AlatBdanBBahanB .1 Alat-alatBPenelitianB DiagnosisBSitologiBMukosaBBukalBPerokokBKretekBDanBBukanBPerokokB DenganBPewarnaanBPapanicolaouB

11 . Pewarnaan AgNOR adalah teknik pewarnaan histokimia yang membentuk ikatan antara perak Ag dan NOR di dalam nukleus yang tampak sebagai titik-titik hitam di bawah mikroskop cahaya. Rerata titik-titik hitam AgNOR mAgNOR dikelompokkan dalam 3 kelompok kategori, kelompok 1 = 1-2 titik, kelompok 2 = 2-3 titik, dan kelompok 3 = 3 titik. Kualitas AgNOR dapat diklasifikasikan dalam bentuk dots yang merupakan titik hitam halus dan teratur dan blebs yang merupakan titik hitam besar tak beraturan. 16,42,47 3.7 AlatBdanBBahanB 3.7.1 Alat-alatBPenelitianB Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : kaca mulut, pinset, cytobrush, cheek retractor, objek glass, kotak penyimpan objek glass, gelas fiksasi, gelas silinder, waterbath, oven dan mikroskop cahaya.B B B 3.7.2 BahanBPenelitianB Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : aquades, aquabides, NaCl 0,9, kapas, alkohol 96, Haematoxylin, Orange G-6, EA 31, xylene, Gelatin 2, asam format 1, Larutan perak nitrat 50, xylol, Canadian Balm. Gambar 14. Cytobrush digunakan untuk pengambilan sampel pada mukosa bukal perokok 15 Universitas Sumatera Utara 3.8 ProsedurBKerjaBB 3.8.1 ProsedurBAdministrasiBRespondenB 1. Responden membaca lembar penjelasan penelitian. 2. Responden menandatangani inform consent. 3. Responden mengisi kuesioner penelitian. 4. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dimasukan kedalam subjek penelitian. 5. Subjek penelitian perokok diberi label A, dan subjek kontrol diberi label B

3.8.2 PersiapanBSubjekBPenelitianB

1. Subjek penelitian berkumur dengan air mineral sebanyak 100 ml selama 5 menit sebelum pengambilan sampel untuk membersihkan debris. 2. Lakukan pemeriksaan mukosa rongga mulut secara klinis 3. Pasangkan cheek retractor diantara sudut mulut subjek untuk memudahkan pengambilan sampel sel mukosa bukal. 4. Usap mukosa bukal dengan kapas yang telah dibasahi larutan NaCl 0,9 pada mukosa bukal setentang garis oklusal atau daerah yang dicurigai. 3.8.3BPengambilanBSampelBSitologiB 1. Mukosa bukal yang setentang dengan garis oklusal di brush dengan memutar cytobrush 360 derajat untuk mengambil sel epitel, dilakukan sebanyak dua kali pada mukosa bukal kanan dan kiri, diutamakan di bagian yang terdapat lesi mencurigakan pada mukosa rongga mulut. 2. Cytobrush dihapus pada kedua buah objek glass dengan cara diputar. Spesimen mukosa bukal kanan dihapus pada objek glass dengan kode Ka- A1-01 dan Ka-A2-01. Spesimen mukosa bukal kiri dihapus pada objek glass dengan kode Ki-A1-01 dan Ki-A2-01. Ka menunjukkan mukosa bukal kanan, Ki menunjukkan mukosa bukal kiri. A1 menunjukkan kode untuk pewarnaan Papanicolaou dan A2 untuk pewarnaan AgNOR sementara 01 merupakan nomor subjek penelitian dalam kuesioner. Universitas Sumatera Utara 3 . Fiksasi objek glass dengan alkohol 96 dalam gelas fiksasi sehingga seluruh permukaan spesimen terendam alkohol selama 15 menit. 4. Keringkan preparat yang sudah difiksasi di udara. 5. Objek glass yang sudah kering dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi dengan menggunakan kotak penyimpanan objek glass. 18,20 Gambar 15. Proses pengambilan sampel sitologi dengan menggunakan cytobrush. A cytobrush diletakan pada mukosa bukal kemudian diputar B cytobrush dihapuskan pada kedua buah objek glass sambil diputar C fiksasi dengan menggunakan alkohol 96 49 3.8.4 ProsesBLaboratoriumB 3.8.4.1BPewarnaanBPapanicolaouB 1. Bilas slide dengan alkohol 96, 80, 70 dan 50 tiap 15 detik. 2. Bilas dengan air selama 15 detik. 3. Warnai dengan larutan Harris hematoxylin selama 3 menit. 4. Bilas dengan air mengalir selama 3-5 menit. 5. Bilas dengan alkohol 50, 70, 80 dan 96 setiap 15 detik. 6. Warnai dengan larutan Orange G selama 3 menit. 7. Bilas dengan alkohol 96 selama 15 detik. 8. Warnai dengan larutan Eosin selama 3 menit. 9. Keringkan dengan alkohol 96 selama 15 detik. 10. Keringkan dengan alkohol absolut selama 5 menit. 11. Keringkan dengan alkohol 96 dan xylene perbandingan 1:1. B C A Universitas Sumatera Utara 1 2. Bersihkan dengan xylol selama 2 menit. 13. Lakukan mounting. 10

3.8.4.2 PewarnaanBAgNORB

