baru yang
bertanggung jawab, perbaikan terus menerus. Pemangku kepentingan (stake
holders) RSPO yaitu :pengusaha perkebunan kelapa sawit, pengolah minyak sawit

6

(pabrik), pedagang minyak sawit, bank, investor, LSM lingkungan, LSM sosial
(PTPN IV 2013).
Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) adalah suatu kebijakan yang
diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Pertanian dengan
tujuan untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan
ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik
Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap
masalah lingkungan (PTPN IV 2013).
ISPO memiliki 7 prinsip dan 40 kriteria dengan indikator 127 indikator
sebagai penilaian bagi perusahaan untuk memperoleh sertifikat ISPO. Apabila
dalam proses audit oleh Badan Sertifikasi masih ditemukan ketidaksesuaian antara
penerapan di lapangan dengan kriteria, maka sertifikat ISPO tidak diterbitkan
hingga dilakukan perbaikan untuk memperoleh sertifikat ISPO. Prinsip ISPO
adalah sebagai berikut: sistem perijinan dan manajemen perkebunan, penerapan
pedoman teknis dan pengelolaan kelapa sawit, pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, tanggung jawab terhadap pekerja, tanggung jawab sosial dan
komunitas, pemberdayaan kegiatan masyarakat, peningkatan usaha secara
berkelanjutan (PTPN IV 2013).
Pelaksanaan ISPO dilakukan dengan memegang teguh prinsip pembinaan
dan advokasi serta bimbingan kepada perkebunan kelapa sawit yang merupakan
tugas pemerintah. Oleh karena itu, tahap pertama dari pelaksanaan sertifikasi
ISPO adalah klasifikasi. Klasifikasi ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian
07 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan sedangkan
sertifikasi merupakan tuntutan perdagangan internasional yang dilaksanakan
sesuai ketentuan internasional yang antara lain memenuhi kaedah International
Standard Organization (ISO) (PTPN IV 2013).

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Magang dilaksanakan di Kebun Kelapa Sawit Adolina yang dimiliki oleh
PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) Persero yang terletak di Kabupaten
Serdang Bedagai,Sumatera Utara. Magang dilaksanakan selama empat bulan,
berlangsung mulai bulan 21 Oktober 2013 hingga 21 Februari 2014.
Metode Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan. Adapun kegiatan
magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan
aspek manajerial. Metode pelaksanaan magang dilakukan metode kerja langsung
di perkebunan, baik dalam kegiatan kebun ataupun kantor.
Bulan pertama penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) dan
melakukan semua kegiatan pekerjaan kebun yaitu budidaya tanaman meliputi
pembibitan, penanaman, pemeliharaan hingga pemanenan. Bulan kedua penulis
bekerja sebagai pendamping mandor. Kegiatan yang dilakukan yaitu
pengkoordinasian KHL meliputi pembagian kerja, pengawasan kerja KHL dan

7

lain sebagainya. Bulan ketiga dan keempat penulis menjadi pendamping asisten
divisi yang kegiatannya meliputi penyusunan rencana kerja, melaksanakan
rencana kerja, mengawasi pelaksanaan kerja, membuat anggaran bulanan,
menyelenggarakan administrasi dan operasional kebun dan mengevaluasi hasil
kerja.
Pengumpulan Data dan Informasi
Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan magang di perkebunan kelapa
sawit antara lain: kapasitas panen per orang, waktu tunggu TBS di TPH,
pengangkutan tandan buah segar (TBS), dan pengolahan TBS di pabrik.
Pengamatan kapasitas panen meliputi jumlah TBS dan berat TBS yang dipanen
tiap orang. Metode yang digunakan adalah pengambilan contoh secara acak, yaitu
10 orang pemanen dan diulang sebanyak tiga kali setiap pekan selama tiga bulan.
Perhitungan waktu tunggu TBS di TPH dilakukan pada 10 TPH dan diulang
sebanyak tiga kali setiap pekan selama tiga bulan. Pengamatan terhadap
transportasi tandan buah segar dengan menghitung jarak dan waktu tempuh antara
TPH ke pabrik kelapa sawit serta lama tunggu truk masuk ke pabrik. Contoh truk
yang diamati adalah 1/5 dari aktivitas truk yang dioperasikan tiap harinya.
Pengamatan yang dilakukan di pabrik yaitu berat keseluruhan TBS yang masuk ke
pabrik, rendemen minyak, dan kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) atau Free
Fatty Acid (FFA).
Pengumpulan data yaitu dengan mengumpulkan data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada
kegiatan di kebun khususnya aspek pemanenan pada saat menjadi pendamping
mandor atau pendamping asisten. Pengumpulan data sekunder berupa data lokasi
kebun, luas areal, kondisi iklim, kondisi lahan, produktivitas, berat TBS,
rendemen minyak, kadar FFA dalam minyak, struktur organisasi perusahaan,
rekomendasi pelaksanaan teknis budidaya dan informasi-informasi penting
lainnya yang dibutuhkan. Data sekunder diperoleh melalui arsip, informasi dari
kantor dan studi literatur. Data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung
dilakukan analisis secara deskriptif dan kuantitatif menggunakan norma kerja
yang berlaku. Analisis deskriptif merupakan perbandingan hasil pengamatan di
lapangan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan. Analisis kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan analisis statistik.

