BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel tipe pemerintahan daerah secara parsial berpengaruh
negatif terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah di Indonesia.
2. Variabel kompetisi politik secara parsial berpengaruh positif
terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah di Indonesia.
3. Variabel opini audit secara parsial tidak berpengaruh terhadap
pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah di Indonesia.
4. Variabel tipe pemerintahan daerah, kompetisi politik, dan opini
audit secara simultan berpengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti variabel
independen lain yang dapat berpengaruh terhadap pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah di
Indonesia selain dari variabel-variabel yang sudah ada. 2.
Memilih tahun amatan yang terbaru karena adanya perubahan dari tahun ke tahun yang menyebabkan hasil penelitian mungkin akan
berubah. 3.
Menggunakan ukuran lain yang lebih mewakili dari variabel yang diteliti.
4. Penelitian ini menggunakan tahun amatan satu tahun sehingga hasil
penelitian tidak bias menunjukkan kecenderungan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama sehingga diharapkan peneliti
selanjutnya dapat menggunakan tahun amatan yang lebih lama. 5.
Penelitian ini meneliti ada tidaknya pelaporan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah di internet. Bagi peneliti
selanjutnya dapat menambah luas penelitian dengan meneliti banyaknya informasi keuangan yang tercantuk dalam laporan
keuangan yang di laporkan di internet melalui website masing- masing pemerintahan daerah.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Pemerintahan Daerah di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dituliskan bahwa pemerintahan
daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan daerah di Indonesia terbagi atas
pemerintahan daerah provinsi dimana setiap pemerintahan darah provinsi dibagi lagi atas pemerintahan daerah kota dan pemerintahan daerah
kabupaten. Setiap pemerintahan daerah memiliki kepala daerah masing- masing dan penyelenggaraannya diatur dalam undang-undang.
Yang termasuk ke dalam pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah di dalamnya. Daerah provinsi dipimpin oleh
Gubernur, daerah kota dipimpin oleh Walikota, dan daerah kabupaten dipimpin oleh Bupati. Kepala daerah berperan sebagai badan eksekutif.
Hal itu tertuang di dalam UU Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 14, yang artinya kepala daerah
Universitas Sumatera Utara
menyusun dan menyampaikan anggaran untuk mendapatkan persetujuan, kemudian melaksanakannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
setelah mendapatkan persetujuan. Hal tersebut juga ditegaskan di dalam PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa
pemegang kekuasaan pengelolaan keuanga daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan
keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. Semenjak UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah
diberlakukan, pemilihan kepala daerah lebih bersifat demokrasi. Pilkada dilakukan secara langsung dimana terbuka kesempatan bagi calon
independennonparpol untuk maju mengikuti pilkada. Proses penyaringan bakal calon dilaksanakan secara terbuka dengan mewajibkan tiap
parpolgabungan parpol mengumumkan proses dan hasil penyeleksian kepada masyarakat. Kewenangan politik yang dulu ada pada DPRD untuk
memilih kepala daerah kini telah diserahkan kepada rakyat untuk memilih langsung dengan mekanisme yang telah diatur.
Di dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah dikatakan bahwa pemerintah daerah melaksanakan otonomi seluas-
luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat. Pemerintahan daerah
berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan lainnya untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan yang berdampak
pada perimbanganpembagian keuangan pusat ke daerah.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan wewenang antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang dengan memperhatikan keberagaman
dan kekhususan daerah serta dilaksanakan secara adil dan selaras dengan undang-undang.
2.1.2 Tipe Pemerintahan Daerah
Tipe pemerintahan daerah dalam penelitian ini terbagi atas pemerintahan daerah provinsi dimana setiap pemerintahan darah provinsi
dibagi lagi atas pemerintahan daerah kota dan pemerintahan daerah kabupaten. Daerah provinsi dipimpin oleh Gubernur, daerah kota dipimpin
oleh Walikota, dan daerah kabupaten dipimpin oleh Bupati. Kepala daerah berperan sebagai badan eksekutif.
