Kualitas SDM Alur rujukan KIA

57 pertama kan periksanya kesini. Biasanya periksa di ruangan KIA itu..tapi berapa kali datang pegawainya sering rame didalam, jadi gak tau persis yang didalam itu pegawai yang bertanggung jawab siapa..berapa orang. Berdasarkan hasil wawancara informan diatas maka diperoleh bahwa ketersediaan sumber daya manusia puskesmas sudah mencukupi jumlah tenaga kesehatan di puskesmas. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Perumnas Bt.VI yaitu lebih dari 20 orang.Dari semua jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki puskesmas bidan merupakan tenaga kesehatan terbanyak, namun 11 orang diantaranya masih merupakan tenaga kesehatan honorer yang terdiri dari tenaga kesehatan muda.

4.4.2 Kualitas SDM

Hasil penelitian menunjukan dari 5 informan yang diwawancarai, mengatakan bahwa berdasarkan kualitas SDM yang sudah ada masih kurang baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.6 Pendapat informan tentang kualitas sumber daya manusia puskesmas No. Informan Pernyataan Informan I Kalau pasien datang kita layani, biasalah..pemeriksaan awal dulu. Sering sekali banyak yang datang tau-tau langsung mintak surat rujukan. apalagi semenjak diberlakukannya BPJS..wihhh, melonjak sekali. tapi y tugas kami menjelaskan kalau harus tetap kami periksa dulu. Kalau ternyata dari hasil pemeriksaan memang layaknya dirujuk baru kami rujuk dan sudah seharusnya peserta BPJS kan tau itu. Ada itu peraturan BPJS yang 155 penyakit yang harus bisa kami tangani. Ya Universitas Sumatera Utara 58 memang kadang-kadang peraturannya kalau saya rasa terlalu memaksa..cemana kami mau pertahankan ga merujuk dalam ruang lingkup 155 penyakit itu kalo kendala kami pun banyak.belumlah pasien ngotot-ngotot mau dirujuk, fasilitas kadang gak mendukung, macamlah…termasuk lah itu pasien KIA. Bidan koordinatornya disini kebetulan cuma 1, yang lainnya masih bidan muda. Jadi kalau ada masalah atau komplikasi hamil dan bersalin suka keteteran. Apalagi kalau pasien datang malam, bidan ga ada ditempat, mau gak mau kami rujuk. Saya juga kurang hafal sih sebenarnya masalah di KIA itu yang termasuk dalam 155 diagnosis penyakit apa aja. Pokoknya berdasarkan kemampuan kami aja kalau untuk pasien KIA nya, kalau memang ga sanggup, ya kami rujuk, daripada membahayakan pasiennya. Tapi kalau masih yang normal-normal aja pasti kami yang atasi. Informan II Sebelum dan sesudah BPJS berbedalah..kalau ditanya apa bedanya, dari segi jumlah pasien jelas-jelas meningkat sekali. Jumlah pegawai juga tambah banyak, tapi pegawai honor daerah, rata-rata masih muda-muda. Ke KIA ini sendiri juga gak kalah banyak dengan pasien poli umum. Peraturan BPJS yang 155 diagnosis itu? Ada sih beberapa yang saya tau, tapi banyakan yang lupa..hehehe..banyak kali. Ga berpatokan sama itu lah dek..harus disesuaikan juga sama kemampuan puskesmasnya lah. Kalau saya pribadi ya pasien yang masih bisa saya bantu, saya bantu. Kayak ANC biasakan..mmm.. trus persalinan normal juga kami layani. Tapi lebih banyak pasien non BPJS yang bersalin disini. Kalau yang BPJS, apalagi yang udah golongan tinggi-tinggi itu mana mau lagi kesini. Ya awak maklum ajalah dek, sedangkan saya pribadi aja kalau bisa ke fasilitas yang lebih bagus, ngapain kesini, toh sama-sama gratis. Merujuk pasien gawat darurat pernah, Universitas Sumatera Utara 59 waktu itu ketuban pecah dini. Padahal belum ada tanda-tanda persalinan, saya langsung panggil dokter untuk periksa. Menurut dokter dirujuk saja, karena biar ditangani sama yang lebih ahli kandungan. Pelatihan pernah, mulai ada BPJS itu lah, tapi paling sekali 3 bulan, Kalo APN memang blum pernah saya ikuti. Semenjak BPJS ini perbandingan yang dirujuk dengan yang dilayani hampir samalah. Informan III Saya tinggal mencatat pasien yang meminta rujukan yang sudah dari dokter duluan. Ada sih beberapa yang saya tau dari 155 diagnosis penyakit peraturan BPJS itu yang kami langgar tetap rujuk, bahkan sudah berapa kali juga dapat teguran dari pihak BPJS nya, tapi mau bagaimana. Kami sih masih berusaha mengurangi jumlah rujukan..ya tapi..masih proseslah. Informan V Kalau saya rasa masih kurang ya..Dulu kira-kira berapa tahun yang lalu yah..ehh.sekitar 2 tahun lah saya periksa hamilnya disini. Dulu kan blum punya kartu BPJS, masih umum. Kan lebih murah yah kalau disini. Tapi waktu bersalin nya itu yang gak enak..namanya orang bersalin kan malam hari biasanya, eh puskesmasnya tutup. Waduhh..kebingungan lah suami saya. Saya udah kesakitan setengah mati..untung saja rumah sakit ga begitu jauh dari puskesmas nya, langsung dibawa suami saya kerumah sakit. Ternyata posisi bayi saya waktu itu sungsang. Terkejut donk saya, padahal selama pemeriksaan sampai hamil tua gak ada dikasih tau gitu sama bidannya. Semenjak BPJS ini saya pernah 2 atau 3 kali lah kesini, ini ketiga kalinya, saya mau minta surat rujukan ke rumah sakit, mau bersalin disana ajah. Kemarin kesini bawa suami berobat ke poli gigi, lama kali dilayanin, dokternya malah dibilang lagi beli makan. Saya lihat pegawainya kebanyakan, jadi seringan Universitas Sumatera Utara 60 gossip, kadang suka ngerasa gak dilayanin betul- betul.Tergantung kenyamanan aja sih. Pokoknya periksa, mau kemana periksanya yang penting kitanya enak, gak ada keraguan. Berdasarkan hasil wawancara kepada informan, kualitas sumber daya manusia Puskesmas Perumnas Bt.VI masih kurang.Dalam hal informasi 155 diagnosa penyakit masih ada yang belum mengetahui.Hasil wawancara informan juga mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman informan ketika memerlukan pelayanan ke puskesmas petugas tidak ada ditempat saat dalam jam bekerja. untuk Kabupaten Simalungun ada dilakukan pelatihan untuk tenaga kesehatan termasuk dokter, bidan dan perawat, namun pelatihan yang dilakukan belum memberikan dampak apapun karena sejauh ini pelatihan yang dilakukan di dinas kesehatan tersebut hanya berupa pemberian teori-teori mengenai kesehatan. 4.4.3 Ketersediaan Fasilitas dan Sarana Kesehatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan menyatakan bila sarana prasarana di Puskesmas Perumnas Bt.VIkhusus untuk KIA masih kurang lengkap. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini : Tabel 4.7 Pendapat informan tentang ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan No. Informan Pernyataan Informan I Jujur memang saya akui puskesmas kami ini kalau dari segi ketersedian fasilitas masih kurang lah memang. Lab kami ga lengkap,paling ada untuk test TB yang lengkap. ambulance ada, tapi ga pernah dipakai juga, karena disini kendaraan umum kan mudah dijangkau. Kalau di bagian Universitas Sumatera Utara 61 KIA memang kurang sih.. USG blum ada.mmm..itu juga.. kami blum ada itu alat-alat penting untuk kegawatdaruratan..peralatan utama aja.ya kayak partus set, oksigen ada, tapi cuma satu, itupun isinya gak ada kalau ga salah, belum di isi-isi udah lama. Informan II Masih kurang sih kalau menurut saya..apalagi kalau harus mengikuti yang 155 penyakit itu. USG aja kami gak ada.oksigen ada tapi isinya kosong. Kayak vakum, kami juga gak ada itu, pensteril alat kami masih pakai yang system rebus, belum yang listrik itu. apalagi yah..hmmm…itulah dek, kalau peralatan untuk yang normal-normal aja ada kami.. Informan V Yang lain-lain apa aja alatnya saya kurang ngerti y..tapi yang saya tau kalau mau USG ga bisa..ga ada alatnya disitu. Dari hasil wawancara informan dapat diketahui bahwa fasilitas yang seharusnya ada dan sangat penting dalam memberikan pelayanan namun tidak ada seperti : oksigen, USG, vakum, sterilisator, check HB, serta lainnya yang dapat menunjang pemeriksaan pada penegakan diagnosa dan pemberian tindakan. Mereka juga mengakui bahwa jumlah sarana dan prasarana memang belum memadai atau belum sesuai dengan standar yang berlaku sehingga peningkatan rujukan di puskesmas belum dapat diatasi puskesmas. Universitas Sumatera Utara 62