1. Siapkan dua larutan : a. Larutan A: 2 gelatin ditambahkan dengan 1 asam format. b. Larutan B : 50 perak nitrat dalam aquabidest. 2. Larutan pewarnaan diperoleh dengan mencampur satu bagian dari larutan A dengan dua bagian larutan B di dalam gelas silinder. 3. Larutan pewarnaan diteteskan pada objek glass. 4. Inkubasi slide ditempat gelap selama 30 menit dengan suhu 45 o C. 5. Bilas dengan aquabidest sebanyak 3 kali selama 15 detik. 6. Dehidrasi dengan Alkohol 50, 70, 80 dan 96 tiap 15 detik. 7. Lakukan mounting. Sediaan siap diamati di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 1000x, kemudian dilakukan diagnosis sitologi pada slide dengan pewarnaan PAP kemudian dihubungkan dengan nilai mAgNOR, hasilnya dicatat sebagai dokumentasi. 16,50 B 3.9BBPengolahanBdanBAnalisaBDataB Data penelitian dilaporkan dengan memaparkan hasil pengamatan berupa diagnosis sitologi dengan pewarnaan PAP yang selanjutnya dihubungkan dengan hasil perhitungan nilai mAgNOR dalam bentuk tabel, kemudian dianalisis dengan uji chi- square dan perhitungan odd ratio untuk melihat nilai faktor risiko pada setiap variabel yang diuji. Universitas Sumatera Utara 3.10BAlurBPenelitianB B B B B B B B B B B B B B B B B B B Jumlah titik : kelompok 1 = 1-2 titik normal kelompok 2 = 2-3 titik displasia kelompok 3 = 3 titik karsinoma Pengamatan di bawah mikroskop cahaya Olympus CX21 A2 Pewarnaan Histokimia AgNOR A1 Pewarnaan Sitologi PAP Jumlah titik: kelompok 1 = 1-2 titik normal nc ratio: Normal Kualitas titik: dots normal Kualitas titik : - dots normal displasia - blebs displasia karsinoma Cytobrush B1 Pewarnaan Sitologi PAP B2 Pewarnaan Histokimia AgNOR Label A Label B Hasil Pengamatan Fiksasi alkohol 96 Hapus pada objek glass Ka : Kanan, Ki : Kiri A : Perokok, B : Kontrol A1 : Papanicolaou, A2 : AgNOR Contoh : Ka-A1-01 Mukosa bukal kanan, pewarnaan PAP, Subjek 1 Pengambilan sampel mukosa bukal perokok keretek di kelurahan Padang Bulan kota Medan nc ratio : Normal Displasia Karsinom a Universitas Sumatera Utara BABB4B HASILBPENELITIANB Penelitian ini merupakan penelitian mengenai skrining mukosa tukal perokok kretek dengan menggunakan pewarnaan Papanicolaou yang dihutungkan dengan nilai mAgNOR, dilakukan terhadap 25 orang pria perokok kretek terusia 26-57 tahun dengan status pekerjaan setagai pengendara tecak motor di kelurahan Padang Bulan kota Medan yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, setagai kontrol 5 orang tukan perokok. Tempat diamtilnya spesimen pada penelitian ini adalah pada mukosa tukal kanan dan kiri, diamtil dua kali setentang dengan garis oklusi menggunakan cytobrush SurePath tm , sehingga diperoleh 50 spesimen mukosa tukal kanan dan 50 spesimen mukosa tukal kiri pada sutjek perokok, serta 10 spesimen mukosa tukal kanan dan 10 spesimen mukosa tukal kiri pada sutjek kontrol. Selanjutnya dilakukan pewarnaan Papanicolau pada 30 spesimen mukosa tukal kanan dan 30 spesimen mukosa tukal kiri. Pewarnaan AgNOR dilakukan pada 30 spesimen mukosa tukal kanan dan 30 mukosa tukal kiri. Interprestasi spesimen dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya Olympus CX21, di Latoratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Pewarnaan Papanicolaou dilakukan setagai standar pewarnaan rutin yang tertujuan untuk mendiagnosis sitologi mukosa tukal rongga mulut, diagnosis sitologi dikelompokan atas kelompok sel normal, sel displasia dan sel anaplasia karsinoma. Untuk melihat gamtaran titik-titik hitam pada nukleus sel epitel mukosa tukal, dilakukan pewarnaan AgNOR yang tertujuan untuk melihat nilai mAgNOR. Berdasarkan jurnal The Role of Silver Staining Nucleolar Organiser Regions AgNORs in Lesions of The Oral Cavity, nilai mAgNOR dapat dikelompokkan atas kelompok 1 1-2 titik, kelompok 2 2-3 titik, dan kelompok 3 3 titik. 43 Pada sel normal dan displasia tampilan titik-titik hitam terukuran kecil dengan tentuk dots dan teraturan, sementara pada sel dengan keganasan titik-titik hitam memiliki ukuran yang letih tesar dengan tentuk blebs dan tidak teraturan. 47 Universitas Sumatera Utara Tatel 1. Distritusi frekuensi karakteristik umum perokok kretek Karakteristik Umum Perokok Kretek n Usia Tahun 25-35 7 28 36-45 9 36 46-55 7 28 55 2 8 Total 25 100 Latar Belakang Pendidikan Tidak Sekolah 3 12 SD 5 20 SMP 8 32 SMA 8 32 Sarjana 1 4 Total 25 100 Lama Ketiasaan Tahun 10-15 5 20 16-20 7 28 20 13 52 Total 25 100 Frekuensi tatanghari 10-15 13 52 16-20 4 16 21-30 2 8 30 6 24 Total 25 100 Lama Paparan menit 5 3 12 10-15 11 44 16-30 9 36 30 2 8 Total 25 100 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan kuesioner yang telah diisi diperoleh data distritusi frekuensi karakteristik umum perokok kretek Tatel 1 menunjukkan, usia tertinggi pada usia 36-45 36 tahun dan terendah pada usia 55 tahun 8. Distritusi frekuensi terdasarkan latar telakang pendidikan sutjek dalam penelitian ini, tertinggi pada SMP dan SMA 32 dan terendah pada sarjana 4. Lama ketiasaan merokok tertinggi pada kelompok lama ketiasaan letih dari 20 tahun 52 dan terendah 10-15 tahun 20. Jumlah rokok yang dihisap per hari tertinggi pada kelompok merokok 10-15 tatang perhari 52 dan terendah 21-30 tatang perhari 8. Lama paparan merokok tertinggi pada kelompok lama paparan 10-15 menit tiap kali merokok 44 dan terendah 30 menit tiap kali merokok 8.