KONDISI UMUM KEBUN
Letak Geografis Kebun
Perkebunan Adolina terletak di Kelurahan Batang Terap, Kecamatan
Perbaungan, Kabupaten Serdang Berdagai, Provinsi Sumatera Utara. Koordinat
kebun Adolina berada di 35o LU dan 98.8 o BT dan berjarak ± 38 Km dari kota
Medan. Perkebunan Adolina tersebar di dua kabupaten, 8 kecamatan dan
dikelilingi oleh 27 desa.

8

Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan curah hujan dan hari kerja selama tahun 2009-2013 Kebun
Adolina PTPN IV memiliki rata-rata curah hujan tahunan 1 855 mm tahun-1
dengan hari hujan 101 hari tahun-1. Berdasarkan klasifikasi Schmidth-Ferguson,
Kebun Adolina termasuk tipe iklim B, yaitu tipe daerah basah (Lampiran 4).
Lahan areal kebun Adolina umumnya datar dan memiliki topografi
bergelombang hingga curam. Divisi 1-5 bertopografi datar dan divisi 6-9
bervariasi dari datar hingga curam. Tanah di kebun Adolina umumnya termasuk
jenis vulkanik yang bertekstur lempung liat hingga lempung liat berpasir dan
sepanjang aliran sungai merupakan tanah alluvial yang bertekstur lempung
berpasir. (PTPN IV dan Arabis 2013)
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Kebun Adolina dibangun di areal seluas 8 965,69 ha dengan luas areal hak
guna usaha (HGU) 7 812 ha dan non HGU 1 153.69 ha. Areal tanaman
menghasilkan (TM) seluas 6 966 ha, areal tanaman belum menghasilkan (TBM)
seluas 630 ha, areal kebun induk kelapa sawit seluas 144 ha. (Kantor Besar
Adolina 2013). Rincian luas areal disajikan pada lampiran 5.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit di kebun Adolina bervariasi dari tahun tanam 19932011 yang tersebar di sembilan divisi. Varietas yang digunakan adalah DxP-MRS
dan DxP-SOCFIN, umumnya di tanam dengan pola segitiga (Straight Line) pada
areal datar kebun dan sistem teras di daerah berbentuk. Total luas areal tanaman
Disivi I sampai dengan Divisi IX adalah 7 812 ha. Total luas areal tanaman belum
menghasilkan (TBM) 630 ha dan total luas areal tanaman menghasilkan (TM) 6
966 ha. Berikut luas areal tanaman kelapa sawit di kebun Adolina disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Luas areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman
Menghasilkan (TM)
Tanaman
2010
2011
Jlh TBM
Tanaman
Dewasa (14 thn
s/d 20 thn)
Tanaman
Remaja (9 thn
s/d 13 thn)
Tanaman Muda
(4 thn s/d 8 thn)
Jlh TM
Jlh TBM dan
TM