Dalam UU Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 14, kepala daerah menyusun dan
menyampaikan anggaran untuk mendapatkan persetujuan, kemudian melaksanakannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan setelah
mendapatkan persetujuan. Dalam PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah juga dijelaskan, bahwa pemegang
kekuasaan pengelolaan keuanga daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan daerah. Penduduk di pemerintah kabupaten pada umumnya melakukan
urbanisasi. Menurut Ingram 1984 dalam Laswad, dkk 2005, urbanisasi membantu pembentukan koalisi, yaitu gabungan pemilih individu,
Universitas Sumatera Utara
sehingga kepala daerah memiliki dorongan yang lebih besar untuk memberikan informasi guna pemantauan secara proporsional dengan
wilayah metropolitan yang memiliki jumlah penduduk yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah desa yang memiliki jumlah penduduk relatif
kecil. Hal tersebut berarti di wilayah metropolitan yang memiliki jumlah penduduk yang lebih besar akan meyebabkan tingkat pemantauan yang
lebih tinggi sebagai akibat dari terbentuknya koalisi hasil dari urbanisasi yang terjadi. Oleh karena itu kepala pemerintahan daerah akan lebih
memilih untuk melakukan pelaporan keuangan di internet di wilayah metropolitan yang memiliki jumlah penduduk yang relative besar
dibandingkan dengan di wilayah desa yang memiliki jumlah penduduk yang relatif kecil.
2.1.3 Kompetisi Politik
Menurut Bardhan dan Yang 2004 kompetisi politik adalah kompetisi untuk mendapatkan kekuasaan mengendalikan pemerintahan
dan mengalokasikan sumberdaya yang tersedia untuk kepentingan politik dan kepentingan masyarakat. Menurut Downs 1957, kompetisi politik
diartikan sebagai kompetisi antara kandidat untuk mendapatkan suara terbanyak dari pemilih untuk menjalankan suatu platform kebijakan yang
layak dijalankan. Olson 2000 menunjukkan bahwa kompetisi politik akan mempengaruhi cara pemerintah mengelola ekonomi. Kompetisi
politik akan mendorong penguasa untuk mengalokasikan sumberdaya ke arah yang lebih produktif dan bermanfaat untuk seluruh golongan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Semakin tinggi kompetisi yang dihadapi penguasa, maka penguasa akan mengarahkan manfaat dari pengalokasian sumberdaya
kepada perwakilan masyarakat yang terpenting. Semakin besar kompetisi politik suatu pemerintahan daerah maka
akan semakin besar kecenderungan kepala daerah untuk menyediakan informasi Baber, 1983 dalam Laswad, dkk 2005 karena akan
menanggung biaya pengawasan yang lebih besar dari saingan politiknya. Salah satu cara penyediaan informasi yang dapat dilakukan adalah
menggunakan internet sebagai media pelaporan keuangan. Oleh karena itu daerah yang memiliki kompetisi politik yang tinggi akan memiliki
kecendrungan untuk melakukan pelaporan keuangan di internet sebagai akibat pemantauan yang tinggi oleh para pesaing politiknya dibandingkan
dengan daerah yang memiliki kompetisi politik yang rendah.
2.1.4 Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Pelaporan keuangan merupakan suatu bentuk pengungkapan informasi keuangan. Pelaporan keuangan lebih luas dari pada laporan
keuangan Bastian, 2006. Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses akuntansi yang menggambarkan bagaimana informasi keuangan
disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosial Negara.
