18 akuntansi suatu negara.Pengguna informasi akuntansi yang terdidik baik
dapat memahami informasi akuntansi mutakhir.Pera akuntan pada suatu negara dengan standar pendidikan tinggi umumnya terlatih dengan baik
dan mempunyai kompetensi yang baik.Akan tetapi meningkatkan mutu pendidikan adalah pekerjaan yang membutuhkan waktu yang lama dan
biaya yang relatif besar. Sistem pendidikan yang diharapkan adalah yang menghasilkan akuntan yang:
2.4 Interkoneksitas
Interkoneksitas di penelitian ini mengacu pada kondisi atau kualitas yangterhubung bersama-sama yaitu antara kurikulum dengan
dunia kerja dan asosiasi profesi.Jika bentuk interkoneksitas antara dunia kerja, dan asosiasi profesi dapat dijalankan dengan optimal, kualitas dan
daya saing akuntan muda Indonesia akan meningkat. Mereka dapat memiliki kepercayaan diri ketika gerbang persaingan mulai dibuka,
khususnya ketika ASEAN Economic Community Masyarakat Ekonomi ASEAN diberlakukan pada 2015.
Interkoneksitas lainnya adalah seperti terjadinya suatu ikatan antara suatu instansi tertentu dengan universitas atau fakultas untuk
menjalin kerja sama untuk menerima para calon tenaga kerja yang berkualitas, dengan kegiatan tersebut diharapkan minat mahasiswa lebih
tinggi untuk menjadikan diri mereka untuk lebih berkualitas dengan adanya persaingan seperti itu.
Universitas Sumatera Utara
19
2.5 Spesifikasi Kompetensi
Kompetensi menurut SK Mendiknas NO.045U2002 adalah perangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu.Menurut Widarno
2007 kompetensi memiliki tiga tingkatan, 1 kompetensi utama, yaitu kemampuan seseorang untuk menampilkan kinerja yang memadai pada
suatu kondisi pekerjaan yang memuaskan, 2 kompetensi pendukung, yaitu kemampuan seseorang yang dapat mendukung kompetensi utama,
dan 3 kompetensi lain, yaitu kemampuan seseorang yang berbeda dengan kompetensi utama dan pendukung namun membantu meningkatkan
kualitas hidup. Kompetensi ini pada akhirnya akan menentukan daya saing dari tenaga kerja Indonesia, apakah mampu bersaing dengan tenaga kerja
asing lainnya. Yuniarsih 2008 menyatakan bahwa karakteristik kompetensi
diklasifikasikan dalam dua jenis, yakni hard skill dan soft skill.Hard skill merupakan kompetensi individu yang dapat diamati dan mudah
dikembangkan.Soft skill merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas fisik dan mental tertentu yang hanya dapat dinilai secara
kualitatif melalui observasi prilaku. Paul dan Murdoch 1992 menjelaskan bahwa dalam menghadapi
dunia kerja, seorang lulusan perguruan tinggi harus dilengkapi dengan kualifikasi soft skill berikut ini agar dapat bertahan dan unggul dalam
Universitas Sumatera Utara
20 kompetisi:
1. pengetahuan umum dan penguasaan bahasa inggris, 2. keterampilan komunikasi meliputi penguasaan komputer dan internet,
prestasi audiovisual, dan alat-alat komunikasi lain, 3. keterampilan personal meliputi kemandirian, kemampuan komunikasi dan
kemampuan mendengar, keberanian, semangat dan kemampuan kerjasama dalam tim, inisiatif, dan keterbukaan,
4. fleksibilitas dan motivasi untuk maju yaitu kemampuan beradaptasi sesuai perubahan waktu dan lingkungan serta keinginan untuk maju sebagai
pimpinan. Selain itu, menurut Mulyaningsih 2009, pada umumnya
sekolahuniversitas hanya mengejar target untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi profesional saja dan mengabaikan kompetensi
kepribadian dan sosial softskill. Padahal dalam dunia kerja, softskill memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan hardskill. Orang yang
memiliki kepribadian baik, bermotivasi tinggi, percaya diri, ulet, tekun, disiplin, bertanggung jawab, dan mampu mengendalikan stress akan
memiliki daya tahan yang lebih unggul dalam bekerja.
Universitas Sumatera Utara
21
2.6 Penelitian Terdahulu