Divisi (ha)
V
VI
266
3
2
269
2

VII
-

VIII
-

IX
-

Jumlah
(ha)
619
11
630

840

-

64

-

3 138

-

-

814

307

-

1 230

604

97

-

-

139

411

2 598

815

877

893

864

814

510

411

6 966

1077

992

1162

964

814

520

411

7 812

I
-

II
90
90

III
160
160

IV
103
6
109

742

311

88

273

796

-

109

-

-

214

406

727

956

826

956

916

Sumber : Kantor Besar Kebun Adolina 2013

9

Struktur Organisasi
Kebun Adolina merupakan unit usaha PT Perkebunan Nusantara IV.
Struktur organisasi dengan kekuasaan tertinggi adalah Dewan Direksi, lalu
General Manager (GM) yang membawahi beberapa Manajer Kebun. Tenaga kerja
unit usaha Adolina terdiri atas karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana.
Karyawan pimpinan terdiri atas manajer kebun, kepala dinas tanaman, kepala
dinas pengolahan (kdp), kepala dinas tehnik (kdt), kepala tata usaha (ktu) dan
asisten divisi. Jumlah karyawan di Kebun Adolina adalah 1 177 orang yang terdiri
dari 20 orang karyawan pimpinan dan 1 157 karyawan pelaksana.
Ketenagakerjaan
Karyawan yang bekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV mendapat
fasilitas kesejahteraan di bidang sosial yaitu pendidikan (TK, SMP, TK Al qur’an,
Madrasah Diniyah, Tsanawiyah dan Aliyah Al- Ihsan), agama ( Majelis Ta’lim
dan Syiar Islam untuk umat Islam dan PHBK untuk umat Kristiani), koperasi,
pramuka dan olahraga (bola kaki, volly, tenis dan bulu tangkis). Karyawan yang
bekerja di PT Perkebunan Nusantara IV juga diberi fasilitas rumah yang di
bangun dalam satu kompleks perumahan karyawan untuk setiap divisi yang
dilengkapi dengan bangunan rumah ibadah, poliklinik, sekolah dan pasar.
Hubungan baik dengan masyarakat sekitar senantiasa terjalin melalui pemberian
bantuan kemasyarakatan seperti perbaikan jalan, bantuan keagamaan dan
pendidikan (beasiswa anak SD, SMP, SMA), yang senantiasa mendapat
persetujuan dari Direksi. Situasi pengamanan Kebun Adolina relatif kondusif
namun masih ada upaya-upaya orang luar untuk mengganggu dan mencuri buah
sawit. Tingkatan dan jumlah karyawan di Kebun Adolina pada Tabel 2.
Tabel 2 Tingkatan dan jumlah karyawan di Kebun Adolina
Tingkatan Karyawan
Jumlah (orang)
Karyawan pimpinan
- Manager
1
- Kadis Tanaman
3
- KDP/KDT
1
- KTU
1
- Asisten Divisi
9
- Assisten SDM & Umum
1
- Asisten Pabrik
1
- Asisten Tehnik
1
Karyawan pelaksana
- Emplasment
369
- Divisi
788
Jumlah
1 177
Indeks Tenaga Kerja
0.13
Standar ITK
0.16-0.20
Sumber : Kantor Besar Kebun Adolina 2013

10

RSPO dan ISPO
PTPN IV telah memperoleh sertifikat RSPO untuk 14 kebun dan 11
PKS.Sertifikasi RSPO pertama diperoleh pada tahun 2011 baik untuk PKS
maupun untuk kebun. Sertifikasi RSPO yang terakhir pada tahun 2013 yaitu untuk
PKS Adolina, Bah Jambi, Dolok Sinumba, Mayang, Gunung Bayu, Tinjowan, Air
Batu, Berangir. Rician lengkap sertifikat RSPO disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Sertifikat RSPO PTPN IV
Tahun perolehan Pabrik Kelapa Sawit
RSPO
(PKS)
2011
Pabatu
2011
Dolok Ilir
2011
Pulu Raja
2013
Adolina
2013
Bah Jambi
2013
Dolok Sinumbah
2013
Mayang
2013
Gunung Bayu
2013
Tinjowan
2013
Air Batu
2013
Berangir
2013
2013
2013
-

