PEMBAHASAN Efektivitas Ekstrak Jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) terhadap Bakteri Porphyromonas gingivalis secara In Vitro

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian eksperimental laboratorium ekstrak Jahe merah terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis secara in vitro menunjukkan bahwa adanya efektivitas ekstrak tersebut dalam membunuh bakteri Porphyromonas gingivalis. Nilai KBM dalam penelitian ini didapatkan dengan menghitung jumlah koloni bakteri pada media Nutrient agar menggunakan teknik visual. Ekstraksi Jahe merah dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol. Menurut Mapiliandri pada tahun 1989, etanol memberikan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstraksi n-heksan. Hal ini menunjukkan bahwa komponen yang terkandung di dalam oleoresin jahe merah cenderung polar, sehingga penggunaan pelarut yang polar akan menghasilkan rendemen oleoresin yang lebih besar dibandingkan jika menggunakan pelarut non polar. Kelebihan lain dari etanol adalah pelarut ini tidak menimbulkan bau yang menggangu seperti kloroform atau aseton, dan tidak terlalu toksik. 24 Nilai KHM pada penelitian ini tidak dapat ditentukan dengan metode dilusi cair karena kejernihan bahan coba pada tabung percobaan tidak terlihat jelas. Warna larutan ekstrak jahe merah dipengaruhi oleh kandungan oleoresin. Oleoresin jahe berwarna kuning cerah, kuning sampai coklat gelap. Kandungan utama dalam ekstrak jahe b erupa α-zingiberene, gingerol dan shogaols, jumlah senyawa ini secara signifikan dipengaruhi oleh suhu, tekanan dan pelarut. Oleoresin yang diduga menyebabkan warna kekuningan pada ekstrak jahe merupakan salah satu komponen yang tidak mudah menguap. Oleoresin jahe banyak mengandung komponen pembentuk rasa pedas yang tidak mudah menguap. Komponen oleoresin jahe teridiri atas gingerol, zingiberene, shogaol, minyak atsiri dan resin. 25,26 Konsentrasi ekstrak Jahe merah yang digunakan yaitu 100, 50, 25, 12,5 dan 6,25. Konsentrasi tersebut merujuk kepada penelitian Karima pada tahun 2007 yang melakukan pengukuran KHM dengan menggunakan konsentrasi Universitas Sumatera Utara 100, 50, 25, 12,5 dan 6,25 terhadap bakteri E. coli. Sedangkan untuk pengujian terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis belum pernah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak Jahe merah memiliki efektivitas terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis dengan nilai KBM sebesar 25. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Karima yang menyatakan bahwa ekstrak Jahe merah efektif terhadap bakteri E. coli. Konsentrasi minimum ketika E.coli tidak lagi tumbuh yaitu pada konsentrasi 25, karena pada konsentrasi 12,5-6,25 masih terdapat pertumbuhan bakteri. 27 Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis dimana pada konsentrasi 12,5 dan 6,25 juga masih terdapat pertumbuhan bakteri. Efek ekstrak Jahe merah terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis disebabkan oleh senyawa yang terdapat pada Jahe merah, diantaranya yaitu gingerol dan fenol. Gingerol memiliki aktivitas antibakteri untuk mulut dan gusi. Berdasarkan hasil-hasil penelitian diketahui bahwa senyawa fenol merupakan senyawa produk metabolisme sekunder tumbuhan yang aktif menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut Winiati pada tahun 2000 pada tumbuhan Jahe yang memiliki kemampuan daya hambat pertumbuhan pada bakteri E. coli terjadinya penghambatan terhadap pertumbuhan koloni bakteri diduga disebabkan karena kerusakan yang terjadi pada komponen struktural membran sel bakteri. Fenol pada Jahe memiliki kemampuan mendenaturasi protein dan merusak membran sel dengan cara melarutkan lemak yang terdapat pada dinding sel, karena senyawa ini mampu melakukan migrasi dari fase cair ke fase lemak. 28,29 Volk dan Wheeler 1998 mengemukakan bahwa membran sel yang tersusun atas protein dan lipid sangat rentan terhadap zat kimia yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Pelczar dan Reid 1979 menyatakan beberapa senyawa fenol juga mampu menurunkan tegangan permukaan sel. Kerusakan membran sel menyebabkan terganggunya transport nutrisi senyawa dan ion melalui membran sel sehingga sel bakteri mengalami kekurangan nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhannya. 29 Universitas Sumatera Utara Hasil uji KLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol jahe merah positif mengandung flavonoid, minyak atsiri, polifenol, dan saponin. Wresdiyati dkk menyebutkan bahwa senyawa flavonoid pada jahe seperti katekin dan asam kafeat merupakan senyawa fenolik. 30 Aktivitas antimikroba terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis dapat disebabkan oleh adanya kandungan senyawa minyak atsiri, saponin, polifenol, dan flavonoid dalam ekstrak Jahe merah yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba. Menurut Ajizah pada tahun 2004 mekanisme kerja minyak atsiri sebagai antimikroba adalah menghambat atau mematikan pertumbuhan mikroba dengan menggangu proses terbentuknya dinding sel, sehingga dinding sel tersebut tidak terbentuk atau terbentuk tetapi tidak sempurna. Sedangkan menurut Hertiani dkk saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan sel yang akan mengakibatkan kerusakan dengan naiknya permeabilitas atau kebocoran dinding sel. Flavonoid yang merupakan turunan fenol berinteraksi dengan sel mikroba sehingga terbentuk komplek fenolprotein, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis. 30 Penelitian ini menggunakan ekstrak Jahe merah Zingiber Officinale var. Rubrum yang diketahui juga mengandung banyak minyak atsiri. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kim dkk pada tahun 2005 menunjukkan bahwa kandungan minyak atsiri [6] gingerol dalam jahe merah memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian lain yang dilakukan oleh Yanotama tahun 2009 terhadap jenis bakteri yang lain menyebutkan bahwa ekstrak etanol Zingiber officinale Rosc. mempunyai nilai KBM 2,5 bv terhadap S. aureus dan nilai KBM 2 bv terhadap E. coli . Nursal dkk menyatakan bahwa ekstrak jahe Zingiber officinale Roxb dapat menghambat pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli mulai dari konsentrasi 6,0 dengan luas daerah hambat 9,5 mm 2 . Sedangkan Mariyani pada tahun 2010 menyebutkan Kadar Bunuh Minimum KBM ekstrak etanol jahe merah terhadap Candida albicans adalah 4,75 bv. 30 Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa adanya perbedaan nilai Konsentrasi Hambat Minimum KHM dan juga nilai Konsentrasi Bunuh Minimum Universitas Sumatera Utara KBM dari ekstrak Jahe merah terhadap beberapa jenis bakteri. Meskipun penelitian sebelumnya menggunakan jenis bakteri yang lain, tidak menutup kemungkinan bahwa akan menunjukkan hasil yang berbeda juga jika dilakukan terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis. Perbedaan hasil ini dimungkinkan karena perbedaan tempat tumbuh tanaman, lingkungan tempat tumbuh tanaman, dan konsentrasi komponen senyawa aktif yang terkandung di dalam ekstrak. 30 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN