36
hari hujan, air yang tergenang di selokan akan terus mengalir sehingga larva nyamuk yang berada dalam air tersebut akan ikut mengalir.
5.2.4 Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan pH Air
Hasil pH air tempat ditemukan larva nyamuk dapat dilihat dari tabel 5.4 yang berkisar antara 6-7. Larva nyamuk mungkin hanya bisa hidup dalam air yang
berkisar antara pH 6-7. Penelitian Salit et al 1996 di Kuwait menunjukkan pH yang paling ideal untuk berkembangnya larva nyamuk adalah antara 6.27-9.78.
Menurut Clark et al, nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang menjadi pupa pada pH antara 4-11. Perkembangannya lebih cepat ketika pada pH 7 daripada pH 4
dan pH 11.
5.2.5 Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Jenis Larva
Species larva nyamuk yang ditemukan dalam penelitian ini adalah larva nyamuk Aedes sp sebanyak 53 ekor 89.8 dan larva nyamuk Culex sp sebanyak
6 ekor 10.2tabel 5.5. Larva nyamuk Aedes sp banyak ditemukan di ember yang tidak dikuras dan sampah seperti plastik, kaleng dan ban yang dibiarkan
tergenang berlama-lama. Larva nyamuk Culex sp ditemukan di selokan.Hal ini sejalan dengan penelitian serupa pada Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan
Medan Barat, Kotamadya Medan, dimana larva nyamuk Aedes sp ditemukan paling banyak 69.6, diikuti dengan larva nyamuk Culex sp 30.3 Susanti,
2013. Dalam penelitian Susanti, larva nyamuk Aedes sp ditemui pada wadah artifisial dan Culex sp ada pada genangan air tanah.
5.2.6 Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Indeks Larva
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan persentase Angka Bebas Larva ABL 48, persentase House Index HI 52, persentase Container Index CI
18.04, dan persentase Breteau Index BI 59 Tabel 5.6. Untuk ABL, HI, dan BI menunjukkan angka penularan penyakit yang tinggi. CI menunjukkan angka
penularan penyakit yang rendah karena sebanyak 327 wadah yang diperiksa hanya
Universitas Sumatera Utara
37
terdapat 59 18.04 yang mempunyai larva nyamuk. Secara keseluruhannya, Kelurahan Tanjung Rejo mempunyai resiko penularan penyakit yang tinggi,
karena ABL 50 ; HI dan BI 50. 5.2.7 Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Morfologi
A. Comb Scale
Aedes sp memiliki 2-3 deret comb scale, sedangkan Culex sp memiliki 4
deret comb scale Breeland and Loyless, 1982. Dari hasil penelitian, ditemukan sebanyak 53 larva 89.8 memiliki 2-3 deret comb scale dan 6
larva 10.2 memiliki 4 deret comb scale. B.
Siphonic tufts Larva Culex sp mempunyai 4-5 pasang siphonic tufts, sedangkan Larva
Aedes sp memilliki sepasang siphonic tuft Utrio, 1976. Dari hasil
penelitian, ditemukan sebanyak 53 larva 89.8 memiliki sepasang siphonic tufts
dan 6 larva 10.2 memiliki 4-5 pasang siphonic tufts. C.
Siphon Larva Aedes sp mempunyai siphon dengan panjang 4x dari lebar
sedangkan larva Culex sp mempunyai siphon dengan panjang 5-6x dari lebar Breedland and Loyless, 1982. Dari hasil penelitian, ditemukan
sebanyak 53 larva 89.8 memiliki panjang siphon 4x lebar basal dan 6 larva 10.2 memiliki panjang siphon 5-6x lebar basal.
D. Pecten
Larva Aedes sp memiliki 4 pecten sedangkan Culex sp memiliki 4 pecten
Utrio, 1976. Dari hasil penelitian, ditemukan 53 larva 89.8 memiliki 4 pecten dan 6 larva 10.2 memiliki 4 pecten.
E. Saddle
Larva Aedes sp dan Culex sp mempunyai saddle. Dari hasil penelitian, didapati 59 larva 100 memiliki saddle.
F. Midfrontal hairs
Aedes sp memiliki 2-4 cabang midfrontal hair sedangkan larva Culex sp
memiliki 5-7 cabang midfrontal hairs. Dari hasil penelitian, dijumpakan
Universitas Sumatera Utara
38
53 larva 89.8 yang memiliki 2-4 cabang midfrontal hairs, sedangkan 6 larva 10.2 yang memiliki 5-7 cabang midfrontal hairs.
G. Innerfrontal hair
Larva Aedes sp memiliki 2-4 cabang innerfrontal hairs, sedangkan larva Culex sp
memiliki 5-8 cabang innerfrontal hairs Utrio, 1976. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 53 larva 89.8 yang memiliki 2-4
cabang innerfrontal hairs dan sebanyak 6 larva 10.2 yang memiliki 5-8 cabang innerfrontal hairs.
Universitas Sumatera Utara
39
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan spesies, ditemukan 53 larva Aedes aegypti 89.8 dan 6
larva Culex sp 10.2. 2. Wadah yang paling banyak ditemukan nyamuk adalah wadah artifisial
yaitu sebanyak 53 wadah 89.8, diikuti selokan sebanyak 6 wadah 10.2.
3. Angka Bebas Larva ABL nyamuk adalah 48, House Index HI adalah 52, Container Index CI adalah 18 dan Breteau Index BI adalah
59. Untuk ABL, HI dan BI menunjukkan resiko penularan penyakit oleh nyamuk yang tinggi.
4. Kepadatan larva nyamuk di Kelurahan Tanjung Rejo masih tinggi dan kelurahan ini mempunyai resiko penularan penyakit oleh nyamuk yang
tinggi. 5. Penelitian ini dilakukan pada musim hujan Oktober-Nopember 2015.
Terdapat 23 larva nyamuk 39 yang ditemukan pada cuaca hujan dan 36 larva nyamuk 61 yang ditemukan pada cuaca tidak hujan.
6. Dalam penelitian ini, air yang ditemui dengan adanya larva nyamuk mempunyai pH yang berada di antara 6-7.
Universitas Sumatera Utara