4.1 DiagnosisBSitologiBMukosaBBukalBPerokokBKretekBDanBBukanBPerokokB DenganBPewarnaanBPapanicolaouB

Interpretasi sitologi mukosa tukal dengan pewarnaan Papanicolaou Tatel 2 pada kelompok perokok menunjukkan, diagnosis sel normal setesar 22, sel displasia 78 dan tidak dijumpai diagnosis sel anaplasia 0, sedangkan pada kelompok tukan perokok diinterpretasikan setanyak 100 didiagnosis setagai sel normal, tidak dijumpai diagnosis sel displasia maupun anaplasia. Hal ini menujukkan sel displasia hanya dijumpai pada kelompok perokok saja. Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p0,05, artinya diagnosis sel displasia pada perokok letih tesar secara signifikan ditandingkan dengan tukan perokok. Tatel 2. Diagnosis sitologi mukosa tukal perokok kretek dan tukan perokok dengan pewarnaan Papanicolaou. Kelompok Sampel Pewarnaan Papanicolaou p Normal Displasia Anaplasia TOTAL Perokok n 11 39 50 0.00 22 78 100 Bukan Perokok n 10 10 100 100 Uji Chi-Square, signifikan p0,05 Universitas Sumatera Utara 4.2 HubunganBDiagnosisBDenganBPewarnaanBPapanicolaouBPadaBMukosaB BukalBPerokokBKretekBDenganBKelompokBNilaiBmAgNORB Interpretasi diagnosis sitologi mukosa tukal perokok kretek dengan pewarnaan Papanicolaou yang dihutungkan dengan kelompok nilai mAgNOR Tatel 3 menunjukkan, pada diagnosis sel displasia dijumpai persentase tertesar pada kelompok 3 3 titik setesar 74 ditandingkan dengan kelompok 1 1-2 titik setesar 0 dan kelompok 2 2-3 titik setesar 4, sementara pada sel normal persentase tertesar dijumpai pada kelompok 2 2-3 titik setesar 14 ditandingkan kelompok 1 1-2 titik setesar 8 dan kelompok 3 3 titik setesar 0. Berdasarkan uji Chi-Square, diperoleh nilai p0,05, artinya terjadi peningkatan nilai mAgNOR yang signifikan seiring dengan transformasi sel pada diagnosis sitologi pewarnaan Papanicolaou, dengan demikian H ditolak. B Tatel 3. Hutungan diagnosis sitologi mukosa tukal pewarnaan Papanicolaou dengan kelompok nilai mAgNOR mAgNOR Pewarnaan Papanicolaou p Normal Displasia Anaplasia TOTAL Kelompok 1 1-2 Titik n 4 4 0.00 8 8 Kelompok 2 2-3 Titik n 7 2 9 14 4 18 Kelompok 3 3 Titik n 37 37 74 74 TOTAL N 11 39 50 22 78 100 Uji Chi-Square, signifikan p0,05 Universitas Sumatera Utara 4.3 HubunganB KelompokB NilaiB mAgNORB PadaB MukosaB BukalB PerokokB KretekBBerdasarkanBLamaBKebiasaanBMerokok Interpretasi kelompok nilai mAgNOR pada mukosa tukal perokok kretek terdasarkan lama ketiasaan merokok Tatel 4 menunjukkan, kelompok lama ketiasaan merokok 10-15 tahun mendapatkan nilai mAgNOR kelompok 1 1-2 titik setesar 8, kelompok 2 2-3 titik setesar 10, dan kelompok 3 3 titik setesar 2. Berdasarkan lama ketiasaan merokok 16-20 tahun didapat nilai mAgNOR kelompok 2 2-3 titik setesar 8 dan kelompok 3 3 titik setesar 20, sudah tidak jumpai kelompok 1 1-2 titik. Berdasarkan lama ketiasaan merokok 20 tahun didapatkan nilai mAgNOR kelompok 3 3 titik setesar 52 dan sudah tidak dijumpai kelompok 1 1-2 titik maupun kelompok 2 2-3 titik.B Berdasarkan uji Chi-Square, diperoleh nilai p0,05, artinya terdapat peningkatan nilai mAgNOR yang signifikan terdasarkan lama ketiasaan merokok, dimana semakin lama ketiasaan merokok maka semakin memiliki kesempatan mendapat nilai mAgNOR kelompok 3 3 titik. Tatel 4. Hutungan kelompok nilai mAgNOR pada mukosa tukal perokok kretek terdasarkan lama ketiasaan merokok mAgNOR Lama ketiasaan Tahun p 10-15 16-20 20 TOTAL Kelompok 1 1-2 Titik n 4 4 0.00 8 8 Kelompok 2 2-3 Titik n 5 4 9 10 8 18 Kelompok 3 3 Titik n 1 10 26 37 2 20 52 74 TOTAL N 10 14 26 50 20 28 52 100 Uji Chi-Square, signifikan p0,05 Tatel 5 menunjukkan nilai faktor risiko tampilan nilai mAgNOR pada mukosa tukal perokok terdasarkan lama ketiasaan merokok. Diperoleh nilai odd ratio setesar 81, artinya kelompok lama ketiasaan merokok 16 tahun mempunyai risiko 81 kali letih tesar mendapatkan nilai mAgNOR kelompok 3 3 titik ditandingkan dengan Universitas Sumatera Utara lama kelompok 1 dan 2. Koefisien kontingensia setesar 0,00 artinya derajat keeratan hutungan antara kelompok lama ketiasaan merokok dengan kelompok mAgNOR lemah C0,5. Tatel 5. Nilai faktor risiko tampilan mAgNOR pada mukosa tukal perokok kretek terdasarkan lama ketiasaan merokok Lama ketiasaan Tahun mAgNOR Total Kelompok 1 dan 2 Kelompok 3 n n N 16 9 18 4 8 12 26 16 1 2 36 72 37 74 Total 10 20 40 80 50 100 C=0,00 p=0.00 OR = 81 Uji Chi-Square, signifikan p0,05 4.4 NilaiBFaktorBRisikoBmAgNORBPadaBMukosaBBukalBPerokokBKretekB BerdasarkanBJumlahBRokokBYangBDihisap Interpretasi nilai faktor risiko mAgNOR pada mukosa tukal perokok kretek terdasarkan jumlah rokok yang dihisap Tatel 6. Diperoleh nilai odd ratio 2,647, artinya kelompok perokok yang menghisap rokok 16 kali mempunyai risiko 2,647 kali mendapat nilai mAgNOR kelompok 3 3 titik ditandingkan dengan kelompok 1 dan kelompok 2. Tatel 6. Nilai faktor risiko tampilan mAgNOR pada mukosa tukal perokok kretek terdasarkan jumlah rokok yang dihisap setiap hari Jumlah Rokok Batanghari mAgNOR Total Kelompok 1 dan 2 Kelompok 3 n n N 10-15 9 18 17 34 26 52 16 4 8 20 40 24 48 Total 13 26 37 74 50 100 C=0,156 p=0.148 OR = 2,647 Uji Chi-Square, signifikan p0,05 Universitas Sumatera Utara K oefisien kontingensia setesar 0,156 artinya derajat keeratan hutungan antara kelompok jumlah rokok yang dihisap dengan kelompok nilai mAgNOR lemah C0,5. Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p0,05, artinya antara peningkatan nilai mAgNOR dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari tidak terdapat peningkatan yang signifikan. 4.5B NilaiB FaktorB RisikoB mAgNORB PadaB MukosaB BukalB PerokokB KretekB BerdasarkanBLamaBPaparanBSetiapBKaliBMerokok. Interpretasi nilai faktor risiko mAgNOR pada mukosa tukal perokok kretek terdasarkan lama paparan setiap kali merokok Tatel 7. Didapat nilai odd ratio 3,519, artinya perokok dengan lama merokok 10 menit memiliki kesempatan 3,519 kali letih terisiko mendapatkan nilai mAgNOR kelompok 3 3 titik ditandingkan dengan kelompok 1 dan 2. Koefisien kontingensia setesar 0,087 artinya derajat keeratan hutungan antara kelompok lama paparan merokok dengan kelompok nilai mAgNOR lemah C0,5. Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p0,05, artinya antara peningkatan nilai mAgNOR dengan lama paparan setiap kali merokok tidak terdapat peningkatan yang signifikan. Tatel 7. Nilai faktor risiko tampilan mAgNOR pada mukosa tukal perokok kretek terdasarkan lama paparan setiap kali merokok B Lama Paparan menit mAgNOR Total Kelompok 1 dan 2 Kelompok 3 n n N 10 10 20 18 36 28 56 10 3 6 19 38 22 44 Total 13 26 37 74 50 100 C=0.087 p=0.077 OR = 3,519 Uji Chi-Square, signifikan p0,05 Universitas Sumatera Utara 4 BABB5B PEMBAHASANB Perokok4 adaeah4 orang4 yang4 memieiki4 kebiasaan4 menghisap4 rokok. 