Fasilitas bukan satu-satunya penghambat dalam kolaborasi antara partisipan dengan dokter. Sikap dokter yang kurang menghargai pendapat partisipan menjadi
salah satu hambatan. Dokter seringkali tidak mendengarkan dan menolak pendapat dari partisipan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:
“ Kadang ada dokter yang gak mau terima pendapat ataupun masukan dari kita. Mereka bilangnya gak usahlah kak. Ini ajalah kak. Gitu. Kita
bilang, kayaknya ginilah dok, lebih cocok begini. Kita kasih pendapat. Tapi mereka bilang, gak usahlah kak, gini ajalah kak. Biasanya dalam
pemberian obat sama perawatan luka. Seringnya di situ.” P6L9
“ Itu dia tadi, kadang pemikiran dokter yang menganggap kita bukan sebagai rekan kerja, kita dianggap bawahan, kita gak dianggap sejawat.
Dia merasa dia yang berhak atas pasiennya, segala tindakan harus keputusannya. Kita bukan mau menggurui dokter, tapi kita hanya
memberikan pendapat saja.” P7L83
5. Kolaborasi menambah pengetahuan perawat
Menurut partisipan, kolaborasi berdampak secara langsung kepada mereka. Kolaborasi membantu menambah pengetahuan mereka dalam melakukan
tindakan-tindakan medis yang sebelumnya mereka tidak tahu. Dokter mengajari partisipan bagaimana cara melakukan suatu tindakan. Hal ini diunkapkan
partisipan dalam pernyataan berikut: “ Ya, dengan kolaborasi itu, kita jadi tahu melakukan suatu tindakan.
Dokternya kasih tau sama kita, gimana cara melakukannya. Jadinya bertambah pengetahuan kita.” P4L30
Universitas Sumatera Utara
“ Waktu melakukan tindakan, jadinya kita tau gimana melakukan tindakannya. Peralatan apa aja yang dibutuhkan. Kita jadi tahu apa yang
harus kita lakukan. Kolaborasi itu banyaklah manfaatnya untuk kita. Artinya kan, gak perlu menunggu beliau, tapi kita memiliki batasan
batasannya. Dan kita tetap harus menghubungi beliau juga. Kita jadi tahu gimana melakukan tindakan dengan kolaborasi.” P5L29
6. Kolaborasi meningkatkan kondisi pasien menjadi lebih baik
Salah satu manfaat lain dari kolaborasi menurut partisipan adalah meningkatkan kondisi pasien menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
partisipan berikut: “ Untuk pasien sendiri, bisa cepat pindah ruangan dengan kolaborasi itu.
Kolaborasi dari perawatan, dari pemberian terapi, makanannya, obat obatan, tindakan, semuanya sama-sama dikerjakan, jadinya membantu
pasien cepat sehat, bisa pindah ke ruangan.” P3L19
“Pasiennya jadi cepat sembuh, cepat pindah ke ruangan, akhirnya nanti bisa cepat pulang.” P5L28
Universitas Sumatera Utara
7.
Cara mengatasi hambatan dengan dokter
Partisipan melakukan berbagai cara dalam mengatasi hambatan dengan dokter. Namun pada dasarnya partisipan tetap memberikan pendapat walaupun dokter
mendengarkan atau tidak apabila terdapat perbedaan pendapat. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:
“ Ya gimana, kan yang penting kita udah bilang pendapat kita. Kan orang beda-beda sifatnya. Ada orang yang okelah kak, kita oba dulu. Ada juga
orang yang janganlah kak, ini ajalah dikasi. Yang penting kita bilang, mau dia terima atau gak,ya terserah dia.” P4L24
“Ya, biasa aja, berpikir positif aja. Namanya pendapat, bisa diterima atau gak kalau gak diterima, kita jangan langsung sakit hati. Mereka pun kan
menolak karena ada dasar ilmu yang mereka punya. Yang pentingkan kita menyampaikan pendapat kita, soal diterima atau gak, ya urusan mereka.
Kita berpikir positif aja, jangan langsung sakit hati karena gak diterima pendapatnya.” P6L14
Universitas Sumatera Utara
8. Keputusan ada di tangan dokter