Hubungan Umur dengan Perubahan pada Rongga Mulut

sintesis DNA sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. 17,18 August Weissman berpendapat bahwa sel somatik normal memiliki kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan fungsinya. Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak bergenerasi dan jaringan yang mati selamanya tidak dapat memperbaiki dirinya. Teori wear and tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang tersedia dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan. 17,18

2.1.5 Hubungan Umur dengan Perubahan pada Rongga Mulut

1. Mukosa Mulut Gambaran klinis jaringan mukosa mulut pada lansia sehat tidak berbeda jauh dengan individu yang muda. Meski demikian, riwayat adanya trauma misalnya, pipi tergigit, penyakit mukosa misalnya, lichen planus, kebiasaan merokok, dan adanya gangguan pada kelenjar saliva misalnya, hipofungsi saliva dapat mengubah tampilan klinis dan karakter histologis jaringan mulut lansia.Pada lansia jaringan mukosa mengalami atrofi dengan tanda-tanda tipis, merah, mengkilap dan kering. Terjadi perubahan pada struktur, fungsi, dan elastisitas jaringan mukosa mulut. Mukosa mulut terlihat pucat, kering, hilangnya stippling, terjadinya oedema, dan elastisitas jaringan berkurang. Jaringan mukosa mudah mengalami iritasi dan rapuh. Perubahan ini dapat mempengaruhi mukosa mulut terhadap trauma dan infeksi, terutama terkait dengan penggunaan gigitiruan dan hipofungsi saliva. 19,17 Penuaan juga menyebabkan daya reparasi dan regenerasi jaringan menjadi berkurang. Daya reparasi jaringan akan menyebabkan proses penyembuhan luka khususnya pada mukosa menjadi lebih sulit dan lama. Proses regenerasi jaringan akan mengalami penurunan sehingga turnover time waktu pergantian jaringan lama oleh jaringan baru menjadi lebih lama. Selain itu, pembentukan fiber elastic pada lapisan lamina propia mengalami penurunan, sehingga elastisitas pada pasien lansia berkurang. Langerhan’s cell pada penuaan akan mengalami penurunan dalam kemampuan meregenerasi sehingga hal ini akan mempengaruhi daya imunitas sebab sel Langerhan berperan sebagai antigen terhadap mikroorganisme patogen. Dengan Universitas Sumatera Utara berkurangnya daya imunitas ditambah dengan berbagai faktor pendukung lainnya menjadikan orang lanjut usia rentan dengan penyakit dan keganasan neoplasma khususnya pada rongga mulut. 16,17 2. Gigi Perubahan epidemiologi besar telah terjadi selama beberapa dekade terakhir dalam hal retensi gigi- geligi. Hanya sekitar 30 dari orang dewasa berusia ≥ 65 tahun yang tidak memiliki gigi, dan antara tahun 1983 dan 1993, prevalensi menurun sebesar 10. Usia diperkirakan akan terus berlanjut dengan meningkatnya kesehatan mulut, pemeliharaan gigi, dan meningkatkan teknik dan bahan restoratif. 19 Seiring bertambahnya usia, banyak kehilangan gigi. Kehilangan gigi mengurangi kapasitas pengunyahan, yang dapat mempengaruhi pemilihan makanan, status gizi, dan kesehatan umum. 20 3. Kelenjar Saliva Saliva berperan penting dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, dan berkurangnya sekresi saliva dapat menyebabkan karies gigi, infeksi mukosa mulut, gangguan sensorik, kesulitan berbicara, penurunan asupan nutrisi, dan kesulitan dalam mengunyah, menelan, dan retensi gigitiruan. Hal ini bahwa perubahan dalam produksi saliva kualitatif dan kuantitatif dikaitkan dengan penuaan normal. Hal ini mungkin sebagian disebabkan oleh keluhan umum dari xerostomia mulut kering pada orang tua. Namun, sekarang perubahan signifikan dalam aliran saliva tidak diamati pada orang tua yang sehat. Selain itu, ada penurunan yang berhubungan dengan usia pada sekresi saliva misalnya, jumlah protein, protein yang kaya proline, laktoferin, natrium, dan kalium terlihat pada populasi yang sehat. Secara histologis, ada perubahan yang berkaitan dengan usia dalam susunan sel kelenjar saliva, dengan peningkatan jaringan ikat, deposisi lemak dan penurunan sel asinar. 19 Universitas Sumatera Utara

2.2 Gigitiruan Penuh