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh febriyanty 2011, dicantumkan bahwa informasi keuangan yang dibutuhkan berdasarkan
riset terdahulu diantaranya adalah informasi kondisi keuangan, kinerja,
Universitas Sumatera Utara
perencanaan dan penganggaran. Informasi tersebut dapat dilihat dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD, Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
Dari semua peraturan dan ketentuan tentang pelaporan keuangan daerah, tidak ada satupun yang mengatur mengenai media yang digunakan
untuk penyebaran informasi keuangan pemerintahan daerah. Meskipun begitu, pemerintah daerah dapat menyediakan informasi keuangan oleh
karena pemerintah daerah beranggapan bahwa informasi tersebut dapat berguna bagi pihak luar dan mengungkapkannya dengan sukarela. Bila
suatu pemerintahan daerah melakukan pelaporan keuangan di internet, hal tersebut merupakan suatu bentuk pelaporan keuangan yang dilakukan
secara sukarela, bukan karena untuk memenuhi tuntutan undang-undang maupun peraturan yang lainnya.
APBD merupakan rencana operasional keuangan pemerintahan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah. Setiap
pemerintahan daerah berkewajiban untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja guna pertanggungjawaban terhadap
pelaksanaan APBD. Di dalam UU Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan daerah dijelaskan bahwa APBD terdiri atas
anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan. Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-
lain pendapatan yang sah. Belanja daerah dirinci menurut organisasi,
Universitas Sumatera Utara
fungsi, dan jenis belanja. Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut
dalam peraturan daerah tentang APBD. Dalam hal perkiraan surplus,ditetapkan penggunaan surplus tersebut dalam peraturan daerah
tentang APBD. Fungsi APBD sesuai dengan yang tertuang di dalam Permendagri
No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara, yaitu :
1. Fungsi otorisasi, berarti bahwa anggaran daerah menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan
2. Fungsi perencanaan, berarti bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan
3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran daerah menjadi pedoman
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketetentua yang yang telah ditetapkan
4. Fungsi alokasi, berarti bahwa aggaran daerah harus diarahkan
untuk menciptakan lapangan kerja atau mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perkonomian. 5.
Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan
Universitas Sumatera Utara
6. Fungsi stabilisasi, berarti bahwa anggaran pemerintahan daerah
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
Menurut Mardiasmo 2002, proses penyusunan anggaran memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Membantu pemerintah untuk mencapai tujuan fiscal dan meningkatkan
koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah 2.
Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik dalam proses pemroritasan
3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja
4. Meningkatkan transparansi dan tanggung jawab pemerintah kepada
masyarakat luas Sesuai dengan Pernyataan Nomor 1 Standar Akuntansi
Pemerintahan tentang Penyajian Laporan Keuangan, laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat
dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan :
1. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah 2.
menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah
3. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi 4.
menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggaran 5.
menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitas dan memenuhi kebutuhan kasnya
6. menyediakan informasi mengenai
potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
7. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan
entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan
prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang
berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan
keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai : a.
indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai degan anggaran; dan
Universitas Sumatera Utara
b. indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai
dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPRDPRD.
Komponen-komponen yang terdapat di dalam satu set laporan keuangan pokok adalah :
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi anggaran berisi ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah,
yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintahan daerah mengenai asset, kewajiban, dan ekuitas dana pada periode tertentu.
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas dalam satu periode, dan saldo
kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. d.
Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan berisi tentang penjelasan naratif
atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas.