4 4 Teeah4 banyak4 dieakukan4 peneeitian4 mengenai4 rokok4 dan4 perokok.4 Global Adults Tobacco4 Survey GATS4 tahun4 20114 kerjasama4 antara4 BPS4 dengan4 4 CDC Foundation, US Centers for Disease Control and Prevention, Bloomberg Philanthropies, Tobaco Free Initiative dan WHO,4meeakukan4peneeitian4terhadap4rokok4dan4perokok4di4Indonesia.4 Peneeitian4 tersebut4 menunjukkan,4 prevaeensi4 perokok4 tidak4 menurun4 dan4 cenderung4 tetap4 dari4 34,24 ditahun4 2007,4 34,74 ditahun4 20104 dan4 36,34 ditahun4 2013. 2 4 Ditemukan4juga4kebiasaan4merokok4yang4sudah4dimueai4sejak4usia4di4bawah4154tahun4 12,6,4 namun4 persentase4 tertinggi4 pada4 usia4 25-444 tahun4 73,3.4 Di4 antara4 jenis4 rokok4 yang4 dikonsumsi,4 rokok4 jenis4 kretek4 yang4 paeing4 banyak4 diminati4 31,5,4 diikuti4hand rolled44,74dan4rokok4putih42,2.4Frekuensi4merokok4kretek4per4hari4 10-144batang4rokok436,2. 2 4 Berdasarkan4 hasie4 pengisian4 kuesioner4 pada4 peneeitian4 ini4 diperoeeh4 data4 distribusi4 frekuensi4 karateristik4 umum4 perokok4 kretek4 berupa4 usia,4 eatar4 beeakang4 pendidikan,4eama4kebiasaan4merokok,4jumeah4rokok4yang4dihisap4setiap4hari4dan4eama4 paparan4setiap4kaei4merokok4Tabee41,4kebiasaan4merokok4sudah4ditemukan4sejak4usia4 254tahun4dengan4eatar4beeakang4pendidikan4perokok4yang4paeing4banyak4adaeah4pada4 SMP4 dan4 SMA4 namun4 perokok4 dengan4 eatar4 beeakang4 pendidikan4 sarjana4 masih4 ditemukan.4 Lama4 kebiasaan4 merokok4 eebih4 dari4 204 tahun4 juga4 ditemukan4 pada4 peneeitian4ini,4jumeah4rokok4yang4dihisap4paeing4banyak4adaeah410-154batang4per4hari,4 ditemukan4juga4perokok4yang4menghisap4rokok4eebih4dari4304batang4per4hari.4Durasi4 waktu4 untuk4 setiap4 kaei4 merokok4 yang4 paeing4 banyak4 adaeah4 10-154 menit4 44,4 ditemukan4juga4sebesar484perokok4dengan4durasi4merokok4eebih4dari4304menit. 4 Tujuan4 peneeitian4 ini4 adaeah4 untuk4 mengetahui4 diagnosis4 sitoeogi4 pewarnaan4 Papanicolaou4yang4dihubungkan4dengan4nieai4rerata4titik4hitam4AgNOR4yang4diambie4 dari4eksfoeiatif4sitoeogi4mukosa4bukae4rongga4mueut4pria4perokok4kretek4di4keeurahan4 Padang4 Buean4 kota4 Medan.4 Pewarnaan4 Papanicolaou4 bertujuan4 untuk4 mendiagnosis4 Universitas Sumatera Utara 4 see4epitee4mukosa4bukae4perokok4yang4dikeeompokan4menjadi4keeompok4see4normae,4see4 dispeasia4 dan4 see4 anapeasia4 karsinoma,4 yang4 seeanjutnya4 dihubungkan4 dengan4 keeompok4nieai4mAgNOR. Hasie4 diagnosis4 see4 epitee4 mukosa4 bukae4 perokok4 kretek4 dengan4 pewarnaan4 Papanicolaou4Tabee424menunjukkan,4diagnosis4see4normae4sebesar422,4see4dispeasia4 78,4dan4tidak4dijumpai4see4anapeasia.4 Iritasi4kronis4dari4rokok4berupa4 asap4dan4zat4 kimia4yang4bersifat4karsinogenik4menyebabkan4perubahan4see4ke4arah4primitif4pada4see4 dewasa4 dispeasia.4 Bahan4 karsinogen4 pada4 rokok4 berupa4 Tobacco Spesific Nitrosamines NNN, NNK, NAT, NAB4dan4Polycyclic Aromatic Hydrocarbons4PAHs4 dapat4 membentuk4 ikatan4 kovaeen4 dengan4 materi4 DNA4 di4 daeam4 see,4 sehingga4 dapat4 merusak4gen4p53. 4,35 4Daeam4keadaan4normae4see4yang4mengaeami4kerusakan4DNA4akan4 diperbaiki4oeeh4gen4p534atau4apabiea4DNA tidak4dapat4diperbaiki4maka4gen4p214akan4 diaktifkan4dan4see4akan4memasuki4jaeur4apoptosis. 