Kebun Kelapa Sawit
Pabatu
Dolok Ilir
Pulu Raja
Adolina
Bah Jambi
Dolok Sinumbah
Mayang
Gunung Bayu
Tinjowan
Air Batu
Berangir
Laras
Aek Nauli
Padang Matinggi

Sumber : Kantor Besar Kebun Adolina 2013

Tahun 2014 direncanakan sertifikasi ISPO untuk 14 unit di PTPN IV yaitu
Adolina, Pabatu, Dolok Ilir, Bah Jambi, Dolok Sinumbah, Mayang, Gunung
Bayu, Tinjowan, Air Batu, Pulu Raja, Berangir, Pasir Mandoge, Sawit Langkat
(PKS dan Kebun) serta Laras, Aek Nauli, Padang Matinggi, Tanah Itam Ulu
(Kebun).

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pengendalian Gulma
Pemeliharaan piringan/pasar pikul adalah kegiatan membersihkan
tumbuhan pengganggu (gulma), sampah atau gundukan tanah yang ada di
piringan/pasar pikul dengan tujuan menghindari persaingan penyerapan hara
antara tanaman kelapa sawit dan gulma di piringan, memudahkan pengutipan
brondolan, memudahkan operasional pemanen dan kegiatan pemeliharaan lainnya
dan memudahkan pengawasan.

11

Pemeliharaan piringan dan pasar pikul secara manual, di areal TM
(tanaman menghasilkan) sudah tidak digunakan lagi karena dianggap tidak efisien
dan biasanya hanya digunakan pada areal yang tidak dapat disemprot seperti
rendahan yang sering berair atau di unit yang memiliki tenaga karyawan sendiri
yang cukup (kebijakan khusus). Adapun pelaksanaannya yaitu membersihkan
gulma/sampah di piringan dengan memakai garuk sampai jari-jari piringan 2 m
dari pangkal pohon. Selain itu, membersihkan pakis yang tumbuh di pohon
dengan cara mencabut sampai setinggi jangkauan tangan. Pembersihan tapak kuda
dilakukan dengan menggaruk, sedangkan untuk teras kontour dibabat.
Membersihkan pasar pikul dari gulma/gundukan tanah selebar 1 meter. Rotasi
garuk piringan dan pasar pikul dengan manual 1 bulan sekali dan tenaga 1,8−2
orang ha-1.

Gambar 1 Aplikasi semprot piringan menggunakan knapsack sprayer
Pengendalian gulma secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 1 dengan
menggunakan knapsack sprayer. Jenis herbisida yang digunakan berbeda-beda
disesuaikan dengan jenis gulma yang akan dikendalikan, jenis glyphosate dengan
dosis 400 cc ha-1 digunakan untuk mengendalikan gulma Ageratum conyzoides
(Babandotan), Ottochloa nodosa (Rumput kawatan) dan Mikania micrantha
(Sembung rambat) yang terdapat pada piringan.Semprot piringan dan gawangan,
alat-alat yang disediakan untuk penyemprotan adalah sprayer, nozzle, gelas ukur,
drum/ember air dan lain-lain. Lebar semprotan nozzle tergantung ketinggian
nozzle pada saat menyemprotkannya ke gulma. Bila diinginkan untuk
menyemprot piringan = 2 m, maka nozzle yang dipakai adalah warna merah/VLV
200 atau VLV 100 atau micron herby. Tetapi jika jari-jari piringan yang
diinginkan = 2.5 m, maka nozzle yang dipakai adalah warna biru (2x berputar di
piringan). Pemilihan nozzle yang tidak tepat menimbulkan inefisiensi herbisida
karena terjadi overlapping penyemprotan. Micron herby dan nozzle VLV biasa
digunakan karena hemat air dan efisiensi biaya. Dalam pelaksanaan pengendalian
gulma secara kimiawi perlu diketahui dosis dan konsentrasi larutan semprot yaitu
dosis, jumlah pemakaian herbisida per satuan luas misalnya 350 cc ha-1 untuk
sekali aplikasi dengan rotasi penyemprotan 4x setahun. Khusus untuk areal TM-1
dan TM-2 yang LCC masih menutup, rotasi penyemprotan 6x setahun.