Sebagai dampak dari dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang berisi tentang instruksi kepada pemimpin instansi
Universitas Sumatera Utara
pemerintah, termasuk kepala daerah, untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja intansi pemerintah dalam rangka lebih meningkatkan kinerja dan
pemerintahan yang bertanggung jawab, maka disusunlah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP sebagai alat untuk melaksanakan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. LAKIP berisi informasi tentang uraian daerah dalam mencapai tujuan dan sasaran strategis dalam rangka
pencapaian visi dan misi serta agenda pembangunan daerah yang dijabarkan lagi melalui program-program pembangunan. Laporan ini juga
memuat aspek penting bidang keuangan yang secara langsung mengaitkan hubungan yang tidak terpisah antara dana masyarakat yang dibelanjakan
dengan hasil atau manfaat yang diterima oleh masyarakat. Penyusunan LAKIP berpedoman kepada Keputusan Kepala
Lembaga Administrasi Negara LAN Nomor 239IX682003. Dalam penelitian Solikin 2006 dijelaskan bahwa pada keputusan tersebut
dijelaskan Rencana Strategis yang berisi visi, misi, tujuan, sasaran, dan cara mencapai sasaran tersebut dalam bentuk uraian kebijakan dan
program. Dalam LAKIP terdapat dua formulir untuk mengukur kinerja, yaitu formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan PKK dan formulir
Pengukuran Pencapaian Kinerja PPS. LAKIP memiliki dua bagian akuntabilitas kinerja, yaitu
akuntabilitas kinerja dan akuntabilitas keuangan. Akuntabilitas kinerja meliputi evaluasi dan analisis kinerja kegiatan serta evaluasi dan analisis
pencapaian sasaran. Sedangkan akuntabilitas keuangan berisi alokasi dan
Universitas Sumatera Utara
sumber pembiayaan serta realisasi anggaran untuk membiayai program dan kegiatan, termasuk penjelasan tentang efisiensi.
Selain Instruksi Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 mengenai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Keputusan LAN Nomor
239IX682003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, penyusunan LAKIP juga
memperhatikan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
2.1.5 Opini Audit oleh BPK
Pada awal perkembangannya auditing hanya dimaksudkan untuk mencari dan menemukan kecurangan serta kesalahan, kemudian
berkembang menjadi pemeriksaan laporan keuangan untuk memberikan pendapat atas kebenaran penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga
menjadi salah satu faktor dalam pengambilan keputusan. Menurut Arens and Loebbecke Auditing: An Integrated Approach,
eight edition, 2000:9, Audit adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai informasi untuk menentukan dan
melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Proses audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independent. Menurut The American Accounting Association’s Committee on
Basic Auditing Concepts Auditing: Theory And Practice, edisi 9, 2001:1- 2 audit merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
Universitas Sumatera Utara
mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan umtuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan. Menurut William F. Meisser, Jr Auditing and Assurance Service,
A Systematic Approach, 2003:8 audit adalah proses yang sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan kejadian
ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang telah ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut
dikomunikasikan kepada pihak pengguna yang berkepentingan.
Menurut Sukrisno Agoes 2004, ditinjau dari luasnya
pemeriksaan, maka jenis-jenis audit dapat dibedakan atas:
1. Pemeriksaan Umum General Audit, yaitu suatu pemeriksaan umum
atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik KAP yang independen dengan maksud untuk memberikan opini
mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. 2.
Pemeriksaan Khusus Special Audit, yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang hanya terbatas pada permintaan auditee yang dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik KAP dengan memberikan opini terhadap bagian dari laporan keuangan yang diaudit, misalnya pemeriksaan
terhadap penerimaan kas perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Orang yang melakukan audit disebut dengan auditor. Arens Loebbecke dalam bukunya Auditing Pendekatan Terpadu yang diadaptasi
oleh Amir Abadi Jusuf menggolongkan auditor menjadi beberapa golongan, yaitu :
1. Auditor Pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit
atas keuangan pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Auditor Eksternal Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan BPK sebagai perwujudan dari Pasa 23E ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi Untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.. ayat 2 Hasil
pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD sesuai dengan kewenangannya. BPK merupakan badan
yang tidak tunduk kepada pemerintah sehingga diharapkan dapat bersikap independen.
b. Auditor Internal Pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah APFP yang dilaksanakan oleh BPKP, Inspektorat Jenderal DepartemenLPND, dan Badan
Pengawas Daerah. 2.
Auditor Intern merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Tugas utamanya ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.
3. Auditor Independen atau Akuntan Publik adalah melakukan fungsi
pengauditan atas Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan terbuka, yaitu perusahaan
yang go public, perusahaan-perusahaan besar dan juga perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari laba.
Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu KAP. 4.
Auditor Pajak, Direktoral Jenderal Pajak yang berada dibawah Departemen Keuangan Republik Indonesia, bertanggungjawab atas
penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksanaan DJP di
lapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak. Hasil akhir dari audit adalah adanya laporan audit yang berupa
opini audit. Opini audit menurut kamus standar akuntansi Ardiyos, 2007 adalah laporan yang diberikan seorang akuntan public terdaftar sebagai
hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan.
Sedangkan menurut kamus istilah akuntansi Tobing, 2004 opini audit merupakan suatu laporan yang diberikan oleh auditor terdaftar yang
menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan norma atau aturan pemeriksaan akuntan disertai dengan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan yang diperiksa. Opini audit diberikan oleh auditor
Universitas Sumatera Utara
melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang
diauditnya. Opini audit menurut Standar Profesional Akuntan PSA29 terbagi
atas 5 jenis, yaitu: 1.
Opini Wajar Tanpa Pengecualian Unqualified Opinion Adalah pendapat yang diberikan ketika audit telah dilaksanakan
sesuai dengan Standar Auditing SPAP, auditor tidak menemukan kesalahan material secara keseluruhan laporan keuangan atau tidak
terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku SAK. Bentuk laporan ini digunakan apabila terdapat keadaan berikut:
a. Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan
auditor telah menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga ia dapaty memastikan kerja lapangan telah ditaati.
b. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan
kerja. c.
Laporan keuangan yang di audit disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim yang berlaku di Indonesia yang ditetapkan
pula secara konsisten pada laporan-laporan sebelumnya. Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada catatan kaki
dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
d. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti no material
uncertainties mengenai perkembangan di masa mendatang yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya atau dipecahkan secara
memuaskan.
2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan
Modified Unqualified Opinion Adalah pendapat yang diberikan ketika suatu keadaan tertentu yang
tidak berpengaruh langsung terhadap pendapat wajar. Keadaan tertentu dapat terjadi apabila:
a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas pendapat auditor
independen lain.’ b.
Karena belum adanya aturan yang jelas maka laporan keuangan dibuat menyimpang dari SAK.
c. Laporan dipengaruhi oleh ketidak[pastian peristiwa masa yang
akan datang hasilnya belum dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit.
d. Tersapat keraguan yang besar terhadap kemampuan satuan usaha
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. e.
Diantara dua periode akuntansi terdapat perubahan yang material dalam penerapan prinsip akuntansi.
f. Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM namun
tidak disajikan.
Universitas Sumatera Utara
3. Opini Wajar Dengan Pengecualian Qualified Opinion
Adalah pendapat yang diberikan ketika laporan keuangan dikatan wajar dalam hal yang material, tetapi terdapat sesuatu penyimpangan
kurang lengkap pada pos tertentu, sehingga harus dikecualikan. Dari pengecualian tersebut yang dapat mungkin terjadi, apabila:
a. Bukti kurang cukup
b. Adanya pembatasan ruang lingkup
c. Terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang
berlaku umum SAK.
Menurut SA 508 paragraf 20 IAI, 2002:508.11, jenis pendapat ini diberikan apabila:
1. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
lingkup audit yang material tetapi tidak m,empengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
2. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.
Universitas Sumatera Utara
4. Opini Tidak Wajar Adverse Opinion
Adalah pendapat yang diberikan ketika laporan secara keseluruhan ini dapat terjadi apabila auditor harus memberi tyambahan paragraf untuk
menjelaskan ketidakwajaran atas laporan keuangan, disertai dengan dampak dari akibat ketidakwajaran tersebut, pada laporan auditnya.