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Alur Rujukan terhadap Jumlah rujukan KIA Puskesmas Perumnas Bt. VI Pematang Siantar

Dalam Buku Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang Badan penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan tahun 2014 Sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah Penyelenggaraan Pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan seluruh fasilitas kesehatan. Menurut Kemenkes RI Tahun 2013 dalam pedoman penyelenggaraan puskesmas PONED kebutuhan merujuk pasien tidak hanya dalam kondisi kegawatdaruratan saja, akan tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani oleh fasilitas pelayanan rawat inap. Rujukan merupakan komponen penting dan sering menjadi alternative dalam pelayanan kesehatan ibu dan BBL, terutama dalam kasus darurat obstetri dan BBL dimana para pencari pelayananan kesehatan harus mencapai tingkat tinggi perawatan yang dibutuhkan baik dalam kasus kecil dan kasus fatal waktu. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 50 dari jumlah rujukan yang dirujuk oleh puskesmas menunjukkan bahwa proses alur rujukan sudah sesuai dengan proses rujukan yang seharusnya yaitu melalui pemeriksan ke puskesmas terlebih dahulu dan dirujuk oleh pihak puskesmas. kasus yang pernah dirujuk langsung oleh pihak puskesmas antara lain perdarahan post partum dn Universitas Sumatera Utara