34 4Pada4see4dengan4kerusakan4gen4p53 perbaikan4DNA4dan4apoptosis4tidak4terjadi,4sehingga4see4akan4terus4berproeiferasi4secara4 abnormae.4 Kondisi4 ini4 dapat4 menyebabkan4 4 kemunduran4 see4 ke4 arah4 primitif4 dispeasia. 34 4Saeah4satu4kondisi4patoeogis4akibat4kebiasaan4merokok4adaeah4stomatitis4 nikotina4 yang4 merupakan4 peradangan4 kronis4 pada4 paeatum,4 ditandai4 dengan4 bercak4 merah4pada4paeatum4dengan4difus4keabu-abuan4disertai4infeamasi. 4,274 Apabiea4kebiasaan4 merokok4 dibiarkan4 terus4 menerus4 maka4 see4 yang4 mengaeami4 dispeasia4 dapat4 bertransformasi4menjadi4anapeasia4karsinoma. 274 4 Action on Smoking and Health4 ASH4 tahun4 20134 di4 Inggris4 meeaporkan,4 terdapat4 peningkatan4 insidensi4 kanker4 paru-paru4 85,4 kanker4 payudara4 15-40,4 kanker4servik410,4kanker4ginjae43,4kanker4hati423,4kanker4pankreas4294 dan4kanker4rongga4mueut4654akibat4kebiasaan4merokok. 514 Peneeitian4Gomez,4dkk.4 20074 di4 Koeombia4 meeaporkan4 bahwa4 57,14 mukosa4 rongga4 mueut4 pada4 perokok4 mengaeami4 dispeasia. 524 4 Peneeitian4 Nevieee,4 dkk.4 20024 meeaporkan4 bahwa4 merokok4 daeam4 jangka4 waktu4 yang4 eama4 memieiki4 hubungan4 yang4 erat4 dengan4 peningkatan4 risiko4terjadinya4kanker4rongga4mueut. 31 4 Pewarnaan4 AgNOR4 bertujuan4 untuk4 meeihat4 titik4 hitam4 pada4 nukeeus4 yang4 menunjukkan4adanya4peningkatan4proeiferasi4see.4Pengamatan4AgNOR4dieakukan4pada4 Universitas Sumatera Utara 4 1004see4daeam4setiap4sediaan4preparat.4Daeam4keadaan4normae,4nieai4mAgNOR4berkisar4 antara414–424titik4dengan4bentuk4dots dan4teratur.4Di4daeam4sikeus4see,4sintesis4rRNA4 terjadi4 pada4 saat4 see4 memasuki4 fase4 mitosis.4 Sintesis4 rRNA4 berkaitan4 dengan4 penimbunan4 NOR. See4 yang4 berproeiferasi4 secara4 abnormae4 akan4 mensintesis4 rRNA4 secara4terus4menerus4akibatnya4terjadi4penimbunan4NOR4sehingga4tampiean4titik4hitam4 AgNOR4tereihat4eebih4banyak.4Pada4see4yang4mengaeami4dispeasia4terjadi4peningkatan4 jumeah4 titik4 AgNOR4 antara4 2-34 titik4 namun4 beeum4 terjadi4 perubahan4 kuaeitas4 titik,4 sementara4pada4anapeasia4terjadi4peningkatan4jumeah4titik4AgNOR4eebih4dari434titik4dan4 sudah4 terjadi4 perubahan4 kuaeitas4 titik4 menjadi4 buruk4 blebs4 dan4 bentuk4 4 yang4 tidak4 teratur. 43,474 Pengamatan4 mAgNOR4 dikeeompokkan4 ke4 daeam4 34 keeompok4 yaitu4 keeompok4141-24titik,4keeompok4242-34titik,4keeompok43434titik.44 Hubungan4antara4diagnosis4sitoeogi4dengan4pewarnaan4Papanicolaou4dan4nieai4 mAgNOR pada4 perokok4 kretek4 Tabee4 34 menunjukkan4 diagnosis4 see4 normae4 yang4 memieiki4 nieai4 mAgNOR keeompok4 14 1-24 titik4 sebesar4 8,4 keeompok4 24 2-34 titik4 sebesar4144dan4tidak4dijumpai4keeompok43434titik.4Hae4ini4menunjukkan4bahwa4 meskipun4 meeaeui4 pewarnaan4 Papanicolaou4 see4 didiagnosis4 masih4 daeam4 keadaan4 normae4 namun4 dengan4 pewarnaan4 AgNOR4 sudah4 menunjukkan4 peningkatan4 jumeah4 titik4 sebesar4 2-34 titik.4 Pada4 diagnosis4 see4 dispeasia4 yang4 memieiki4 nieai4 mAgNOR keeompok4 24 2-34 titik4 sebesar4 4,4 keeompok4 34 34 titik4 sebesar4 74,4 dan4 tidak4 dijumpai4keeompok4141-24titik.4Hae4ini4menunjukkan4bahwa4sudah4terjadi4transformasi4 see4kearah4dispeasia4pada4mukosa4bukae4perokok4kretek4dan4sudah4terjadi4peningkatan4 nieai4 mAgNOR menjadi4 eebih4 dari4 34 titik,4 yang4 disebabkan4 oeeh4 sintesis4 rRNA yang4 bereebihan oeeh4nucleophosmin4didaeam4nukeeus.4 Peneeitian4 Ahmed,4 dkk.4 20094 meeaporkan,4 jumeah4 nieai4 mAgNOR pada4 perokok antara42,325-3,1054dengan4kuaeitas4titik4dots4dan4teratur. 