5. Opini Tidak Memberikan Pendapat Disclaimer of opinion
Adalah pendapat yang diberikan ketika ruang lingkup pemeriksaan yang dibatasi, sehingga auditor tidak melaksanakan pemeriksaan sesuai
dengan standar auditing yang ditetapkan IAI. Pembuatan laporannya auditor harus memberi penjelasan tentang pembatasan ruang lingkup oleh
klien yang mengakibatkan auditor tidak memberi pendapat. Sementara pada prakteknya dalam audit laporan keuangan pemda
opini BPK secara bertingkat terdiri dari: Tidak Wajar TW, Tidak Memberikan Pendapat TMP, Wajar Dengan Pengecualian WDP, dan
yang terbaik adalah Wajar Tanpa Pengecualian WTP. Semakin tinggi penyimpangan dalam laporan keuangan pemda
akan mendorong pemda untuk menutupi informasi yang dimiliki, sehingga tingkat pengungkapan laporan keuangan menjadi rendah Handayani,
2010.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Pelaporan Keuangan di Internet
Pelaporan keuangan di internet merupakan bentuk pelaporan yang dilakukan secara suakrela voluntary disclosure. Terdapat tiga cara
penyajian laporan keuangan melalui website, yaitu : 1.
Membuat duplikat laporan keuangan yang sudah dicetak ke dalam format electronic paper.
2. Mengkonversi laporan keuangan ke dalam format HTML
Hypertext Markup Language 3.
Meningkatkan pencantuman laporan keuangan melalui website sehingga lebih mudah diakses oleh pihak yang berkepentingan
daripada laporan keuangan dalam format cetak. Menurut Styles dan Tennyson 2007, suatu cara yang mungkin
paling nyaman dan cost effective bagi pihak pemerintahan untuk menyebarkan informasi di zaman sekarang adalah dengan menggunakan
internet. Hal tersebut sudah menjadi perhatian dari Governance Finance Officers Associatiton GFOA di Amerika Serikat. GFOA meyakini
banyak manfaat dari publikasi dengan menggunakan media internet, antara lain:
1. Meningkatkan kepedulian terhadap dokumen. Pemerintah daerah akan
sangat peduli terhadap dokumen-dokumen daerah karena sewaktu- waktu dokumen tersebut harus dapat dipublikasikan
2. Meningkatkan pemakaian oleh stakeholders. Laporan keuangan
pemerintah dan dokumen anggaran menyediakan sumber informasi
Universitas Sumatera Utara
yang penting bagi partisipasi stakeholders dalam proses penganggaran pemerintahan dan demonstrasi akuntabilitas keuanganGFOA, 2003.
Internet menyediakan kesempatan yang relatif mudah dan cost effective untuk menyediakan informasi keuangan bagi semua stakeholder
Lavigne, 2002 dalam Styles dan Tennyson, 2007. 3.
Merupakan alat analisis yang lebih mudah untuk diaplikasikan. Informasi keuangan yang disediakan di internet dalam format
elektronik seperti berkas kertas kerja spreadsheet atau eXtensible Financial Reporting Markup Language XFRML memungkinkan
pengguna untu lebih mudah dan lebih luas dalam menganalisis data keuangan Lymer, dkk 1999; Trites 1999; FASB,2000 dalam Styles
dan Tennyson, 2007. 4.
Mencegah kelebihan pengungkapan dan menghemat biaya publikasi. Styles dan Tennyson 2007 berpendapat bahwa informasi keuangan
yang dipublikasikan secara elektronik dapat menjangkau lebih banyak pengguna namun tidak meningkatkan biaya cetak dan distribusi.