12

Konsentrasi, banyaknya herbisida dalam 1 liter air dalam satuan persen (%). Misal
konsentrasi 0.6% artinya adalah 6 cc herbisida dalam 1 liter larutan. Norma yang
digunakan dalam pengendalian gulma secara kimiawi adalah 3.3 ha orang-1.

Pemupukan
Tujuan dari pemupukan adalah untuk mempertahankan kesuburan tanah
dengan memberikan pupuk ke dalam tanah sebagai pengganti unsur hara yang
telah diambil oleh tanaman. Kegiatan pemupukan di perkebunan kelapa sawit
mempunyai peranan yang sangat penting karena pemupukan mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap kuantitas dan kualitas produksi serta
biayanya hampir 50% dari total pemeliharaan. Oleh karena itu, bila pemupukan
tidak dilakukan secara benar, maka pemupukan menjadi tidak efektif dan hal ini
berarti biaya yang telah dikeluarkan menjadi lebih besar dan berdampak pada
pencapaian produktivitas yang rendah. Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada
Gambar 2.
Teknis proses pengangkutan minimun 24 jam sebelum pelaksanaan,
Mandor pupuk agar menyampaikan permintaan pengangkutan dan kebutuhan
pupuk harian ke KDTU/Kepala Gudang. Dalam permintaan pengangkutan harus
dicantumkan jumlah dan jenis pupuk yang diangkut per hari. Pengangkutan pupuk
dilakukan di gudang besar tempat penyimpanan pupuk. Kegiatan pengangkutan
pupuk dilakukan di pagi hari dalam kondisi cerah, tidak dianjurkan pemupukan
dilakukan pada saat hujan karena pupuk tersebut dapat tercuci dan mengeras.
Pengangkutan diatur agar pada jam 06.30 pupuk sudah tiba di blok yang akan di
pupuk. Satu grup tenaga pemupuk terdiri atas 5 orang penabur pupuk ditambah 1
orang yang melangsir pupuk dengan menggunakan sepeda/kereta sorong. Seorang
mandor dapat mengawasi 4 grup atau 24 orang. Mandor I harus terus mengikuti
dan mengawasi grup-grup tersebut sedangkan Asisten divisi minimal 4 kali
mengkontrol pelaksanaan pemupukan per-harinya. Disamping itu, Asisten divisi
harus juga mengawasi panen dan pekerjaan lainnya.
Jenis pupuk yang digunakan adalah KCL dengan dosis 0.75 kg = 750 gr.
Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk dengan jarak 1 m dari pokok.
Satu sak pupuk beratnya 50 kg dibagi dengan satu grup tenaga pupuk yang terdiri
dari 5 orang, dimana satu orang tenaga pemupuk mendapat 10 kg pupuk atau
setara dengan satu ember. Norma yang digunakan dalam pemupukan adalah 2 ha
orang-1.

Gambar 2 Kegiatan pemupukan

13

Penyerbukan bantuan
Berdasarkan evaluasi produksi pada tanaman muda, dijumpai bahwa
potensi tanaman yang ada belum memberikan hasil optimal. Selain pemupukan,
pemeliharaan dan kastrasi, upaya optimal untuk mencapai produksi pada tanaman
muda dapat dijalankan dengan penyerbukan bantuan. Serangga Elaeidobius
kamerunicus yang bekerja membantu penyerbukan dapat melaksanakan
penyerbukan dengan sempurna apabila jumlah bunga jantan cukup tersedia pada
tanaman kelapa sawit. Apabila jumlah bunga jantan kurang, maka diperlukan
penyerbukan bantuan. Penyerbukan bantuan dimaksudkan untuk meningkatkan
produksi secara langsung. Oleh karena itu, nilai pekerjaan ini adalah setara dengan
pekerjaan potong buah (panen). Untuk antisipasi kurangnya bunga jantan pada
tanaman kelapa sawit dapat juga dilakukan dengan penanaman ‘polinator trees’
(tanaman yang sengaja dibuat stress), yang ditanam diantara selang satu baris
pada tanaman muda kelapa sawit. Diperlukan tenaga penyerbuk 0.2
US/Ha/pusingan (atau 4 – 5 ha/penyerbuk/hari) dan harus karyawan kebun.
Tenaga yang telah terlatih supaya dipertahankan (jangan ditukar-tukar), disamping
itu dilatih juga 2 – 3 orang sebagai cadangan. Gambar 3 menunjukan kegiatan
penyerbukan bantuan.

Gambar 3 Kegiatan penyerbukan bantuan
Panen
Serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai
kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun
tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya disebut panen.
Tujuan panen adalah untuk memanen seluruh buah yang sudah matang panen
dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga potensi produksi minyak dan
inti sawit maksimal dapat dicapai. Semua peraturan yang berkaitan dengan
kedisiplinan panen diberlakukan untuk semua pemanen, baik pemanen yang
berasal dari karyawan sendiri maupun pemborong. Manajemen Kebun bertugas
untuk memanen semua buah matang yang ada dan mengirimnya ke pabrik pada
saat kualitas buah optimum untuk mendapatkan kualitas minyak dan inti sawit
yang maksimum. Buah yang dipanen hari ini harus sampai di pabrik hari yang
sama. Gambar 4 menunjukan kegiatan panen.

14

(a)

(b)

Gambar 4 Kegiatan pemanenan (a) dengan egrek dan (b) dengan dodos
Kriteria Matang Panen. Kriteria panen adalah persyaratan kondisi
tandan yang ditetapkan untuk dapat dipanen. Dari berbagai hasil pengamatan dan
pengujian di lapangan, kriteria matang panen yang diberlakukan di PTP Nusantara
IV adalah 10 brondolan per tandan di piringan. Brondolan yang dimaksudkan
sebagai kriteria matang panen adalah brondolan normal dan segar. Brondolan di
piringan yang kecil ukurannya (partenocarp), brondolan kering atau yang sakit
tidak bisa dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan rendemen minyak sawit dan rendemen inti sawit serta perolehan
total volume minyak dan inti sawit, kehilangan brondolan di lapangan karena
diambil atau dicuri serta tidak terkutip (digawangan dan terutama di piringan)
dapat diminimalkan, kemudahan bagi pemanen dalam mengutip brondolan
sehingga yang tidak terkutip dapat ditekan seminimal mungkin. Dengan kriteria
matang panen 10 brondolan normal dan segar per tandan di piringan maka
pelaksanaan panen menjadi lebih mudah, baik bagi pemanen maupun pelaksana
sortasi/pengawas.
Sortasi Panen. Sortasi panen pada prinsipnya manajemen panen adalah
tanggungjawab manajer dan manajer menyerahkan pelaksanaannya kepada
bawahan mulai dari Petugas Pemeriksa Buah (P2B) sampai Kepala Dinas
Tanaman (KD Tanaman). Dalam upaya mendapatkan mutu panen yang baik
secara konsisten sortasi panen dilakukan terhadap seluruh tandan yang dipanen di
TPH oleh petugas panen divisi, Asisten Tanaman dan KD Tanaman. Dengan
melaksanakan sortasi sesuai dengan kriteria matang panen dan wewenang secara
berjenjang diharapkan mutu panen yang baik dapat dilakukan dengan konsisten.
Apabila masih terdapat fraksi afkir/mentah, maka Manajer harus ikut melakukan
sortasi dengan konsekuensi petugas yang berkaitan dengan panen dikenakan
pinalti/ denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sortasi panen di Loading
Ramp sifatnya hanya untuk cross check saja, untuk memastikan sortasi di TPH
sudah dilakukan dengan benar. Hasil sortasi di Loading Ramp tidak bisa dijadikan
dasar penentuan mutu buah karena hanya dilakukan secara sampling. Tetapi
pelaksanaan sortasi di Loading Ramp harus dilakukan dengan benar dan
dilaporkan setiap hari oleh Kepala Dinas Pengolahan (KDP) kepada Manajer
karena berdasarkan laporan tersebut permasalahan di divisi dapat diketahui untuk
segera dicari solusinya. Data mutu buah yang digunakan sebagai dasar analisa
masalah bila rendemen tidak mencapai target adalah data sortasi yang dilakukan

15

di TPH karena seluruh buah disortasi sebelum dikirim ke pabrik. Namun, bila
pelaksanaan sortasi di TPH tidak benar maka data yang diperoleh tidak benar dan
tidak dapat menyelesaikan masalah.
Bila pada pokok dijumpai tandan yang membrondol kurang dari 10 butir,
tandan belum boleh dipanen. Dengan tidak memanen tandan yang brondolannya
kurang dari 10 butir di piringan, maka komposisi kematangan buah yang dipanen
sampai ke PKS akan sangat baik. Demikian juga mengenai jumlah pelepah di
pokok dapat dipertahankan 48-56 helai karena pelepah baru diturunkan setelah
tandan matang. Kondisi seperti ini dalam jangka panjang sangat berpengaruh
terhadap produksi.
Rotasi Panen. Rotasi panen atas dasar pertimbangan bahwa hari Sabtu
dipergunakan untuk perawatan pabrik, maka panen diatur hanya pada hari Senin
sampai Jumat atau 5 hari dalam seminggu dan biasa disebut rotasi panen 5/7. Jadi
rotasi panen adalah jumlah hari panen dalam seminggu dan jarak waktu antara
panen pertama disatu blok sampai penen berikutnya di blok yang sama. Dalam
kenyataan di lapangan, panen bisa dilakukan lebih 5 hari dalam seminggu apabila
buah dalam jumlah banyak (panen puncak) dan jumlah tenaga panen tidak
mencukupi untuk memanen 5 hari dalam seminggu.
Seksi Panen. Seksi panen merupakan penetapan daerah panen yang telah
ditetapkan untuk satu hari panen. Penetapan seksi panen berdasarkan pembagian
luas seluruh wilayah divisi dan jumlah hari panen. Dengan rotasi panen 5/7 maka
setiap luas tanaman menghasilkan di divisi III dibagi menjadi 5 bagian dan setiap
bagian dipanen mulai hari Senin sampai Jumat. Setiap bagian ini disebut kapveld.
Setiap kapveld ini diatur berurutan/menyambung antara kapveld hari Senin ke
Selasa dan hari berikutnya sampai hari Jumat. Selanjutnya kapveld hari Jumat
harus menyambung dengan kapveld hari Senin. Hal ini dimaksudkan supaya
diketahui bila ada kapveld yang tidak tembus (tidak terpanen) pada hari
sebelumnya. Dengan kata lain pembagian kapveld harus diatur sedemikian rupa
sehingga berurutan mulai dari kapveld I sampai kapveld V dan dari kapveld V ke
kapveld I. Demikian juga dengan pembagian kapveld 6/7. Luas untuk seksi panen
I pada hari Senin 208.71 ha, pada seksi II hari Selasa luasnya 206.83 ha. Seksi III
pada hari Rabu luasnya 188.48 ha, hari Kamis pada seksi panen IV luasnya 199.8
ha dan pada hari Jumat seksi panen V luasnya 171.18. Total keseluruhan luas
areal divisi III 975 ha. Rincian seksi panen dapat dilihat pada Lampiran 6.
Alat-alat Panen. Semua kebutuhan alat panen disediakan perusahaan
kecuali untuk pemanen tenaga pemborong. Untuk panen di areal tanaman muda
(3–5 tahun) diperlukan alat chisel (dodos dengan lebar 8 cm), kampak dan alat
pikul, kereta sorong atau sepeda, gancu, dan goni. Gambar 5 menunjukan alat-alat
panen yang digunakan.

16

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 5 Peralatan panen (a) gancu (b) dodos (c) kapak dan (d) egrek
Panen untuk di areal tanaman dewasa dan tua (>5 tahun) diperlukan alat
kampak, egrek, bambu/galah egrek, tali, alat pikul, kereta sorong atau sepeda,
gancu dan goni. Untuk membentuk gagang cangkem kodok (V) diberikan kampak
Tomason (bentuk V). Berikut disajikan deskripsi alat panen pada Tabel 4.
Tabel 4 Deskripsi alat panen
No