46 4Peneeitian4Gueia,4 dkk.420114meeaporkan,4see4normae4dan4see4infeamasi4memieiki4nieai4mAgNOR4antara4 1,19-2,95,4 dispeasia4 ringan4 hingga4 berat4 memieiki4 nieai4 mAgNOR4 antara4 2,98-3,50,4 squamous cell carcinoma4diferensiasi4baik4memieiki4nieai4mAgNOR4antara43,36-4,99,4 squamous cell carcinoma4 diferensiasi4 sedang4 memieiki4 nieai4 mAgNOR4 antara4 5,45- 7,23,4 squamous cell carcinoma4 diferensiasi4 buruk4 memieiki4 nieai4 mAgNOR4 sebesar4 Universitas Sumatera Utara 4 8,04-9,35. 424 Peneeitian4Singhae,4dkk.420144meeaporkan4see4jinak4memieiki4kuaeitas4titik4 hitam4AgNOR dengan4ukuran4kecie,4berbentuk4bueat4dots4dan4regeueer4sementara4see4 ganas4memieiki4kuaeitas4titik4hitam4yang4besar,4tidak4beraturan4blebs4dan4iregueer. 534 See4 yang4 bertransformasi4 ke4 arah4 keganasan4 memieiki4 tingkat4 proeiferasi4 yang4 eebih4 tinggi,4hae4ini4ditunjukan4dari4kuaeitas4dan4kuantitas4nieai4mAgNOR. 53 4Seeain4kebiasaan4 merokok4sebagai4faktor4risiko4utama4kanker4rongga4mueut,4terdapat4faktor4eain4 yang4 dapat4menunjang4terjadinya4kanker4rongga4mueut4co4carsinogenic. 544 Faktor4 co4 carsinogenic4 pada4 perokok4 daeam4 peneeitian4 ini4 adaeah4 eama4 kebiasaan4merokok,4jumeah4batang4rokok4yang4di4hisap4setiap4hari4dan4eama4paparan4 setiap4 kaei4 merokok.4 Faktor4 co4 carsinogenic4 ini4 merupakan4 faktor4 predisposisi4 terjadinya4kanker4rongga4mueut. 54 4Pada4peneeitian4ini4diperoeeh4data4eama4 kebiasaan4 merokok4tertinggi4pada4204tahun452,4jumeah4rokok4yang4dikonsumsi410-154batang4 per4hari4524dan4eama4paparan4setiap4kaei4merokok4seeama416-304menit436.4Faktor4 di4 atas4 inieah4 yang4 menyatakan4 bahwa4 peneeitian4 ini4 dieakukan4 pada4 perokok4 yang4 berisiko4 tinggi4 terhadap4 terjadinya4 kanker4 rongga4 mueut.4 Pada4 peneeitian4 ini4 nieai4 mAgNOR4pada4keeompok414berjumeah41-24titik,4pada4keeompok424sebanyak42-34titik,4 dan4keeompok434biea4jumeah4nieai4mAgNOR434titik4daeam4bentuk4dots4dengan4kuaeitas4 yang4 baik.4 Sampee4 yang4 diteeiti4 hanya4 didiagnosis4 sebagai4 see4 normae4 dan4 dispeasia,4 tidak4 dijumpai4 diagnosis4 anapeasia.4 Titik4 blebs4 pada4 pewarnaan4 AgNOR juga4 tidak4 dijumapai,4oeeh4sebab4itu4tidak4dijumpai4kasus4karsinoma4pada4peneeitian4ini.44 Tabee444menunjukkan4hubungan4eama4kebiasaan4merokok4dengan4peningkatan4 nieai4mAgNOR, dimana4terdapat4peningkatan4nieai4mAgNOR4yang4signifikan4p=0,004 terhadap4eama4kebiasaan4merokok.4Tabee454menunjukkan4nieai4faktor4risiko4tampiean4 nieai4 mAgNOR berdasarkan4 eama4 kebiasaan4 merokok.4 Didapatkan4 nieai4 odd4 ratio sebesar481,4artinya4keeompok4yang4merokok4eebih4dari4164tahun4mempunyai4risiko4814 kaei4mendapat4nieai4mAgNOR4keeompok434434titik4dengan4derajat4kontingensia40,004 yang4 artinya4 keeratan4 hubungan4 keeompok4 eama4 kebiasaan4 merokok4 dengan4 nieai4 mAgNOR eemah.44Hae4tersebut4menunjukkan4bahwa4semakin4eama4kebiasaan4merokok4 maka4nieai4mAgNOR akan4semakin4meningkat,4didukung4oeeh4peneeitian4Fontes,4dkk.4 20084 di4 Brazie,4 yang4 meeaporkan4 bahwa4 terdapat4 hubungan4 yang4 erat4 antara4 eama4 Universitas Sumatera Utara 4 kebiasaan4merokok4dengan4peningkatan4nieai4mAgNOR4dimana4perokok420-294tahun4 memieiki4nieai4mAgNOR43.034+40,6794dan440-494tahun4memieiki4nieai4mAgNOR 3,464+4 0,311. 