2.1.7 Teori Legitimasi
Teori Legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkesinambungan mencari cara untuk meyakinkan bahwa organisasi
tersebut beroperasi dalam batasan-batasan dan norma-norma yang ada dalam masyarakat, dengan begitu organisasi tersebut berusaha meyakinkan
bahwa aktivitas yang dilakukan oleh organisasi dipedulikan oleh pihak- pihak luar Deegan, 2000. Legitimasi dapat dikatakan sebagai manfaat
Universitas Sumatera Utara
atau sumber potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup Asforth dan Gibs, 1990 dalam Ghozali dan Chariri, 2007. Legitimasi organisasi dapat
dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat Ghozali
dan Chariri,2007. Menurut Deegan 2000, teori legitimasi meyakinkan suatu
gagasan bahwa terdapat “kontrak sosial” antara orgasiasi dengan lingkungan tempat organisasi beroperasi. Konsep “kontrak sosial”
digunakan untuk menunjukkan harapan masyarakat tentang cara yang seharusnya dilakukan organisasi dalam melakukan aktivitas. Harapan
masyarakat tersebut dapat bersifat eksplisit dan eksplisit. Bentuk eksplisit dari kontrak social tersebut adalah persyaratan legal, sementara bentuk
implicit dari kontrak social tersebut adalah harapan masyarakat yang tidak tercantum dalam peraturan legal. Teori legitimasi menganjurkan organisasi
untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerja organisasi tersebut dapat diterima oleh masyarakat.
Demikian halnya dengan pemerintahan daerah. Dewasa ini, seiring dengan adanya jaminan akan demokrasi pasca reformasi, masyarakat
menjadi semakin kritis dalam mengawasi pengelolaan keuangan daerah. Kesadaran masyarakat semakin meningkat untuk memiliki pemerintahan
yang bersih, akuntabel, dan transparan dalam mengelola keuangan daerah. Seiring dengan harapan masyarakat yang berubah, pemerintah daerah juga
harus dapat berubah dan beradaptasi. Pemerintah daerah dikatakan efektif
Universitas Sumatera Utara
apabila dapat bereaksi dengan cepat terhadap perubahan yang menjadi perhatian Deegan, 2000.
Untuk memenuhi harapan masyarakat akan pemerintahan yang bersih, pemerintah daerah dapat melakukan pelaporan keuangan di internet
secara sukarela. Pelaporan keuangan di internet secara sukarela merupakan suatu bentuk publikasi infrormasi keuangan yang mengandung nilai
akuntabilitas serta merupakan wujud transparansi atas pengelolaan keuangan daerah oleh pemerintah daerah. Cara ini dianggap tepat karena
menurut Dowling dan Prefer dalam Deegan, 2000 strategi yang dapat dilakukan untuk melegitimasi aktivitas suatu organisasi adalah dengan
strategi komunikasi. Hal serupa juga diungkapkan oleh Hurst 1970 dalam Deegan 2000 bahwa laporan akuntansi dapat menjadi alat
melegitimasi keberadaan suatu organisasi. Menurut Deegan 2000, organisasi harus dapat beradaptasi dengan
harapan masyarakat jika ingin sukses. Dengan memenuhi harapan masyarakat, aktivitas dan kinerja pemerintah daerah dapat diterima oleh
masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah akan cenderung untuk melakukan pelaporan keuangan di internet secara sukarela dengan tujuan
untuk dapat memenuhi harapan masyarakat akan pemerintahan daerah yang akuntabel dan transparan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.8 Teori Signalling
Teori signaling menjelaskan bahwa pemerintah sebagai pihak yang diberi amanat oleh masyarakat berkeinginan menunjukkan sinyal yang
baik kepada masyarakat, agar masyarakat dapat terus mendukung kinerja pemerintah saat ini, sehingga kegiatan pemerintahan dapat berjalan dengan
baik Puspita dan Martani, 2012. Pemda akan berusaha melakukan pelaporan keuangan di internet secara lebih optimal untuk menunjukkan
bahwa pemda telah menjalankan amanat yang diberikan oleh rakyat Puspita dan Martani, 2012. Masyarakat juga dapat dengan mudah dan
cepat mengakses informasi keuangan terkait penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, sehingga dapat mengurangi asimetri informasi yang terjadi.
2.2 Penelitian Terdahulu