Nama Alat

Kegunaan

1

Pisau egrek

Alat memotong TBS

2

Gala egrek

Gagang untuk pisau egrek

3

Karet ban

4
5

Kapak
Angkong

6

Dodos

7

Gancu

8

Goni

Mengikat pisau egrek dengan
gala egrek
Alat memotong gagang TBS
Alat untuk mengangkut TBS
dari pokok ke TPH
Alat untuk memotong TBS
dengan umur tanaman 3-8
tahun
Alat untuk mengantrikan TBS
dari angkung ke TPH
Wadah untuk mengumpulkan
brondolan sebelum diangkut
ke PKS

Keterangan
Seperti
arit,
sudutnya
melengkung dengan panjang
pangkal 20 cm, panjangnya
45 cm dan sudut lengkung
135o
Besi/bambu dengan panjang
sesuai kebutuhan
Warna hitam, sifatnya elastis
Besi bermata tembilang
Kereta sorong beroda satu di
depan
Berbentuk tembilang

Besi beton dengan ujung
melengkung
Ukurannya
berbeda-beda
biasanya dapat memuat
brondolan 10 kg/goni

17

Cara Panen. Cara panen tandan yang telah memenuhi kriteria matang
panen dapat dipotong. Pelepah dibawah tandan yang dipanen selanjutnya
dipotong (untuk tanaman dewasa) sedangkan pada tanaman muda (3–5 tahun)
pelepah daun tidak dipotong karena yang dipotong hanya buahnya saja. Pelepah
dipotong menjadi 2 bagian dan disusun digawangan mati (ditanah rata).
Sedangkan di areal bergelombang, pelepah tidak dipotong dan disusun di sekitar
tanaman sejajar dengan arah teresan/pasar panen agar berfungsi sebagai penahan
erosi. TBS disusun ditempat pengumpulan hasil (TPH) sedangkan brondolan yang
di piringan/gawangan dikutip bersih dan dimasukkan tersendiri dalam karung
untuk di bawa ke tempat pengumpulan brondolan. Gagang TBS dibentuk V
(cangkem kodok) dan diberi nomor pemanen. Tandan Buah Segar (TBS) disusun
5–10 tandan per baris.
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor
Status karyawan yang ada di Kebun Adolina terdiri atas dua yaitu
karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana. Karyawan pelaksana terdiri atas
mandor yang dibantu oleh krani divisi. Mandor adalah karyawan yang bertugas
untuk membantu jalannya kegiatan kebun baik itu kegiatan teknis maupun
administratif. Setiap harinya mandor I memimpin pengarahan pagi pkl 05.30 WIB
dengan mandor kegiatan dan didampingi oleh asisten divisi. Mandor I
memberikan pengarahan terkait rencana kerja hari itu. Kemudian setelah seluruh
karyawan berkumpul dan diabsen, karyawan berangkat ke hancanya masingmasing dengan kendaraan yang sudah ditentukan.
Pendamping Mandor I. Pada dasarnya mandor I merupakan mandor yang
membawahi seluruh mandor-mandor. Umumnya mandor I lebih difokuskan untuk
pengawasan kegiatan potong buah, menjaga kualitas buah serta melakukan
pengawasan untuk kegiatan administratif divisi. Tugas dan tanggung jawab
seorang mandor I adalah wajib mengikuti antrian pagi setiap harinya, melakukan
pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya buah restan pada blok-blok panen
satu hari yang lalu, termasuk pemeriksaan kebersihan pengutipan brondolan di
TPH, monitoring proses evakuasi TBS ke PKS sampai dengan pengangkutan TBS
yang terakhir, melakukan evaluasi atas laporan harian mandor panen, serta
membuat rencana kerja harian untuk esok harinya didampingi oleh asisten divisi.
Mandor Panen. Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengikuti
antrian pagi dengan asisten dan mandor-mandor lainnya, kemudian melaksanakan
check roll pagi bersama karyawan di lapangan untuk pembagian hanca sekaligus
mengabsen, melakukan pengecekan mutu buah dan hanca, memeriksa apakah
setiap pemanen telah mendapatkan basis borong dan hancanya telah selesai. Bila
basis borong belum tercapai sedangkan waktu kerja masih ada, maka oleh mandor
panen dipindahkan hancanya untuk memenuhi basis borongnya. Selain itu,
mandor pane