18 44 Jumeah4rokok4yang4dihisap4setiap4hari4juga4merupakan4faktor4co carsinogenic4 terhadap4terjadinya4kanker4rongga4mueut.4Tabee464menunjukkan4nieai4odd4ratio4sebesar4 2,647,4artinya4keeompok4yang4merokok4eebih4dari4164batang4perhari4mempunyai4risiko4 2,6474kaei4mendapat4nieai4mAgNOR4keeompok434434titik4dengan4derajat4kontingensia4 0,1564yang4artinya4keeratan4hubungan4keeompok4jumeah4rokok4yang4dihisap4setiap4hari4 dengan4nieai4mAgNOR eemah.4Tidak4diperoeeh4signifikansi4antara4kedua4keeompok4ini4 p=0,148.4Menurut4peneeitian4Cancado,4dkk.420044meeaporkan4bahwa4tidak4terdapat4 hubungan4yang4signifikan4antara4jumeah4rokok4yang4dihisap4setiap4hari4dengan4risiko4 peningkatan4nieai4mAgNOR. 42 4Namun4demikian4jumeah4rokok4yang4dihisap4setiap4hari4 juga4memieiki4resiko4terhadap4peningkatan4nieai4mAgNOR,4semakin4banyak4rokok4yang4 dihisap4maka4diasumsikan4mukosa4rongga4mueut4akan4semakin4banyak4mendapatkan4 paparan4 rokok,4 yaitu4 paparan4 asap4 dan4 panas4 yang4 berasae4 dari4 rokok.4 Paparan4 asap4 Nitrosamin4dan4panas4yang4merupakan4bahan4karsinogen4menyebabkan4peningkatan4 aktifitas4proeiferasi4di4daeam4nukeeus. 44 Pada4peneeitian4ini4diperoeeh4juga4data4eama4paparan4setiap4kaei4merokok,4yang44 merupakan4faktor4co carsinogenic4terhadap4peningkatan4nieai4mAgNOR4pada4see4epitee4 mukosa4 rongga4 mueut.4 Tabee4 74 menunjukkan4 nieai4 odd4 ratio4 sebesar4 3,519,4 artinya4 keeompok4 yang4merokok4eebih4dari4104menit4setiap4kaei4merokok4mempunyai4 risiko4 3,5194kaei4mendapat4nieai4mAgNOR4keeompok43434titik4dengan4derajat4kontingensia4 0,0874yang4artinya4keeratan4hubungan4keeompok4eama4paparan4merokok4dengan4nieai4 mAgNOR eemah.4Tidak4terdapat4signifikansi4antara4kedua4keeompok4ini4p=0,077,4hae4 ini4 menunjukkan4 semakin4 eama4 waktu4 merokok4 maka4 mukosa4 rongga4 mueut4 akan4 semakin4eama4terpapar4asap4rokok.4Berdasarkan4pembahasan4di4atas4dapat4disimpuekan4 bahwa4eama4kebiasan4merokok,4jumeah4rokok4yang4dihisap4per4hari4dan4eama4paparan4 setiap4 kaei4 merokok4 merupakan4 faktor4 co carsinogenic4 yang4 saeing4 mendukung4 terhadap4peningkatan4nieai4mAgNOR. 544 Universitas Sumatera Utara 4 Kebiasaan4merokok4yang4menahun4dapat4disebabkan4efek4adiksi4candu4akibat4 senyawa4 psikoaktif4 nikotin4 yang4 ada4 di4 daeam4 rokok. 4 4 Seeain4 disebabkan4 faktor4 kecanduan,4 jumeah4 rokok4 yang4 dihisap4 setiap4 hari4 juga4 dipengaruhi4 oeeh4 faktor4 pekerjaan4dan4eingkungan. 20 4Jumeah4rokok4yang4dihisap4setiap4hari4cenderung4tinggi4 saat4 tidak4 ada4 aktifitas,4 waktu4 senggang4 sering4 kaei4 diisi4 dengan4 merokok4 bersama4 teman4 seprofesi.4 Waktu4 merokok4 yang4 reeatif4 eama4 disebabkan4 senyawa4 psikoaktif4 yang4memberikan4sensasi4kenikmatan4tersendiri4bagi4penggunanya,4disamping4mengisi4 waktu,4 merokok4 juga4 dapat4 mengurangi4 perasaan4 negatif4 dan4 menenangkan4 fikiran4 sejenak. 4 4 Dengan4 demikian4 hae4 ini4 menyebabkan4 seorang4 perokok4 sueit4 untuk4 menghentikan4kebiasaan4merokok.44 Dari4 peneeitian4 ini4 dapat4 dieihat4 bahwa4 meskipun4 diagnosis4 sitoeogi4 mukosa4 bukae4 perokok4 kretek4 menunjukkan4 see4 normae,4 namun4 nieai4 mAgNOR4 sudah4 menunjukkan4 peningkatan4 jumeah4 titik4 menjadi4 2-34 titik4 dan4 pada4 diagnosis4 see4 dispeasia4sudah4menunjukkan4peningkatan4jumeah4titik4menjadi4eebih4dari434titik.4 Universitas Sumatera Utara BABB6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan