Uji heteroskedastisitas Uji otokorelasi

commit to user 75 regresi. Menurut Santoso 2001 pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel prediktor lainnya. Tabel 17. Tabel Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant .647 2.000 .324 .747 kecanduan internet .287 .061 .818 4.709 .000 .362 2.761 Kecemasan .047 .042 .193 1.110 .272 .362 2.761 a. Dependent Variabel: insomnia Berdasarkan hasil penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa nilai variance inflation factor VIF kedua variabel prediktor, yaitu variabel kecanduan internet dan kecemasan adalah 2,761. Hal ini menunjukkan bahwa antarvariabel prediktor tidak terdapat persoalan multikolinearitas karena nilai VIF yang didapat kurang dari 5.

b. Uji heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dalam regresi linear berganda adalah uji heterokedastisitas. Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lain. Pada analisis regresi, salah satu asumsi yang harus terpenuhi adalah bahwa varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar satu varians dari residual. Gejala varians yang tidak sama ini disebut dengan gejala heterokedastisitas, sedangkan adanya gejala varians residual yang sama dari satu pengamatan ke commit to user 76 pengamatan yang lain disebut dengan homokedastisitas. Salah satu uji untuk menguji heterokedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual Santosa dan Ashari, 2005 Gambar 2. Gambar Scatter Plot Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil analisis uji heteroskedastisitas menggunakan scatter plot terlihat bahwa penyebaran residual residual adalah tidak teratur. Hal tersebut dapat commit to user 77 dilihat pada plot yang terpencar dan tidak membentuk pola tertentu, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi gejala homokedastisitas atau persamaan regresi memenuhi asumsi heterokedastisitas.

c. Uji otokorelasi

Uji otokorelasi digunakan untuk mendeteksi apakah variabel kriterium tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai periode sesudahnya. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya otokorelasi dalam model regresi. Pengujian otokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji DW Durbin-Watson. Cara membaca hasil analisis yaitu dengan kriteria pengambilan jika nilai DW = 2, maka tidak terjadi otokorelasi sempurna sebagai rule of tumb aturan ringkas. Jika nilai DW diantara 1,5 sampai dengan 2,5 maka data tidak mengalami otokorelasi. Apabila nilai DW 1,5 disebut memiliki otokorelasi positif, dan apabila nilai DW 2,5 sampai dengan 4 disebut otokorelasi negatif Priyatno, 2010. Tabel 18. Tabel Hasil Otokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .674 a .454 .432 2.005 1.656 a. Predictors: Constant, kecemasan, kecanduan internet b. Dependent Variabel: insomnia Berdasarkan output di atas didapat nilai DW yang dihasilkan dari model regresi adalah 1,656. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data n=53, serta k=2 maka dengan dl=1,4797 dan du=1,6359 diketahui bahwa d terletak antara du dan 4-du yang berarti tidak ada otokorelasi. commit to user 78

3. Hasil uji hipotesis

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA AKTUALISASI DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Aktualisasi Diri Dengan Kecanduan Internet Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 5 15

HUBUNGAN ANTARA AKTUALISASI DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Aktualisasi Diri Dengan Kecanduan Internet Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 17

HUBUNGAN SELF-EFFICACY, DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KECEMASAN MAHASISWA YANG SEDANG Hubungan Self-Efficacy, Dan Motivasi Berprestasi Dengan Kecemasan Mahasiswa Yang Sedang Mengerjakan Skripsi.

0 3 14

HUBUNGAN SELF-EFFICACY, DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KECEMASAN MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI. Hubungan Self-Efficacy, Dan Motivasi Berprestasi Dengan Kecemasan Mahasiswa Yang Sedang Mengerjakan Skripsi.

0 2 18

PERBEDAAN INSOMNIA PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DAN BELUM MENGERJAKAN SKRIPSI.

1 4 9

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT.

0 1 12

Hubungan antara Kecemasan dengan Dispepsia Fungsional pada Pegawai FK UNS yang Mendekati Batas Usia Pensiun.

3 4 5

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DAN PARENTING ATTACHMENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FK UNS.

0 0 16

DAN KECEMASAN PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA INTROVERSITAS DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA MAHASISWA - Unika Repository

0 0 48